Tawaran Menikah Lagi

1066 Kata
Azzam memang anak yang cerdas, dia bisa melihat sesuatu yang sudah terjadi pada Amira. Dia bias melihat kalau Amira habis menangis. “ Kok, tante, nangis? Memangnya, papah nakal ya tente?” Mendengar pertanyaan lucu Azzam, Amira pun menggelengkan kepala sambil kembali tersenyum. “ Tidak, nak, papahnya Azzam tidak nakal, tante nangis karena sudah lama tante tidak bertemu dengan papahnya Azzam,” jawab Amira berbohong. Amira menarik badannya, lalu menoleh kearah Ilham yang juga menatapnya. “ Mas, aku pulang dulu, soalnya udah mau siang, kasiahan Kirana belum sarapan,” pamit Amira sambil meraih tangan Kirana. “ Kamu harus membebaskan hatimu, jangan terus terbawa suasan hati seperti itu, tidak pantas seorang putri Muhtar Candra Winata menangisi nasib, ingat satu hal, bukan kamu yang sudah hancur, tapi mereka yang harus siap menerima kehancuran,” ucap Ilham memberi masukan, “ Amira, aku akan selalu ada untukmu disaat kamu memerlukan bahu untuk sandaran,” tambahnya. Amira mengangguk, “ Iya, mas, terima kasih atas masukannya. Kini hatiku sedikit lega setelah menapat masukan dari kamu…Azzam, tante pulang dulu, jaga papahnya baik – baik, ya.” Azzam mengangguk lalu meraih tangan Amira dan mencium punggung tangannya, kemudian Amira pun memberi pelukan pada bocah itu sambil mencium kedua pipi Azzam yang begitu lembut dan halus. Amira pun melepaskan pelukan dari tubuh mungil bocah tampan itu, dan berniat untuk melangkahkan kakinya, namun kembali dihentikan saat tarikan tangan Azzam menahannya. “ Tante, Azzam bolehkan main kerumah tante?” tanya Azzam dengan mata berbinar. Mendengar perkataan itu, Amira pun tersenyum,“ Tentu saja boleh dong, sayang, Azzam boleh datang kerumah tante kapan pun Azzam mau,” Balas Amira membuat Azzam tersenyum semringah, lalu dia pun menghampiri Ilham yang juga sudah bersiap untuk pulang. Azzam melambaikan tangan begitu juga dengan Amira dan Kirana. “ Tumben Azzam akrab dengan Wanita asing?” tanya Ilham saat keduanya sudah jauh dan Amira pun terlihat sudah berjalan pulang. “ Tante Amira bukan orang asing, tante Amira kan kenal sama papah, jadi Azzam juga harus kenal sama tante Amira,” jawab Azzam bersemangat. “ Azzam suka sama tante Amira?” Kembali Ilham bertanya karena putranya terlihat begitu Bahagia. Yang dibalas anggukan Azzam. Sungguh tidak bisanya Azzam yang terkenal paling susah untuk berteman dengan Wanita dewasa, tiba – tiba begitu dekat dan akrab dengan Amira yang baru saja ditemuinya beberapa jam yang lalu. Padahal Ilham pernah memperkenalkan seorang Wanita bernama Susan agar bisa dekat dengan Azzam, namu ternyata Azzam menolaknya dengan tegas. “ Azzam juga gak akan larang papah kalau mau menikah dengan tante Amira, Azzam pengen tante Amira jadi mamah baru Azzam.” Ilham terkejut mendengar perkataan Azzam yang begitu tegas mengatakan kalau dirinya diperbolehkan untuk menikah lagi asalkan dengan Amira. padahal sebelumnya, Azzam selalu melarang Ilham untuk menikah lagi, karena Azzam tidak mau punya ibu tiri. Tapi tiba – tiba setelah bertemu dengan Amira, Azzam malah meminta dirinya untuk menikah dengan Amira dan menginginkan Amira menjadi ibunya. Mereka berdua pun tidak lagi terdengar berbincang – bincang. Keduanya terus berjalan menuju mobilnya yang terparkir tidak jauh ditempat tadi Kirana hampir tertabrak motor. Mereka berdua berniat pulang kembali kerumahnya yang juga masih didalam komplek yang sama, namun memang beda lokasi. Sedangkan Amira pun kini sudah berada halaman rumahnya, berjalan menggandeng tangan Kirana menuju teras