Saga membulatkan matanya menerima biaya dari sang pengirim kasur. Harga dari ranjang itu sangatlah mahal apa lagi jasa pengirimannya benar-benar mengerikan jika dihitung secara keseluruhan.
Tapi Saga tak bisa melakukan apa-apa selain membayar semua itu. Seperti yang dikatakan oleh Lizzy bahwa dia membeli kasur itu mengatasnamakan namanya jadi secara otomatis Sagalah yang ditagih bukan Lizzy.
Untung Saga adalah orang kaya. Dia pun langsung membayar semuanya meski raut wajahnya masam. "Wah ini ya kasurnya besar dan cantik, aku suka." Saga menoleh pada Lizzy ketika pengirim berlalu menjauh darinya.
Dia mendekat pada Lizzy yang menyuruh beberapa pelayan untuk membawa kasur berukuran king size itu masuk. "Kau pintar sekali ya menggunakan namaku untuk membeli barang, apa kau itu tak punya uang sama sekali sampai-sampai harus memakai uangku untuk membeli barang?" Lizzy mendelik kesal.
"Uang suami adalah uang istri tapi uang istri bukan uang suami. Memangnya kenapa aku membeli atas namamu, aku ini, kan istrimu?"
"Oh jadi kau memiliki dua alasan kenapa menikah denganku. Pertama kau menyakitiku yang kedua kau ingin uangku, benar begitu?" Segaris senyuman miring ditampakkan oleh Lizzy.
Dia kemudian berjalan beberapa langkah hingga hampir tak ada jarak lagi antara dirinya dan suaminya, jemarinya lalu menyentuh baju santai yang dipakai oleh Saga seakan membersihkan debu yang tertempel. "Kenapa tidak? Aku memiliki seorang suami yang kaya juga tampan akan mubazir bukan kalau aku menyia-nyiakan kau."
Meski hatinya panas, Saga mengumpat pada dirinya sendiri karena di sisi lain dia tertarik pada istrinya yang menjengkelkan itu. "Kenapa kau memandangku seperti itu? Kesal ya?" Saga mendengus lalu membuang muka.
Lizzy terkekeh kecil lalu menjauh. "Sebaiknya kau hibur wanitamu itu. Aku menamparnya dari tadi karena tak sopan pada salah seorang pelayan."
"Heh, baru sehari saja kau sudah berlagak Nyonya di rumah ini." sindir Saga sekali lagi.
"Ya aku memang Nyonya di rumah ini, aku istrimu." balas Lizzy penuh percaya diri. Saga mendengus kala melihat punggung Lizzy mulai menjauh.
"Ada apa dengan diriku ini? Dia menyebalkan dan selalu bertindak semena-mena tapi ... kenapa aku menyukainya?" monolog Saga dengan kesal.
Pada akhirnya Saga berjalan masuk ke dalam. Dia ingin ke kamar utama tapi mengingat kalau Lizzy yang menempati kamar tersebut, Saga jadi enggan. Dia berubah haluan menuju kamar baru milik Crystal--kekasihnya.
Sekarang Crystal menempati kamar tamu meski ruangannya sebagus dengan kamar utama tapi wanita itu tak puas buktinya saat Saga masuk Crystal mendecak seraya memandang sekeliling. "Kenapa kau berdecak seperti itu?"
Crystal menoleh pada Saga. Dia menunjukkan matanya yang berkaca-kaca sambil menghampiri pria itu. "Hiks ... Saga aku tak terima dengan perlakuan istrimu. Dia menamparku dari tadi Saga."
Isakan terdengar semakin jelas dan hal itu membuat Saga bersimpati. Pria itu lalu membalas pelukan seraya mengusap bahu Crystal lembut. Dilerainya pelukan Crystal. "Tunggu sebentar ya." Saga berjalan keluar dan beberapa menit kemudian dia datang membawa kotak P3K.
Bekas tamparan Lizzy masih terlihat jelas dan terlihat sedikit membiru. Saga akhirnya memberikan wajah Crystal dengan alkohol terutama di bagian yang lebam. Crystal meringis kesakitan membuat Saga lebih berhati-hati dalam menyentuh lukanya.
Entah siapa yang memulainya duluan, mungkin karena mereka berdua hanya memiliki jarak yang menipis sehingga keduanya b******u penuh hasrat.
Tentu saja adegan selanjutnya adalah adegan dewasa. Parahnya mereka melakukan itu saat Lizzy ada di rumah. Beberapa pelayan yang mendengar desahan nakal dari Crystal merasa tak enak dan tak menyukai kedua orang itu. Mereka sungguh tak tahu malu!
Setelah puas bermain-main, Crystal menampakkan seringai kala melihat Saga tertidur pulas. Wanita itu bangun dari tempat tidur dan mandi lalu mengganti pakaiannya. Dia sengaja memakai pakaian yang agak terbuka untuk memperlihatkan bercak merah yang dibuat oleh Saga.
Agar menciptakan rasa cemburu pada Lizzy. Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Dia menemukan Lizzy sedang asyik duduk seraya membaca majalah di ruang keluarga tak jauh dari kamarnya. Crystal mendekat lalu berdeham keras.
Lizzy melirik malas pada wanita itu dan kembali memperhatikan majalah yang dia baca. Crystal tentu saja kesal tapi kemudian dia membuka suara. "Apa kau tak melihat penampilanku ini?"
"Aku melihatnya ... seorang wanita yang tak tahu malu." Crystal lagi-lagi dibuat kesal dan untuk kedua kalinya dia menahan diri.
"Kau tidak lihat bercak kemerahan ini?" Pertanyaan itu membuat Lizzy melirik. Memandang pada banyaknya bercak merah. Wanita itu lantas menyeringai melihat kalau Lizzy menatapnya atau lebih tepatnya pada bercak-bercak merah.
"Ini adalah tanda yang Saga berikan padaku. Dia sangat buas di atas ranjang. Kau pasti tak tahu soalnya kau itu mana mungkin ditidurinya." Crystal tertawa mengejek namun dia tak memperhatikan Lizzy tersenyum miring.
"Itu bagus, kau tahu posisimu di sini sebagai apa." Tak ada nada marah membuat Crystal menghentikan tawanya lalu memandang bingung pada Lizzy.
"Maksudmu?"
"Posisimu ... sebagai pemuas suamiku." Mata Crystal membulat mendengar ucapan sumbang dari istri kekasihnya itu.
"Aku tak perlu lelah di atas ranjang toh kau, kan ada dan kau tahu ekhem, sering melakukannya bersama suamiku jadi terima kasih ya." Crystal terhenyak, Lizzy berani melempar sindiran secara tak langsung dan ini benar-benar tak bisa dimaafkan.
"Dasar perem--"
"Ett, jangan menghardikku. Ingat aku Nyonya di rumah ini, aku bisa mengusirmu kapan saja aku mau mengerti?" Napas Crystal memburu lalu memilih untuk pergi.
"Heh, dasar wanita rendahan. Memakai pakaian yang agak terbuka hanya untuk membuatku cemburu, gila." desis Lizzy. Matanya lalu beralih pada ponselnya lalu membuka salah satu video.
"Hmm, video senonoh ini harus aku apakan ya?" tanya Lizzy bergumam dengan senyuman tipis. Video yang diputarnya adalah video ketika Saga dan Crystal bercinta yang dia ambil secara diam-diam.