“Kalau begitu, aku keluar mengurus sesuatu dulu. Kira-kira 30 menit paling lama. Sementara itu, tunggulah di sini. Aku akan segera kembali.”
Haruka tersenyum lebar, menepuk kedua pundak Jena lalu keluar ruangan usai memastikan Jena baru saja selesai mandi dan menyiapkan keperluannya.
Sepeninggal Haruka, Jena Rahardian menatap dirinya di depan cermin bulat besar.
“Kita akan bertemu Zaflan,” ucapnya kepada diri sendiri, tersenyum rapuh.
“Apa kau akan menertawaiku? atau menghinaku? atau mengusirku? Aku sungguh tidak tahu malu, kan?” Jena terkekeh bodoh.
Detik kemudian, dia memandang pantulan dirinya yang sudah memakai rok putih bersih di bawah lutut dan sebuah baju lengan pendek warna biru pastel dengan sebuah dasi putih sederhana yang merupakan bagian dari baju tersebut.
Secara keselur
