Di hari Minggu esok harinya, Jena Rahardian memutuskan untuk keluar ruangan menggunakan kursi roda. Rambut hitam lurus panjangnya diikat satu sangat sederhana. Perban di kepala sudah lebih minimal, membuatnya terlihat sedikit lebih bersemangat, tapi wajah pucat samar-samarnya tetap saja terlihat sangat memprihatinkan meski sudah dibuat segar dengan senyuman tiada henti di bibir pucatnya. Ruangan VIP itu memang sangat bagus, tapi ingatan percintaannya dengan sang tuan muda selama 4 hari berturut-turut dan dilakukan berkali-kali sampai mengalami pendarahan di bagian pribadinya, sedikit banyak mulai membuatnya sesak napas dan patah hati. Dia ingin dan sudah mencoba untuk membenci Zaflan. Mencoba membencinya seperti pria itu membencinya hingga ke tulang-tulangnya, tapi sepertinya otak da