“Ngomong-ngomong, dari mana kau tahu Zaflan sudah punya tunangan? Apakah dia yang memberitahumu?” Sebastian memperhatikan Lia yang sudah duduk kembali, ekspresi wanita itu terlihat tegang dan sangat hati-hati. “Bukan. Bukan dia yang memberitahu saya. Bagaimana saya bisa tahu, saya rasa itu tidaklah penting.” Ketegasan di wajah Amalia Rasyid membuat hati Sebastian tidak senang, matanya memicing kuat. “Yah. Ada benarnya juga. Tidak masalah kau tahu dari siapa dan bagaimana. Aku rasa ini jadi malah membuatku lebih mudah menjelaskannya padamu.” Lia menautkan kening tidak nyaman mendengar pria itu seolah-olah sudah menantikan topik ini. Lawan bicara wanita berajut wol merah lengan panjang itu kembali berkata, “tujuanku ingin bertemu denganmu, sebenarnya ada kaitannya dengan hal itu.” Lia