rumah. tampak terlihat kedua orang tuanya dan kakaknya sedang duduk dikursi diteras rumah sambil meminum teh Bersama. “ Kalian habis darimana?” tanya Soraya sambil langsung memburu sang cucu dan langsung didudukan dipangkuanya. “ Habis jalan – jalan ditaman, mah,” jawab Amira sambil mengambil pisang goreng keju dan langsung memakannya. “ Oh iya, aku tadi ketemu mas Ilham dengan anaknya Azzam. Aku tidak menyangka kalau istrinya mas Ilham sudah meninggal,” ucap Amira lagi. “ Syukurlah kalau kamu sudah ketemu Ilham dan mengetahui kalau dia juga duda saat ini, dengan begitu mamah tidak harus susah – susah menjelaskannya sama kamu.” Amira menoleh kearah mamahnya, jujur saja dia tidak mengerti maksud dari perkataan mamahnya barusan. “ Maksud, Mamah?” tanya Amira. “ Maksudnya, sederhana. Kamu kan janda, Ilham duda, jadi tidak ada salahnya kalau kalian menikah,” jelas Muhtar dengan begitu tegas dan terusterang. “ Apa!!!” Amira terbelalak mendengar perkataan Muhtar yang begitu jelas meminta dirinya untuk menikah dengan Ilham. Walau pun sebenarnya hati kecilnya sih setuju, namun malu kalau harus langsung menerima begitu saja tawaran dari orang tuanya itu. lagi pula, Amira baru saja cerai, dan masih harus menunggu Sembilan puluh delapan hari lagi untuk masa iddahnya habis. Bukan itu saja, Amira juga belum tahu, apakah Ilham setuju untuk menikah dengannya, karena belum bisa dipastikan kalau Ilham menyimpan perasaan padanya. “ Tapi, pah…?” Amira belum setuju dengan pemikiran kedua orang tuanya tentang pernikahan. “ Sudalah, Amira, papah juga tahu tentang itu…mana mungkin papah akan menikahkan kamu dalam waktu dekat. Lagian, kami juga belum berbicara dengan Yunus, ayahnya Ilham, bahkan belum tahu apakah Ilham setuju untuk menikah denganmu,” jelas Muhtar. “ Benar, nak, kami memang belum membicarakan tentang niat untuk menjodohkan kamu dengan Ilham pada keluarganya Ilham, tapi setidaknya, mamah ingin mendengar pendapatmu tentang rencana dan niat kami untuk memilihkan calon pendamping buatmu. Dan ide itu muncul beberapa jam yang lalu, saat kakakmu melihat kamu sedang duduk Bersama Ilham ditaman," imbuh Soraya memperjelas penuturan Muhtar. ‘ Ya ampun, jadi bang Surya melihat aku sama, mas Surya ditaman? Apakah dia melihat saat mas Surya memelukku?’ wajah Amira seketika berubah memerah karena malu. “ Kakak melihatku, tadi?” tanya Amira ingin meyakinkan. “ Tentu saja, kakak melihat sejak pertama kamu dan Ilham bertemu, sampai akhirnya kamu dan Ilham uduk berdua di kursi taman,” jelas Surya yang sukses membuat Amira semakin malu. “ Jadi, Abang melihat semuanya?” Kembali Amira bertanya pada Surya untuk memastikan kalau kakanya tidak melihat saat Amira menenggelamkan wajahnya didada Ilham. “ Tentu saja, Abang melihat semuanya, bahkan saat kamu dipeluh Ilham pun abang melihatnya, dan itulah alasan kami berencana untuk menikahkan kamu dengan Suraya…sepertinya kalian memang cocok untuk menjada pasangan suami istri.” Jawaban Surya tentu saja sukses membuat Amira semakin malu, wajahnya terlihat semakin memerah, dan tanpa pikir panjang lagi. Amira pun langsung berlari menuju kamarnya. Melihat tingkah Amira yang begitu malu membuat Muhtar, Soraya, dan Surya pun tertawa lucu. Tidak menyangka kalau adiknya yang sudah memiliki anak itu masih merasa malu saat ketahuan berdekatan dengan seorang laki – laki. Dan tentu saja hal itu membuat keluarga Amira semakin yakin kalau Amira sebenarnya menyukai Ilham, dan berencana membicarakan perjodohan mereka pada Yunus, secepatnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN