Pada pukul 12.30 lewat, beberapa menit setelah Lia mendingan akibat tersedak puding, Lee Jun Min akhirnya kembali dari hotel. Pria berkacamata tipis itu datang dan menyapa Maya dengan begitu sopan dan tampak seolah-olah tak ada rasa bersalah terhadap Arya, sahabatnya. “Saya sama sekali tak menyangka kalau Anda adalah klien pertama saya setibanya di Jakarta,” jujur Maya dengan senyum merekah di wajahnya. “Ya. Awalnya aku pikir kau akan menolak jika tahu siapa klien barumu. Tidak kusangka ternyata kau menyetujuinya. Bicara informal saja denganku seperti dulu, Maya.” “Maaf, saya belum mempelajari file Anda berdua karena sibuk, jadi baru tahu siapa yang memesan hari ini. Semuanya sedikit mendadak juga. Dan... hahaha. bicara informal... Itu rasanya agak...” Maya tidak enak hati. Sudah cukup