6

342 Kata
Pov Author Aldrick menyesap kopinya dengan perlahan sambil menunggu kabar dari Dev tentang pembuatan paspor Violet menuju ke Amerika. Dia sudah mempersiapkan segalanya untuk Violet, bahkan pakaian juga. "Hai Al," sapa Dev kepada Aldrick. "Apa kau sudah menyelesaikan tugas yang aku berikan?" Tanya Aldrick tidak ingin berbasa- basi. "Kau bahkan belum menjawab sapaanku, Al," dengus Dev dengan sikap Aldrick yang to the point. "Langsung ke intinya," jawab Al  biasa-biasa saja dengan kejengkelan Devan kepada dirinya. "Baiklah- baiklah, aku sudah mengurus paspor Violet dan pakaiannya, oh aku lupa aku belum membeli pakaian dalamnya karena aku tidak tahu ukurannya," kata Dev sambil tertawa kecil. Aldrick langsung memberikan tatapan tajam kepada Dev. "Jangan melewati batasanmu Dev, dia milikku," ucap Al dengan tangan mengepal. "Wow-wow calmman, aku tidak tertarik dengan Violet walaupun dia sangat sexy dan cantik," goda Dev tidak takut dengan tatapan tajam Aldrick kepada dirinya. "Sekali lagi kau berkata seperti itu aku pastikan kau tidak akan melihat hari esok walaupun kau temanku, Dev." Rahang Aldrick semakin mengeras dengan ucapan Dev. "Sepertinya aku membangunkan seekor singa, karena aku masih ingin menikmati para wanita di dunia ini aku akan pergi, bye," ucap Dev dengan nada gurauannya. ***** Pov Aldrick Setelah pertemuanku dengan Dev yang membuat darahku mendidih, aku sekarang di rumah sakit tempat gadisku dirawat. Saat aku memasuki ruangan tempat gadisku dirawat aku melihat dia sedang menonton film animasi dengan wajah lucunya. Aku menghampirinya dan langsung mendekapnya dan menempatkan kepalanya pada d**a bidangku. Gadisku berusaha untuk melepaskan dirinya dariku, tetapi aku menahannya. "Lepaskan," ucap gadisku. "Tenanglah aku tidak akan macam- macam," kataku tanpa berniat melepaskan dekapanku. "Tidak, lepaskan,“ katanya dengan keras kepala dan sambil berusaha melepaskan rengkuhanku. Aku tahu bagaimana cara membuatnya tidak memberontak lagi. "Diam atau aku akan menciummu," kataku dengan nada serius. "Selalu mengancam," gerutunya dengan suara yang amat kecil tetapi aku masih mendengarnya. Aku mengelus rambutnya yang halus dan gadisku menguap dan tertidur. Segera aku memindahkan dia keranjang dan tidak lupa memberi kecupan lama pada bibirnya yang semerah ceri dan manis. Setelah itu aku langsung pergi untuk mengunjungi perusahaanku yang ada disini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN