Part 5 - Nonton Fast Hunter Sama Suami

2649 Kata
Part 5 - Nonton Fast Hunter Sama Suami Albert kembali di tawan oleh Defonzy. Kali ini jumlah mafia anak buah Defonzy sedikit berkurang jumlahnya. Pasalnya tadi seblum Albert tertangkap. Mafia itu habis di serang oleh Albert. Selain ke ahliannya dalam menembak, Albert juga sangat ahli dalam bela diri. Dengan tangan kosong juga ia bisa melumpuhkan lawannya. Albert tidak tega melihat Ashya yang semakin lemah. Mungkin karena sudah terlalu lama jadi tawanan para mafia ini. Albert tidak mau membuang-buang waktu lagi. Ia harus segera melumpuhkan para mafia ini. Defonzy harus segera di tangkap. Agar mendekam selamanya di dalam jeruji besi. Albert sedang mencari cela, kapan ia harus bergerak untuk melawan Defonzy. Soalnya kali ini tanganya telah di ikat tali. Untungnya Albert sangat cerdik. Ia perlahan mencoba melepaskan tali yang mengikat tangannya. Kali ini talinya mulai melonggar. Di depan ia melihat sebuah pistol di meja Defonzy. Ia bertekad untuk meraih pistol itu. Hap! Albert berhasil mengabil pistol yang berada di meja itu. Tali yang mengikat Albert sudah terlepas dengan mudah. Terjadi baku tembak di gudang penyimpanan narkoba. Albert berhasil meraih Ashya yang sudah lama menjadi tawanan Defonzy. Albert menggiring Ashya menuju pintu keluar. Pergerakan Albert di ikuti mafia-mafia anak buah Defonzy. Akhirnya Albert sampai di pintu gerbang keluar. Ia meminta Ashya untuk segera pergi. Awalnya Ashya menolaknya. Tapi Albert tetap memaksa. Albert tidak akan meninggalkan tempat ini sebelum Defonzy tertangkap. Selama dia belum tertangkap. Pasti akan ada kejahatan-kejahatan lainnya yang akan terjadi. "Ashya, go away!" perintah Albert. "Go away Ashya! Run!" teriak Albert. Ashya pun menuruti perintah Albert. Ashya berlari sekencang-kencangnya, menjauh dari gerbang gudang penyimpanan narkoba. Yang ada di otak Ashya sekarang adalah menyelamatkan dirinya. Ia kan pergi menemui ayahnya. Dan meminta pertolongan, untuk membantu mengeluarkan Albert dari gudang itu. Sementara di gudang penyimpanan narkoba. Albert terus mengejar Defonzy yang berusaha kabur lagi. Albert terus mengejarnya dengan hati-hati. Banyak peluru yang di tembakan oleh mafia. Ke arah Albert, dengan sigap. Albert terus menghindarinya. Sampai Albert tiba di sebuah pelabuan. Defonzy pasti akan kabur lagi dengan menggunakan kapal pesiar itu. "Stop Defonzy!" teriak Albert. Mendengar teriakan dari Albert. Defonzy buru-buru masuk kedalam kapal pesiar. Kapal itu muali melaju. Albert berlari dengan kencang. Dan.. Tap! Albert melompat ke kapal pesiar itu. Ia langsung di hadang para mafia itu. Satu per satu Albert hantam mereka. Hingga akhirnya ia bisa bertemu dengan Defonzy. Sang bos mafia, yang selama ini jadi target utamanya. Kini mereka saling beradapan satu sama lain. Albert memegang pistol di tangan kanannya. Defonzy juga memegang pistol di tangan kananya. Albert mulai mendekati Defonzy. Albert menendang tangan kanan Defonzy dengan keras. Tak! Suara itu begitu terdengar keras. Pistol Defonzy terjatuh entah kemana. Albert menodongkan kembali pistolnya di kepala Defonzy. "Game over!" ucap Albert. Defonzy malah tersenyum meremehkan. Ia menatap Albert dengan tatapan membunuh. Defonzy kembali merogoh saku celananya. Dimana di sana sudah tersimpan belati andalannya. Defonzy bersiap akan menikam Albert. Namun... Buk! Albert berhasil menepis pisau belati itu. Ia tidak akan tertipu lagi oleh tak tik yang di mainkan Defonzy. Gerak geriknya sudah terbaca Albert sekarang. Jadi ia tidak akan terluka lagi. Alhert pelintir tangan Defonzy ke belakang. Lalu ia borgol. Albert pun menggiring Defonzy ke luar kapal pesiar. Albert meminta kepada sang nahkoda untuk putar balik ke pelabuhan sebelumnya. Sesampainya di pelabuhan. Ternyata di sana sudah banyak polisi. Di sana juga ada Ashya dan ayahnya. Ayahnya Ashya mengacungkan jempol pada Albert. Akhirnya ia bisa juga menangkap bos mafia. Buronan yang selama ini polisi cari. "Good job, Albert!" puji ayahnya Ashya. "Thank you, Sir!" jawab Albert. Ashya tersenyum pada Albert malu-malu. Akhirnya ia bisa terbebas dari tawanan Defonzy. Semua ini berkat ke gigihan dan keberanian Albert dalam menjalankan misi ini. Ashya berjalan mendekati Albert. Ashya memeluk Albert dengan erat di depan semua orang. Ayahnya kaget melihat reaksi yang di lakukan putrinya di depan semua orang. Tapi ayahnya bisa memaklumi. Karena Albert memang pahlawan bagi Ashya. "I love you," bisik Ashya kemudian. Albert terkejut dengan ungkapan Ashya yang mendadak. Pasalnya ini di depan banyak orang. Ada ayahnya Ashya pula. Albert juga tidak memungkiri. Kalau ada debar yang berbeda di hatinya. Ashya berhasil menggeser nama kekasih sebelumnya di hati Albert. Apa dia juga harus menerima cintanya Ashya? "I love you to," bisik Albert tepat di telinga Ashya. Film Fast Hunter telah berakhir sejak tadi. Raisa dan Riyan malah ketiduran di sofa. Nyaman sekali rasanya. Ya, iyalah. Orang Riyan yang jadi bantalnya. Hehe. Raisa kembali terbangun karena Gavyn menangis. Tidak hanya Raisa yang bangun, Riyan juga ikut bangun. Raisa langsung menghampiri kamar si kembar. Ternyata di sana sudah ada baby siter yang sedang memberikan Gavyn s**u formula. Raisa memang merasa produksi asinya tidak terlalu banyak. Sehingga ia memutuskan agar menambah dengan s**u formula. Agar nutrisi dan kebutuhan si kembar terpenuhi, tapi tetep dong asi yang diutamakan. Mungkin kalau bayinya hanya satu. Pasti Raisa juga memutuskan untuk full asi. Raisa membiasakan si kembar dengan asi dan s**u formula. Agar saat di Indonesia terbiasa. Karena kalau sudah di Indonesia. Ia pasti kembali disibukan dengan kerjaannya di Raiyan Hospital. Sudah lama sekali Raisa meninggalkan Raiyan Hospital. Pasti sudah banyak yang berubah. Rasanya rindu juga saat suasana di rumah sakit. Bau khas obat yang semilir menyelusup ke hidung Raisa, ketika tiba di rumah sakit. Raisa harus siap dengan pekerjaan dan mengurus si kembar nantinya. Tok. Tok. Tok. Pintu di ketuk. "Itu pasti Aliya. Biar aku yang bukain sayang," tawar Raisa. Raisa langsung bergegas untuk membuka pintu rumahnya. Bukan karena Raisa ingin membukan pintu untuk Aliya saja. Namun, ia juga sangat penasaran. Apakah lamaran Digo diterima oleh Aliya? Raisa membuka pintunya. Benar saja Aliya yang pulang. "Kak, aku pamit pulang dulu. Maaf enggak bisa mampir. Salam saja sama kak Riyan, yah," pamit Digo. Kemudian ia langsung naik mobil hitamnya, untuk pergi meninggalkan rumah. Aliya malah senyam senyum dengan membawa sebuket bunga mawar merah di tangannya. "Cie cie. Gimana Digo ngelamar kamu enggak?" tanya Raisa penasaran. "Emmmmhh.. Ya gitu deh hahaa," canda Aliya. "Al, serius. Kakak kepo nih," Raisa malah penasaran. Pasalnya Digo juga belum mengabarkan apapun. Sebetulnya itu rahasia sih, jangan sampai Aliya tahu. Kalau Riyan dan Raisa yang membantu rencana lamaran Digo untuk Aliya. Aliya memeluk Raisa dengan erat. Ia menangis dalam pelukan Raisa. "Ya, aku nerima lamaran Digo. Akhirnya Digo ngelamar aku juga kak," ucap Aliya sangat senang. Perlahan ia melepaskan pelukannya dari Raisa. Aliya menghapus air mata bahagianya yang tadi sempat menetes. "Selamat