Bab. 6. Wanita itu bernama Sara Saraswati.

1999 Kata
Hari ini adalah awal ketika hasrat di dalam diri Sara terusik, dia pasti tidak akan menyangka akan terlilit masalah yang dimulai olehnya sendiri, terikat dan sulit untuk lepas. Bahwa keliaran hasrat menguasai pikiran dan menutup pintu hatinya yang berusaha menyadarkannya, "Kamu tak boleh memiliki milik orang lain." Hasrat itu bagaikan api, suhunya panas bisa menghanguskan dirinya sendiri. Sara bukannya memadamkannya tapi membiarkannya semakin menggelora. Saat ini dia sedang dibakar api cemburu, yang seharusnya tidak melekat di hatinya. Sara melihat Erwin memeluk Nety dengan mesra seraya membelai rambut lurus Nety. Pria tampan itu juga menciumi leher istrinya, keduanya tenggelam dalam kebahagiaan. Semua itu terlihat saat dia memutuskan untuk kembali ke rumah itu. Dia pasti punya alasan. Wanita bertubuh sinyal itu berdiri termangu, hatinya penuh rasa iri dan cemburu membara. Dia kira sudah mengacaukan hati Nety. Dia kira percikan api yang telah dibuatnya membuat Nety cemburu dan berakhir dengan pertengkaran hebat antara Nety dan Erwin lalu pertengkaran itu bisa menguntungkan dirinya. Pertengkaran demi pertengkaran akan membuat hubungan suami- istri itu merenggang dan otomatis perasaan keduanya akan semakin menjauh, terutama yang diharapkan adalah perasaan Erwin kepada Nety akan turun kadar cintanya. Pada saat itu dia akan pelan memasuki kehidupan rumah tangga Nety, sebab dia punya niat untuk memiliki Erwin dan menjadikan bagian dari hidupnya biarpun tidak seutuhnya. Sara tahu Nety orangnya agak posesif maka dia berusaha memancing emosi Nety. Secara fisik, tubuhnya lebih indah dan sintal dari Nety, hal yang paling disukai para pria pada umumnya. Dan bila Nety cemburu, Nety akan kehilangan keseimbangan, dia akan kehilangan kepercayaan diri, dan tuduhan kepada Erwin akan seperti panah api membakar emosi Erwin. Dan dengan begitu mudah bagi Sara masuk sebagai seorang penengah tetapi sebenarnya dialah dalangnya yang akan merusakkan hubungan suami -istri itu. Tadi Sara sudah menangkap sinar mata Erwin padanya yang penuh kekaguman dan dia berharap lebih lagi ketika dia membuat gerakan sexy di depan Erwin. Dia tahu hasrat Erwin sudah bangkit walau pria itu berusaha menyembunyikannya. Sayang Nety tidak melihatnya, kalau tidak pastilah api cemburunya akan semakin berkobar. Sara juga diam-diam mencibir ketika Nety terkadang mengeluh padanya soal sikap Erwin pada Nety. Erwin yang kadang acuh pada Nety. Erwin yang tidak romantis. Erwin yang tidak mengerti perasaan wanita. Erwin yang suka lupa dengan hari ulang tahun apapun. Kamu perempuan yang tidak bisa bersyukur, kalau kamu tidak bisa bahagia dengan suamimu itu, kenapa tidak kamu berikan saja padaku, kamu tau suamimu itu idaman para wanita, kamu tahu Nety, aku dan Erwin lebih cocok, batin Sara. Namun, dia kecewa karena ternyata harapannya di luar dugaan, keributan kericuhan rumah tangga Nety tidak terjadi....justru kemesraanlah yang tercipta? Malah kini dia yang terbakar api cemburu. Aku tidak akan diam sampai di sini saja, aku pasti bisa merebut Erwin darimu, Nety! Batinnya. Sorot matanya penuh kemarahan. Sara pergi diam-diam tanpa diketahui siapa pun dengan membawa perasaan yang campur aduk. Sara sedang mabuk dengan perhatian dari Erwin. Mungkin cuma hal- hal kecil tapi sudah membuat hati Sara berbunga,-bunga dan dia berharap lebih dari Erwin. Tidak hanya kata- kata motivasi lagi dari Erwin tapi dia inginkan sentuhan, pelukan dari Erwin, bahkan lebih dari itu ? Semua itu bermula dari satu kejadian yang tidak disengaja, berlanjut terus ke babak berikutnya. Sara, tipe wanita yang gampang membuat Erwin berbelas kasihan. Wajahnya walaupun cantik tapi sering kelihatan murung. Mata sayu seperti banyak mengeluarkan air mata. Sepertinya Sara menyimpan beban hidup. entah apa, kesan pertama Erwin setelah mengenal lebih dekat Sara. Erwin awalnya cuman penasaran saja, ada apa dengan wanita ini ? Apakah dia mendapat perlakuan kasar dari suaminya ? Apakah Sara tidak pernah menceritakan masalahnya kepada orang lain? Oya kepada Nety Mungkin? Bukankah Nety itu teman Sara ? Tapi Nety istrinya tidak pernah membicarakannya. Rasa empatinya membawanya kepada sisi-sisi kehidupan Sara. **" Flashback. Ada satu kejadian yang masih jelas di ingatan Sara. Waktu itu mereka tidak sengaja bertemu kembali. Pertemuan yang kedua kali. Satu Minggu setelah pertemuan yang pertama. Dia habis bertengkar dengan Fery, suaminya. Satu tamparan keras mengenai pipinya. Satu bogem mentah mendarat di pelipis kanannya. Meninggalkan warna biru legam di situ. Dia pergi dari rumah dengan berjalan kaki. Entah mau kemana, tidak ada tujuan. Yang penting dia pergi dari hadapan Ferry . Dia menangis dan terus menangis. Sampai akhirnya dia telah keluar dari lingkungan perumahan. Berdiri di pinggir jalan. Dia tidak menyadari Erwin dengan mobilnya telah ada di sampingnya . Erwin membuka pintu kaca mobilnya dan menyapa,"Sara..?' Sara kaget. Erwin memastikan yang dipanggilnya adalah Sara. Dia heran ada apa malam- malam berdiri di pinggir jalan. "Sara....?" Sekali lagi dia menyapa. Sara tidak menjawab, dia menunduk. Dia tidak mau Erwin melihatnya dengan wajah yang babak belur. Setelah memastikan bahwa itu adalah Sara, Erwin membuka pintu dan keluar dari mobil. Mendekati Sara. "Sara ..ada apa malam-malam begini di pinggir jalan?" tanyanya hati- hati. Tidak mungkin dia mau pergi jalan-jalan dengan pakaian seadanya itu dan sandal jepit, batin Erwin Sara masih menunduk, isak tangisnya terdengar membuat Erwin semakin bingung. Kenapa? Ada apa ? Pikirnya. Karena tidak mau dilihat orang banyak dan berprasangka buruk, Erwin menganjurkan Sara untuk masuk ke mobilnya dan menceritakan apa yang telah terjadi. Dalam mobil yang melaju pelan, Sara menunduk dan terisak-isak. Erwin memberinya ruang untuk menenangkan diri. Dia mengambil tissue dan memberikannnya pada Sara. Setelah dilihatnya Sara mulai tenang, dia bertanya kembali "Sara...boleh saya tahu..ada apa ?" Sara mengangkat wajahnya. Kelihatanlah wajahnya yang dengan bekas tamparan dan pukulan. Sudut bibirnya mengeluarkan darah sedikit. Pelipisnya membiru. Erwin kaget. "Aduuuh..?! Abis dipukulin siapa??" tanyanya penuh perhatian. Sara diam menggigit bibir. "Maaf, apa karena suamimu?" Erwin bertanya hati- hati. Biasanya kayak gini, kdrt, batinnya. Sara diam tapi diamnya kali ini Erwin tahu persis adalah benar. Sara habis dipukuli suaminya. "Ckcckkc..si Ferry itu...kok bisa yah main pukul aja.." gumam Erwin dengan nada kesal. "Sering yah begitu..?' selidik Erwin. Lagi- lagi Sara diam. Erwin menarik napas. "Ini namanya kdrt. Ada hukumnya .." Erwin berkata dengan kesal. Dia tidak suka dengan pria yang suka memukul istri. Pengecut! "Mas,.saya mohon...jangan dilaporkan ke polisi..." Sara berkata lirih. Erwin menarik napas panjang lagi dan berkata, " Sara..saya tidak akan mencampuri urusan rumah tangga. Tapi saya anjurkan kalau sudah