Sementara di tempat lain terlihat Dimas sedang bersama laras dan ibu Dimas makan di sebuah Restaurant yang baru saja di resmikan Laras. Dan tanpa sepengetahuan ibu Dimas, bahwa Restaurant itu di buka menggunakan uang tabungan milik Zoya yang di pegang Dimas. Semua di lakukan oleh Laras dan Dimas demi meraih restu ibunda Dimas.
“Hebat kamu, Laras. Sekali buka restaurant langsung lima sekaligus. Mama bangga banget sama kamu, Nak…” ucap ibunda Dimas sembari mengusap tangan wanita itu dengan bangag.
“Tante bisa aja…” sahut Laras tersipu malu.
“Kok masih panggil tante, sih? Panggil mama dong. Sebentar lagi kamu akan sah menjadi menantu mama. Wanita pengangguran itu akan segera di ceraikan sama Dimas. Kamu tenang saja…” ucap wanita paruh baya itu dengan bibir merat merot tak karuan.
“Tante…Laras gak enak sama Zoya. Pada dasarnya Laras dan Zoya itu pernah kenal dan temenan. Karena mama Laras itu dulu ketua yayasan di panti asuhan Zoya tinggal, Tante…” sahut Laras lagi yang membuat binar mata wanita paruh baya yang matre itu.
“Ohh…jadi mama kamu dulu itu ketua yayasan? Wahh…berarti kamu ini kaya raya dong? Pas banget sama Dimas. Wanita yang di nikahi Dimas itu seharusnya wanita seperti kamu, bukan bocah ingusan yang baru tamat SMA. Alasan jadi artis. Emang berapa sih gaji artis, coba? Tetangga tante aja biduan udah tiap malam keluar sebulan gak sampai tiga juta. Ini malah sok-sok an banget….” Cibir ibunda Dimas lagi karena memang merasa kesal, putranya dulu menikahi bocah yang baru lulus SMA.
“Tante bisa aja. Artis itu besar loh tante gajinya…” jawab Laras lagi membuat wanita paruh baya itu semakin mencibirkan bibirnya.
“Kata siapa artis gaji besar? Kalau gaji besar tetanggaku itu pasti sudah kaya raya. Tetangga tante itu loh, penyanyi terkenal…” ketus wanita paruh baya itu lagi membuat Laras menatap kearah Dimas pria di sampingnya yang menjadi kekasihnya beberapa tahun terakhir. Dimas memberi kode agar dirinya tetap diam dan merespon kalimat ibunya.
“Wahh…benarkah Tante? Mas Dimas sih, gak sabar nungguin Laras dulu. Laraskan lebih tua dari Zoya. Seharusnya kalau Mas Dimas sabar sedikit lagi pasti kami bertemu…” elak Laras dengan menyuguhkan senyum palsunya.
“Iya, Dimas dulu pasti kena pelet sama si Zoya itu. Makanya dia ngebet banget mau nikah. Sampai gak dengerin larangan tante. Heran…sekarang baru nyesal dia. Berapa bulan nikah sudah mulai bosan dengan Zoya. Makanya ikutin kata Mama sudah tante bilang. Dimas masih ngeyel…” ucap wanita paruh baya itu merasa kesal karena dahulu puteranya tidak mendengarkan nasehatnya untuk tidak menikahi Zoya. Tapi kala itu Dimas bertekad menikahi Zoya meskipun sang ibunda tidak merestui pernikahannya.
Ibunda Dimas tentu tidak tahu, jika Dimas menikahi Zoya hanya karena uang wanita yatim piatu itu. Kini Dimas telah menguasai uang milik Zoya, sehingga dirinya sekarang memilih menjalin kasih dengan wanita lain yang juga merupakakn sahabat Zoya secara terang-terangan.
Mereka terus berbincang dengan hangat, sementara ketegangan masih terjadi di lokasi yang berbeda. Di sebuah apartement milik Ziont.
“Jaga mulut, lo. Sekali lagi lo sebut dia p***k, gua kaga akan tinggal diam. Paham, lo? Sekarang, silahkan angkat kaki dari apartement gua sebelum gua panggil pihak keamanan.”
“Maksud, lo?” Syafira menatap tajam kearah Ziont.
“Masih kaga ngarti, lo? Mo tau alesannya?” Sorot mata Ziont bahkan tak sekalipun mengarah kepada wanita yang sangat dia cintai itu. Hatinya terlanjur terluka atas apa yang telah di lakukan wanita itu padanya.
“Makanya lo bilang? Dimana salah gua?” Suara Syafira semakin membuat Ziont yang sejak tadi berusaha meredam amarahnya akhirnya terpancing dan tak lagi bisa menahan diri.
“Gua muak lihat muka m***m lo…” tandas Ziont dengan tegas giginya gemeretak. “Yashhh!!” Ziont mengepalkan tangannya dan meremas rambutnya.
“Apa?! Lo lebih ngebela p***k murahan itu dibanding gue, pacar lo?” Tanya Syafira tak percaya dengan sosok pria yang ada di hadapannya ini.
“Syafiraaa! Lo seharusnya sadar. Yang murahan itu, lo. Bukan dia…” jawab tegas Ziont membuat Syafira terbelalak.
“Apa lo bilang? Gue murahan? Apa buktinya?!!” Teriak Syafira kesal.
“Lo lupa maksud kedatangan lo ke apartement gua, apa? Lo lupa tadi siang lo ngapain aja di aparement lo sama dekan kampus?” Sindir Ziont membuat Syafira terdiam sejenak.
Mengetahui wanitta yang dia cintai terdiam, Ziont melanjutkan kalimatnya. “Seharusnya sebagai seorang dokter yang memiliki kategori cakep, lo bisa naikin level lo dikit, lah. Jangan ngejatohin harga diri gue gini. Lo pikir gue kaga ngerasa terhina liat lo tidur ama tua bangka yang lebih pantes jadi bokap lo, hah?!” Mata Ziont membelalak lebar matanya memerah menahan amarah, tangannya gemetar.
“Maksud lo apa, Ziont?” Sahut Syafira kesal.
“Lo tidur ama pria tua bangka, dan lo ngapain ada di sini lagi?! Lo itu gak pantes ada di sini. Kita udah putus. PUTUS!” Ucap Ziont lagi.
“Oke, gue tidur ama dekan kita, benar emang adanya. Tapi, apa lo pantes langsung ngebales gue dengan tidur ama p***k murahan begitu?!”
“SYAFIRAA!!” Ziont mengayunkan tangannya, tapi akhirnya dia tahan dan mengurungkan untuk mendaratkan sebuah tamparan kearah pipi mulus wanita yang tega menghianatinya itu.
“Seharusnya lo malu, nyebut dia murahan. Setidaknya dia tidur apa cowok muda, single dan emang berkualitas. Beda ama lo!”
“Tetep aja dia p***k murahan. Kenapa mau di ajakin tidur ama cowok. Wanita rendahan itu pasti cuma minat duit lo, udah Ziont. Yang paling pantes buat lo itu gue, bukan w************n hina macem gitu…” tutur Syafira dengan menahan marah.
“Syafira, please. Jangan samain tiap wanita itu seperti lo. Seenaknya lo ngomongin wanita lain murahan.” Ziont merendahkan kalimatnya karena kehabisan tenaga untuk marah.
“Emang kenyataan, kok. Dia kaga ada bedanya ama gue. Hanya saja dia lebih murahan daripada gue. Gue seorang dokter! Sementara p***k itu?” Syafira tersenyum sinis mengejek.
“Syafiraaa…”Geram Ziont lagi sembari menggertakkan giginya menahan amarahnya yang sudah di ubun-ubun.
“Ingat. Sekali lagi lo sebut dia murahan, lo akan tahu apa yang bakal terjadi ama lo, ingat itu!” Tatap tajam Ziont kearah Syafira. Tak ada lagi cinta di sorot mata pria itu. Hanya kebencian yang membuncah menyesak mengisi seluruh rongga dadanya.
“Ziont…” panggil Syafira lagi tak percaya jika pria yang selama ini manut padanya ternyata mengeluarkan taringnya, hingga membuatnya salah tingkah.
“Lo, lakuin ini ke gue? Lo lebih bela w************n itu di banding gu? Gue laporin lo ama tante Windy.” Tegas Syafira lagi membuat Ziont tersenyum sinis.
“Terimakasih kalau emang lo mau ngelaporin gua. Gua gak perlu repot buat minta restu buat nikahin dia.” Sahut Ziont membuat Syafira semakin panas.
PLAKK!!
Sebuah tamparan melayang kearah pipi Ziont, hingga membuat Ziont terdiam sejenak seperti terhipnotis.