yah sayang, pasti kamu terharu banget," ucap Raisa memberikan selamat. "Banget kak, Digo ngelamar aku saat sunset di sungai Seine. Terus udah itu Digo ngajak dinner di menara Eiffel. Digo bener-bener romatis kak," cerita Aliya. Padahal Raisa sudah tahu rencana Digo malam ini. Mata Aliya sungguh berbinar-binar. Hanya seorang perempuan yang mengerti. Bagaimana rasanya, ketika dilamar oleh pacarnya. Hati yang berbunga-bunga? Oh tentu. Aliya memang menunggu saat ini lagi. Aliya kira Digo sudah bosan melamar Aliya, tapi ternyata Digo menunggu momen yang tepat. "Selamat sayang, wah sebentar lagi adiknya, kakak. Akan menikah nih," ujar Riyan saat menghampiri Aliya. "Pasti kamu tadi nunggu Aliya kan, sayang?" tebak Riyan. "Hehe kamu tahu aja sih, sayang," sahut Raisa cengegesan. "Makasih yah kak, kakak setujukan kalau Aliya dan Digo menikah?" tanya Aliya konyol. Tentu setujulah. Kalau enggak setuju ngapain Riyan membantu rencana lamaran Digo untuk Aliya. Namun, sepertinya seru juga. Kalau Aliya sedikit dibercandain sama Riyan. "Enggak," tolak Riyan. "Ih sayang kok gitu sih, kasian Aliya. Mereka udah lama pacaran loh! Kalau kamu enggak setuju ngapain tadi siang kamu bantuin rencana Digo?" ceplos Raisa. Ia keceplosan tentang rencana Digo yang dibantu Riyan. Ups! Habisnya emosi. Masa iya, Riyan tidak menyetujui pernikahan adiknya. "Rencana? Rencana apa?" tanya Aliya bingung. Respek Riyan menepuk jidatnya yang tidak bersalah. "Kamu kenapa keceplosan sih," bisik Riyan pada Raisa. Jadi ketahuan kan. Raisa malah cuek, tidak menggubris bisikan dari Riyan. "Ada apa sih? Kayaknya kalian menyembunyikan sesuatu dari aku deh. Rencana apa sih?" tanya Aliya lagi penasaran. "Ini nih kakak kamu. Bantu Digo buat acara lamaran kamu malam ini, tapi malah enggak direstuin. Aneh kan," omel Raisa membocorkan semuanya. Kesel sih, kalau enggak mau merestui. Kenapa harus dibantu? "Oh pantes. Digo berubah jadi romantis. Aku pikir karena Digo yang membuat itu sendiri. Bagus kak, setelah kakak membantu Digo. Aliya yang justru kakak hempaskan," ujar Aliya dengan nada kecewa. Mata Aliya mulai berkaca-kaca. Ia pergi keluar rumah. Kok jadi seperti ini sih? Niat Riyan kan hanya bercanda saja. Apa Riyan kelewatan? Raisa juga sih, pakai acara keceplosan segala. Saat Riyan akan mengejar Aliya. Raisa menghentikan langkah Riyan. "Biar aku aja yang ngejar Aliya," ucap Raisa. Kemudian ia menggejar Aliya keluar rumah. Riyan mengekor di belakang Raisa. Riyan sangat merasa bersalah dengan tindakannya. Seharusnya tadi Riyan tidak usah bercanda seperti itu pada Aliya. Aliya menangis di bangku taman rumah Riyan dan Raisa. Ia menangis sesegukan. Kenapa yang seharusnya hari bahagia, ini malah berujung dengan kekecewaan dan tangis? Perlahan Raisa menghampiri Aliya. "Al, kamu enggak apa-apa?" tanya Raisa hati-hati. Suasana hati Aliya sekarang lagi kacau soalnya. Aliya menghapus air matanya. "Ternyata Digo enggak seromantis yang aku pikirkan kak. Dia malah dibantu kak Riyan. Kak Riyan juga ternyata malah enggak setuju," curhat Aliya. Raisa menggenggam tangan Aliya. "Al, setiap orang pasti butuh batuan kok. Termasuk Digo. Kakak rasa wajar saja, kalau Digo meminta bantuan pada kakak kamu. Karena ia ingin momen lamaran terbaik, untuk kamu. Bukannya dulu pas kak Riyan lamar kakak. Itu semua dibantu sama kamu kan?" jelas Raisa. Semoga saja dengan ini Aliya sedikit lebih tenang. Karena benar juga apa yang dikatakan Raisa. Karena tidak semua orang bisa berprilaku romantis. "Ya, sih kak. Untung aja aku belum marah sama Digo. Terus kakak gimana? Padahal Aliya seneng banget udah dilamar sama Digo," rengek Aliya. Riyan menghampiri Aliya. "Udah kamu nikah aja. Maaf tadi kakak sebetulnya bercanda kok. Kamu sama Raisa aja yang baper. Hehe," Riyan nyengir kuda. Raisa mencubit tangan Riyan. "Aaaaauuuww!" pekik Riyan. "Sakit tahu sayang," protes Riyan. "Bercanda ada tempatnya tahu. Enggak seneng apa lihat adik kamu bahagia!" damprat Raisa kesal. "Iya, iya. Maaf yang sayang. Maaf yah Aliya. Kakak enggak serius kok bilang enggak. Masa iya, kakak bantuin Digo. Kalau kakak enggak setuju. Kakak pasti setujulah. Malah kakak senang. Akhirnya kamu menerima lamaran Digo dan akan segera menikah," sesal Riyan bercandaannya memang sedikit keterlaluan. "Bener kak?" tanya Aliya meyakinkan apa yang barusan Riyan ucapkan. "Iya, Al. Enggak ada alasan buat kakak enggak setuju. Kalian berdua udah saling mencintai. Itu hak kalian. Ngapain juga kakak larang," cetus Riyan. Aliya langsung memeluk Riyan. Raisa tersenyum melihat momen itu. Raisa tidak pernah cemburu pada Aliya. Ngapain cemburu sama adiknya, suami sendiri? Raisa malah senang dan sedikit iri. Karena mereka begitu sangat dekat. Raisa jadi kangen Nadien. Nadien apa kabar yah? ******** Malam ini Raisa kembali ditemani Riyan menonton film Fabio dan Merlin. Judulnya Lexi. Lucu juga ceritanya. Kali ini adalah fantasi romance genrenya. Film dimulai Raisa mulai menikmati filmnya. Sementara Riyan sedikit ngatuk karena tadi siang, ia banyak kerjaan di kantornya. Mau nolak permintaan Raisa, tapi enggak enak. Karena semalam sudah janji akan menemani Raisa nonton karya filmnya Fabio. Jadi Riyan mencoba menikmati film yang sekarang sedang diputar. Dermaga di senja hari. Terlihat sangat indah, dengan lembayung yang menebarkan warna kuning keemasan di langit biru. Setiap detik saat sun rice, mempunyai momen dan cerita masing-masing. Lukisan karya Tuhan yang sangat indah. Betapa bersukurnya hidup di bumi. Beragam keindahan Tuhan perlihatkan, untuk kita bersyukur atas kuasaNya. Tidak akan ada yang bisa menandingi kuasanya. Manusia memang pintar, tapi ada Tuhan yang maha pintar. Seorang perempuan cantik berjalan menyusuri dermaga. Parasnya cantik bak putri kerajaan. Kulitnya putih bersih, seperti salju. Hidungnya yang bangir memperelok kecantikannya. Tak kalah rambutnya yang panjang, hitam berkilau. Ia biarkan terjuntai begitu saja. Tingginyapun semampai seperti model. Ia bersiul siul dengan ringan. Sepertinya dia sedang bahagia sekali. Biasanya perempuan itu hanya datang dan menikmati rutinitas yang setiap hari, ia lakukan. Sejak kapan perempuan itu suka bersiul? Kebahagiaan sedang merundung dirinya. Setiap hari, ia selalu sempatkan datang ke dermaga ini. Untuk melihat senja di sore hari. Menikmati detik demi detik, saat matahari mulai terbenam. Padahal setiap hari, matahari terbenam dengan cara yang sama. Namun, perempuan itu, selalu saja ingin menikmatinya. Karena ada kebahagiaan tersendiri, saat di tempat itu. Ia lebih suka menyendiri di tempat itu. Tempatnya sangat damai. Sepi dan sunyi. Sangat cocok sekali, bagi orang yang ingin menenangkan pikiran. Tempat damai dan sunyi, selalu berhasil membuat hati dan pikiran tenang. Karena disaat sunyi. Pikiran kita akan mulai bersih. Seakan beban hidup terangkat sejenak. Namun kali ini, perempuan itu sedang menunggu seseorang. Seseorang yang berhasil membuat hatinya teduh. Seseorang yang selalu membuat jantungnya deg degan, setiap ada di dekatnya. Seseorang yang membuat dirinya jatuh cinta. Pantas saja sedari tadi ia bersiul-siul riang. "Sayang," bisik seorang lelaki yang baru saja datang. Ia langsung memeluk perempuan itu dari belakang. Sepertinya lelaki itulah yang ia tunggu sedari tadi. Biasanya perempuan itu, hanya sendirian menikmati indahnya senja. Perempuan itu berbalik, "Kamu kemana aja? Aku udah nunggu sejam loh!" protesnya manja. Padahal sebelum bertemu lelaki itu. Perempuan itu, selalu kesini sampai nunggu berjam-jam. Hanya telat satu jam saja mah, engga ada apa-apa. Mungkin dia memang, hanya ingin manja pada kekasihnya sekarang. "Maaf yah. Kamu tahu kan kerjaan aku. Sebagai super hero engga bisa ditinggalkan. Setiap hari kerjaan tidak menentu. Jadi aku juga ga bisa selalu tepat waktu. Kamu harus faham situasi aku sekarang, " ya, lelaki itu memang super hero yang selalu menolong semua orang. Namanya Lexi. Lexi adalah super hero bertopeng, yang saat ini hanya Debora yang tahu. Perempuan yang menunggu di dermaga itu adalah Debora. Debora adalah kekasihnya, baru akhir-akhir ini. Lexi berpacaran dengan Debora. Setalah menolong Debora dari cengkraman monster gurita. Flash back. Saat itu di pusat kota sedang ramai. Karena warga sedang merayakan ulang tahun wali kota. Semua berkumpul di pusat kota. Ada parade bertemakan super hiro. Selain itu ada bazar murah dan pesta kuliner yang membuat memanjakan mata. Selain tampilannya yang menarik. Kulier ini tidak kalah rasanya dengan masakan, hotel berbintang lima. Makanan dan minumannya mampu memanjakan lidah. Sangat lezat dan tak bisa di lupakan. Wali kota yang sekarang itu sangat bijak dalam memakmurkan warganya. Jadi warga sepakat, untuk merayakan ulang tahun sang wali kota. Sayangnya hari itu, yang seharusnya menjadi hari bahagia sang wali kota dan warganya. Hancur seketika, ketika monster gurita mulai heboh menghancurkan setengah kota. Semua orang berhamburan tidak beraturan. Mereka ketakutan dengan datangnya monster gurita. Saat itu moster gurita sedang mencengkram Debora. Debora pasrah saja dengan apa yang dilakukan moster gurita itu. Pikirannya mulai kosong, karena baru saja ia mendapatkan kabar orang tuanya telah tiada. Tadinya ia datang ke pusat kota, bermaksud cari hiburan, tapi yang ada malah kekacauan yang ia dapatkan. Debora tidak melawan saat monster gurita itu, memegang tubuh mungilnya. Mungkin dia ingin memakan Debora. Debora tidak perduli. Karena ia juga ingin mati, menyusul kedua orang tuanya. Namun, keinginan Debora tidak terkabulkan. Lexi datang dengan cepat. Ia melepaskan Debora dari cengkraman monster gurita itu. Setelah menyimpan Debora di tempat yang aman. Lexi langsung menyerang moster gurita itu, hingga kalah. Sejak kejadian itu Debora jatuh cinta pada Lexi. Entah apa yang di pikiran Lexi. Ia juga telah jatuh cinta pada Debora. Sampai rela membuka jati dirinya di depan Debora. Padahal itu adalah identitas dirinya. Yang semua orang tidak tau. Lexi sering menolong seorang perempuan cantik. Bahkan lebih cantik dari Debora. Tapi hanya pada Debora hatinya terpanggil, jatuh cinta pada pemilik rambut panjang itu. "Iya, aku paham Lexi. Monster apa lagi yang sekarang kamu hajar, sayang?" tanya Debora mulai kepo dengan pekerjaan Lexi. Pekerjaan yang sangat unik. Yang belum tentu semua orang bisa. Hanya orang yang mempunyai kekuatan khusus, yang bisa melakukan pekerjaan super hiro seperti Lexi. "Haha, kali ini tidak ada monster, tapi aku berhasil menangkap bandit buronan kota Liminus. Mereka sekarang sudah mendekam di balik jeruji besi," Lexi malah terkekeh. Entah dari mana monster-monster itu datang ke kota Liminus, tapi yang jelas. Kota Liminus membutuhkan super hiro baik hati, seperti Lexi. "Good job!" puji Debora.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN