Pada hari Kamis subuh, usai melaksanakan kewajiban 5 waktunya, Lia duduk di depan pintu kamar Lee Jun Min sambil melipat tangan dalam balutan daster merah bermotif segitiganya, kedua pipi dikembangkan dengan wajah penuh protes. Rambut wanita berkacamata tipis ini tergerai di kedua pundaknya. Matanya yang tajam dan kesal menatap Richter yang juga duduk di depan pintu tersebut, hanya saja di sisi luarnya. “Ini tidak akan berhasil, Nyonya Lia. Tolong mengertilah,” bujuk sang pengawal dalam balutan kemeja putih dan celana panjang hitamnya. “Oh, ya? Apa benar ini perintah pria dingin tidak berperasaan itu?” “Ya, Nyonya. Tuan Lee bilang Anda tidak boleh keluar dari kamar ini sejengkal pun. Semua peralatan olahraga sudah tersedia lengkap di dalam kamar ini. Jadi, Anda tidak perlu keluar da