mengancam jiwa, jangan ragu- ragu untuk melapor.." Sara menggangukan kepala. '"Mas Ferry mungkin emosi..ini salah saya juga..." "Hmmm... Sara ,kamu wanita luar biasa sabar, dengan kondisi begini masih bela suami, " puji Erwin. "Tapi tindakan begini tetap tidak dapat dibenarkan. Sara, ingat! Kamu punya hak untuk mendapat perlindungan." lanjutnya. "Iya .." Sara menjawab lirih. "Mas Erwin...saya boleh minta sesuatu?" tanya Sara. "Iya ??' "Saya mohon Mas Erwin bisa merahasiakan ini..saya tidak mau Mas Ferry tahu, dia akan marah besar" Erwin menganguk-anggukan kepala. "Sara...saya antar pulang yah Sampai depan rumah, " usul Erwin. Mobil Erwin sudah memasuki wilayah perumahan. Sara kelihatan ragu-ragu. "jangan.!" pinta Sara. Erwin mengernyitkan dahinya. "Kenapa?" tanyanya heran. "Hmm..maksud saya...turunkan saya di Blok V. Saya akan pulang jalan kaki..saya tidak mau Mas Ferry lihat dan tambah marah.." Sara menjelaskan. "Ooh gitu..., " Erwin mengiyakan. Mobil Erwin melaju belok ke kanan, menuju blok V yang ada di belakang rumah Sara. Dia akan menurunkan Sara di situ. "Terima kasih banyak Mas Erwin, kalau tidak ada Mas Erwin...saya pasti.....' Sara berhenti bicara, melipat bibirnya. "Oh..tidak apa- apa...saya senang bisa membantu...lain kali Sara jangan keluar malam-malam lagi...bahaya...banyak orang jahat.." Erwin mengingatkan. Sara tersenyum. Manis .Dia Suka dengan perhatian Erwin. Tidak banyak orang yang perhatian dengan dirinya. Erwin juga tersenyum. Dia suka akhirnya Sara tidak terlihat murung lagi. Sara hendak turun dari mobil, tiba-tiba dia teringat dengan kejadian memalukan yang membuat pahanya kelihatan. Wajahnya bersemu merah apalagi Erwin mengingatkannya dengan berkata, "Hati- hati.." Uff?! Apakah Erwin masih ingat dengan kejadian itu ? Duh,malunya. Sara sudah menurunkan kaki kirinya saat Erwin memanggilnya kembali. "Sara ..." Sara menoleh,.apa lagi ini? Batinnya. Erwin mengeluarkan kartu nama dari kantongnya dan memberikan kepada Sara. "Ini kartu nama saya...kalau ada kejadian begini lagi ..bisa hubungi saya..." Sara mengambilnya,"Terima kasih sekali lagi Mas..atas perhatiannya.." Sara melambaikan tangannya pada Erwin dan Erwin membalasnya dari dalam mobil. Masing-masing pulang ke rumah. Mereka tidak bercerita ke pasangan masing -masing. Erwin mungkin tidak mau Nety, istrinya berpikir negatif . Sara juga punya pikiran yang sama terhadap suaminya . Sara menggenggam erat kartu nama Erwin. Dia masuk ke rumah pelan-pelan. Dia berharap Niken anaknya sudah tidur dan suaminya? Sara memasuki kamar, tidak dilihatnya suaminya. Entah kemana dia? Di kamar anaknya kah? Dia menyimpan kartu nama Erwin di dalam laci meja riasnya. Kemudian dia ke kamar mandi. Mandi air hangat untuk menyegarkan tubuhnya. Ferry berbaring di ranjang saat Sara keluar dari kamar mandi dengan berbalutkan handuk. Sara kaget. Sejak kapan Ferry ada di situ ? Ferry menoleh. Sara terpaku diam. Masih ada perasaan takut di hatinya. Ferry bangun dan duduk di pinggir ranjang. Dia memberi isyarat supaya Sara mendekat. Sara mendekat dengan pelan. Jantungnya berdebar, apakah Ferry masih marah padanya ? Dia takut membayangkan mendapat perlakuan kasar dari suaminya lagi . Ferry berdiri dan memeluk Sara serta berkata,"Maafkan aku yah Sara..." Sara hanya diam, tidak membalas pelukan suaminya. Ferry sudah beberapa kali minta maaf lalu mengulang perbuatannya lagi. Permintaan maafnya sudah seperti angin lalu. Kalau bukan karena Niken, anaknya dia mungkin sudah mengajukan gugatan cerai. Tapi dia bertahan karena Niken sambil berharap Ferry mau berubah. Walaupun itu mungkin setitik harapan. Masih tersisa cinta di hati Sara untuk Ferry . Ferry mendudukkan Sara di ranjang menatap wajah Sara. Dia mengusap wajah istrinya itu. Dia Lalu mengompres pelipis kanan sara yang membiru. Dia mngelap sedikit darah di sudut bibir wanita yang telah dinikahinya sepuluh tahun. Sara tetap diam. Sambil mengusap wajah Sara dia bertanya,"Kamu kemana saja, Sara..? Aku khawatir, tadi Niken mencarimu, dia sudah tidur dan aku menunggumu dari tadi..." Sara tidak menjawab, hanya air matanya menetes satu- satu. Ferry kembali memeluknya " Sara ..maafkan aku yah..." Dia menciumi leher Sara, tapi Sara tidak bereaksi. Pelan dia membaringkan Sara ke ranjang, menarik handuk yang membalut tubuh istrinya dengan perlahan.. kini tubuhnya tanpa sehelai benangpun. Dia mengamati tubuh indah Sara. Membelainya. Tubuh indah Sara padat berisi dan putih mulus. Sara tetap diam. Ferry terus mencumbuinya.Dari leher beralih ke bawah. Dia terus membuat rangsangan di tubuh Sara. Tangannya tak kan berhenti meraba dan meremas sampai Sara memeluknya dan siap bergumul dengannya. Perlahan tangan Sara memeluk Ferry. Pria itu kini bertambah nafsunya merasakan reaksi dari tubuh Sara yang mulai terangsang. Tak lama lagi dia akan mendengar desahan Sara dan dia sudah siap dengan langkah selanjutnya. Sara memejamkan mata, tetesan bening mengalir dari sudut netra itu. Mas Ferry...kapan kamu akan berubah...? Setelah memukulku kamu akan meniduriku...,hubungan apa ini...? Dia berkata dalam hati, penuh luka. Sampai pada klimaks, keringat bercucuran.,Ferry tergeletak puas. Diciumnya istri cantiknya 'Makasih sayang...," bisiknya di telinga Sara Sara menghela nafas. Seperti itulah Ferry. Setelah mendapatkan kepuasan lelaki itu lupa bahwa dua jam yang lalu sudah melakukan kekerasan pada istrinya. Sara tiap kali harus melayani Ferry biarpun perasaannya tidak menentu. Kalau tidak Ferry akan kembali marah dan mngamuk. Ferry tertidur pulas. Sara bangun, dengan berbalut handuk, dia membuka laci meja riasnya, mengambil kartu nama Erwin Handoko lalu mencatat nomor ponsel yang tertera di kartu tersebut kemudian memindahkan ke memori ponselnya. Dia lalu mengirim pesan. Mas Erwin, sekali lagi saya ucapkan banyak terima kasih atas perhatian dan dukungan buat saya. Jam menunjukan pukul 23.00 . Test itu terkirim dan centang satu. Dia menelepon Erwin kemudian mematikannya sebelum diangkat . Setelah itu dia merobek-robek kartu nama itu dan membuangnya ke tong sampah di sebelah meja rias.. Dia membasuh dirinya di kamar mandi setelah itu tidur. Di seberang sana.. Erwin terbangun mendengar dering ponsel. Ternyata dia lupa mematikannya. Erwin berniat mematikan ponsel tapi dia penasaran siapa yang meneleponnya malam-malam dan setelah dia cek ada pesan yang tertuju kepadanya dengan no yang sama, ucapan terimakasih. Siapa yah, kayaknya nomor baru, batin Erwin Dia lalu membalas pesan tersebut tetapi karena rasa kantuk, dia tidak fokus sehingga salah kirim emoji, yaitu emoji love. Nety yang terbangun, samar- samar dia melihat suaminya memegang ponsel,bertanya,"Sapa nelpon,Mas?" "Tidak tahu. Nomor baru kayaknya.." jawab Erwin asal. Dia meletakkan kembali ponsel tersebut ke atas meja lalu kembali tidur. Nety memeluk suaminya dari belakang, tangannya dipegang Erwin, mereka kemudian tenggelam dalam mimpi. ***

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN