Bram terbangun dari tidurnya ketika merasakan ada sesosok tubuh yang menghempaskan badannya di samping dirinya. Bram membuka mata, ternyata itu adalah Michaela, istrinya yang baru pulang dari cafenya. Bram melirik jam di handphonenya. Sudah pukul setengah dua dini hari.
“ Baru pulang , El?” Bisik Bram ditelinga istrinya
“ Ya” Jawab Michaella singkat.
“ Capekkah dirimu? ” Bram membelai lembut rambut Michaela dan turun ke pipinya yang mulus
“ Hm… capek” Michaella membalikan tubuhnya menghadap Bram. Mereka sekarang tidur saling berhadapan. Bram menciium bibir Michaela lembut, lalu ketika lidah Bram ingin menyusup makin ke dalam. Michaella membalikan badannya dan berkata.
“ Maaf Bram. Besok pagi aja ya. Aku capek banget” Lalu terdengar dengkur halusnya.
Bram kecewa, dia tadi ingin melepaskan hasratnya. Tapi sepertinya Michaella menolaknya lagi. Besok pagi pasti Michaela juga akan melupakan janjinya karena dia pasti akan segera berangkat ke cafenya lagi setelah bangun. Dan kalau pagi-pagi sekali , tak mugkin Bram sampai hati membangunkan Michaella untuk memintanya melayani hasratnya karena Michaella masih tertidur nyenyak. Egois sekali kalau Bram sampai membangunkannya sekedar untuk bermesraan.
Sudah hampir satu bulan ini mereka tak pernah berhubungan intim. Michaella lagi sibuk-sibuknya karena ada Café baru miliknya yang akan segera buka . Sebenarnya Bram kepingin, kesibukan Michaella bisa berkurang, tidak usah lah menambah cafe baru lagi. Urusin tiga yang ada sekarang ini sudah sangat menghabiskan waktu Michaella . Michaella jadi tidak punya waktu untuk anak-anak dan suaminya. Dia selalu sibuk dari pagi sampai malam . Tapi saat Bram mengatakan bahwa Bram tidak setuju Michaella membuka café baru. Michaella menjawabnya dengan alasan yang tidak bisa lagi Bram bantah .
“ Café ini harus aku buka , karena sekarang trendnya itu sudah makan di luar ruangan. Tiga café yang lain itu semuanya di dalam ruang. Lama kelamaan orang akan bosan. Makanya aku membuka café yang ke empat ini dengan konsep luar ruang . Kalau kita tidak cepat merespon perubahan. Aku takut pendapatan akan berkurang, sedangkan kamu tahu Bram. Pendapatan dari café-café inilah yang bisa menghidupi kita sekeluarga”.
Bram jadi terdiam. Memang benar. Kalau mengharapkan pendapatannya sebagai personal trainer, mana bisa dia menghidupi keluarga ini. Dua anaknya bersekolah di sekolah international. Pembantu di rumah ada dua orang dan satu tukang cuci yang pulang pergi. Belum lagi supir untuk Michaella. Bram juga tahu selama ini, dia masih dapat jatah uang bulanan dari Michaella yang bebas dia ambil di laci kerja Michaella. Michaelia tidak pernah pelit atau perhitungan kalau masalah uang.
“ Jadi Bram, aku mengharapkan banget lu lebih mengerti. Kalau aku itu tidak seperti wanita lain yang bisa memberi banyak waktu dan perhatian untuk anak dan suaminya. Aku murni sibuk hanya untuk bekerja. Aku tidak pernah macam-macam. Segala arisan yang aku ikutin, juga agar aku banyak teman biar ibu-ibu sosialita itu akhirnya akan mengadakan arisan di café aku. Aku juga mengerti kalau kamu hanya bisa jadi personal trainer karena sudah merupakan hobby mu. Aku juga sangat terimakasih, karena selama ini kamu yang bisa memberi waktu untuk anak-anak, dari mengantar mereka sekolah dan mengajari pelajaran mereka. Jadi biar aku yang cari uang dan kamu yang menjaga anak-anak. Kebahagiaanku adalah mengelola café dan kebahagiaanmu jadi personal trainer. Jadi kita harus saling melengkapi. Yang penting kita berdua saling setia dan tak selingkuh” Kata Michaella.
Bram hanya bisa mengangguk-angguk membenarkan. Itu pembicaraan mereka sebulan yang lalu . Dan sekarang Bram sudah sangat ingin melepas hasratnya yang sudah terpendam selama satu bulan ini. Dia kelimpungan dan gregetan sekarang. Sebagai lelaki yang sangat sehat, satu bulan tidak berhubungan intim membuatnya sakit kepala. Tapi dia juga tidak bisa memaksa Michaella untuk melayaninya karena Michaella sudah tertidur sangat lelap di sampingnya, pasti Michaella sangat lelah setelah seharian bekerja.
Jam delapan pagi, Bram terbangun. Dia memandang Michaella yang tertidur dengan pulas bagai bayi di sampingnya. Apakah Michaella ingat janjinya? Sepertinya tidak, karena Michaella masih mendengkur pelan.
Bram bangkit dari tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi untuk mandi. Handphonenya bergetar. Ada w******p message dari Sisilia.
Sisilia : Bram, hari ini jadi ke rumah kah bersama anak-anak?
Bram ; Jadi dong.
Sisilia : Ok.. Aku mau ke pasar dulu sekarang untuk membeli ayam, Uda janji mau masakin kalian nasi ayam.
Bram : Sip
Bram menutup teleponnya dan meletakkannya di meja kerja di samping tempat tidur dan Bram melihat Michaella yang membuka sedikit matanya memandang nya
“ Pesan dari siapa?” Tanyanya dengan suara yang masih sangat mengantuk.
“ Sisilia, teman SMA ku. Aku mau bawa anak-anak ke rumahnya di Kotabangun. Rumahnya banyak banget nanam sayuran dan hari ini sudah bisa di panen. Jadi aku mau ajak anak-anak untuk manen sayur di rumahnya”.
“ Wah bagus dong, biar anak-anak bisa praktek langsung” Kata Michaella masih tetap dengan mata terpejam.
“ Iya, Sisilia ini kerja jadi kepala sekolah di TK Sunshine kid yang pemiliknya Seviana, teman SMA ku juga. Itu loh yang istrinya Vincent Notokusumo yang punya pabrik cat di KIM. Yang kata kamu pernah ngadain bukber di Café Deli untuk ratusan karyawannya”.
“ Ooo.. Baguslah kalau dia kepala sekolah, pasti jiwa dan moral pendidik uda tertanam dalam dirinya, jadi nggak bakalan sembarangan”Kata Michaella kembali tertidur.
Ngak bakalan sembarangan apa? Bram hampir mau bertanya. Tapi dia putuskan diam saja. Michaella pasti tanpa sadar mengucapkannya karena masih mengantuk. Bram akan membiarkan Michaella tertidur kembali saja. Bram hanya akan mengajak anak-anak karena percuma kalau mengajak Michaella pasti dia nggak bakalan mau karena masih mengantuk dan kalau bangun siang nanti, pasti dia akan langsung ke café barunya untuk memantau progress renovasinya agar bisa buka tepat waktu di akhir Nopember nanti.
Pukul sebelas tepat, Mobil Bram memasuki halaman rumah Sisilia. Sisilia sudah menunggunya dengan senyum manis di depan pintu. Hari ini di mata Bram, Sisilia jadi tambah cantik . Rambut panjangnya di ikat dengan model pony tail. Bibirnya ranum dengan lipstick warna merah muda. Sisilia memakai baju tali dua bermotif bunga-bunga. Santai dan manis sekali keliatannya. Karena tidak pake blazer seperti saat kerja, Sisilia keliatan lebih muda dari umurnya yang sudah mau beranjak ke empat puluh tahun dua tahun lagi.
“ Hi.. Waduh ibu kepala sekolah . Hari ini kok lain banget? ” Kata Bram saat turun dari mobil
Sisilia seperti biasa hanya tersipu malu
“ Ayo, kasi salam ke Tante Sisilia. Ini teman SMA papa” Kata Bram kepada anak- anaknya.
“ Hallo tante” Kata anak-anak Bram serempak.
“ Hallo juga, Ayo masuk. Kalian mau panen sayur langsung atau mau makan dulu? ” Tanya Sisilia kepada anak-anak Bram.
“ Panen sayur” Jawab mereka penuh semangat .
“ Ok. Kalau gitu langsung aja ya menuju ke sana” Kata Sisilia menunjuk kebun sayurnya
“ Itu ada kakak Fania yang akan mengajari kalian, Tante akan mempersiapkan makan siang dulu”.
“ OK” Jawab dua anak itu serempak dan langsung berlari ke kebun sayurnya dan bersama Fania yang sudah mahir memanen sayur mereka tampak asyik memetik sayurnya dan meletakkannya di ember yang berisi air agar sayurnya tidak layu.
Bram berjalan mengikuti Sisilia dari belakang.
“ Sini biar aku bantu mempersiapkan makan siangnya”.
“ Nggak usah Bram. Aku bisa sendiri kok. Lu ke kebun aja bareng anak-anak”.
“ Nggak mau, aku mau menemanimu” Kata Bram ngeyel
Sisilia membiarkan Bram mengikutinya ke dapur di belakang rumah. Mamanya lagi pergi ke rumah tantenya di di Pulo Brayan. Jadi sekarang di dalam rumah hanya ada Bram dan Sisilia.
Sisilia melanjutkan memotong timun untuk dijadikan acar timun untuk melengkapi nasi ayamnya. Bram ngotot membantunya memotong cabe rawit untuk ditaruh di acar timun. Lalu tiba-tiba Bram menjerit
“ Aduh. Mataku pedih banget. Aku lupa sedang memotong cabe ,lalu mataku gatal terus aku garuk.” .
Sisilia cepat -cepat menarik tissue dan membasahinya dengan air lalu dia mendekat ke arah Bram dan membasuh mata Bram dengan tissue yang sudah basah itu. Di ulang nya beberapa kali. Sekarang posisi mereka jadi sangat dekat. Bram bisa merasakan desah nafas Sisilia dan Sisilia bisa merasakan desah nafas Bram. Sisilia lalu meniup lembut mata Bram agar rasa pedih di mata Bram bisa berangsur hilang. Kepala mereka sudah sangat dekat dan ntah siapa yang memulainya, sekarang bibir mereka sudah bertaut. Bram yang matanya masih belum bisa terbuka, menciium dengan panas bibir Sisilia. Sisilia menerimanya dengan hasrat yang sama. Sisilia bagaikan musafir yang haus akan air di padang pasir. Mereka saling berciuman , lidah saling bertaut dan mata tetap menutup. Sisilia matanya tertutup karena sangat menikmati ciuman itu dan Bram ntah karena matanya masih perih atau karena dia sedang menikmatinya juga.
Rasa perih di mata Bram berangsur hilang, dia membuka matanya pelan dengan mulutnya masih bermain di bibir Sisilia. Dia memandang wajah Sisilia yang nampak sangat menikmati ciumannya. Bram tahu, Sisilia sudah lama tidak berciuman. Mulanya Sisilia sangat kaku tapi lama kelamaan, Sisilia sudah menikmatinya dan mahir membalas permainan lidah dari Bram.
Bram ingin membelai pipi Sisilia, tapi dia takut kalau tangannya masih ada cabe. Jadi dia hanya membelai kepala Sisilia dan memegangnya erat agar ciuman mereka tidak terlepas. Lalu tiba-tiba terdengar teriakan
“ Papa.. Kami sudah selesai memanen sayurnya”.
Sisilia dan Bram segera melepas ciumannya dan langsung kembali melakukan tugasnya masing-masing sebelum ciuman berlangsung. Sisilia sibuk dengan timunnya dan Bram kembali sibuk dengan cabe rawitnya. Seakan tidak ada kejadian apa-apa.
“ Okay.Tunggu aja dulu di teras, Sebentar lagi makan siangnya sudah selesai ” Kata Bram sok tahu, seakan dia yang memasak makan siangnya.
Sisilia hanya memandanginya dengan senyum simpul.
“ Lia. Ciuman kita tadi boleh di lanjutkan kah?” Tanya Bram
Lia terbengong menerima pertanyaan itu.
“ Uda ada anak-anak. Aku… Aku, tidak tahu apa yang terjadi tadi, mengapa kita jadi bisa berciuman seperti itu” Kata Sisilia perlahan.
“ Tidak apa Lia, Aku menikmatinya kok. Makanya aku bilang, bisa kita lanjutkan kah? Aku tahu ,kamu sudah lama tidak berciuman. Aku juga. Istriku sibuk melulu. Aku senang kita berciuman seperti tadi”.
Seharusnya Sisilia bertanya pada Bram, kamu menganggapku sebagai apa? Mengapa senang berciuman denganku? Apa aku ini orang yang special bagimu? Atau hanya teman saja? Sisilia sama sekali tidak berani bertanya. Dia benar-benar takut kalau Bram akan mengatakannya kampungan.Ciuman itu mungkin bagi Bram bukan masalah besar. Tidak ada sedikitpun melibatkan perasaan. Tapi bagi Sisilia, ciuman tadi membuatnya semakin yakin kalau dia memang ada perasaan yang tak bisa dia lepaskan untuk Bram. Perasaan untuk mencintainya. Tadi saat Bram menjerit kesakitan karena matanya terkena cabe. Sisilia benar-benar panik dan ingin segera menghapus rasa pedih Bram . Sisilia setengah binggung apakah mungkin tadi dia yang mulai menciium Bram agar Bram bisa melupakan rasa pedih di matanya jadi dia menciiumnya seperti saat seorang ibu yang ingin menghapus rasa sakit bila anaknya jatuh dan merasa pedih. Sisilia benar sangat binggung . Pasti dia sendiri yang memulai ciuman itu. Tidak mungkin Bram karena matanya masih tertutup.
Tapi semua sudah terjadi. Tidak mungkin ditarik lagi. Ciuman panas itu sudah terjadi. Dan perasaan cinta Sisilia tumbuh semakin dalam untuk Bram . Semakin dalam seakan tak bisa lepas lagi, melilit erat dalam hati sisilia bagai tanaman yang akarnya melilit kencang dalam tanah. Sisilia hanya bisa pasrah dan memandang Bram dalam diam . Aku mencintainya . Aku benar mencintainya . Kata Sisilia dalam hati mencoba meredakan debar-debar yang semakin tidak beraturan di da-danya.
Dari ruang tamu terdengar lagu First Kiss dari A rocket to the moon yang di putar Fania dari handphonenya, pasti dia nyalakan untuk belajar agar bisa dimainkan di gitarnya .
I never thought I’d fine a love like this
There’s no need to hide that feeling we get
Whenerver we touch, we can’t resist
We go back to our first day . Our first kiss