“Manja,” ejek Zaflan dingin, sangat mengerikan dan begitu menekan, seketika saja langsung meraih tubuh Jena untuk digendong ala pengantin.
Jena Rahardian kaget menyadari tingkah pria itu, menatapnya dengan mulut membisu, mata terkunci kepada wajah tampan dan dingin Zaflan, tapi sang pria hanya menatap lurus ke depan ke arah kamar mandi berada.
“Ka-kau tidak perlu melakukan ini,” jelas Jena dengan nada tidak nyaman, tapi karena takut terjatuh, maka dia pun terpaksa menguatkan pegangannya di tubuh Zaflan.
Jika dilihat, pemandangan itu bagaikan seorang wanita yang sedang bersandar manja di tubuh kokoh kekasihnya.
“Diam,” balasnya dingin dan datar.
“Apa kau ingin menggoda pria lain dengan berpura-pura seperti itu?” lanjut lelaki ini dengan nada menuduh yang kejam.
“Kau ini bicara apa?”
