Pagi harinya, Saga membuka matanya dan mengerjap sebentar sambil mengumpul nyawa. Dia tidak tahu bagaimana dia bisa sampai di rumah sementara tadi malam itu dia ada di klub lalu minum sebanyak-banyaknya.
Rasa pusing menyerang kepalanya membuat Saga mendecak kesal namun lain hal saat dia melihat ke arah samping di mana Lizzy tertidur lelap seraya menggenggam salah satu tangan milik Saga.
Saga terkejut sesaat lalu merona. Apa yang dia lihat ini benar-benar nyata? Senantiasa berkelabat dengan pikirannya, tubuh Lizzy menggeliat dan perlahan membuka sepasang matanya.
Mereka berdua saling memandang cukup lama sampai Lizzy memejamkan mata tanda memutuskan kontak. Dalam hati Saga, itu cukup membuatnya terluka. "Selamat pagi."
Saga kembali melihat pada Lizzy yang kini duduk di sampingnya. "Selamat pagi." balas Saga pelan.
"Kau ... tidur di sini?" tanya Saga selagi dia bangun.
"Aku bisa apa? Aku tak bisa meninggalkan kau sendirian yang mabuk berat. Ditambah kau merengek padaku jadi aku di sini bersamamu," sekali lagi Saga terpaku. Dia tersentuh dengan tindakan yang diambil Lizzy.
"Kau memberi perhatian padaku? Serius?" Lizzy lantas memberikan delikan tak suka kepada Saga.
Saga refleks menutup wajahnya dengan bahu. Dia selalu mendapat tamparan dari Lizzy jadi mungkin saja istrinya akan melayangkan tangannya lagi ke pipi milik Saga. "Tolong jangan buat aku marah ini masih pagi."
Pria itu membuka matanya dan melihat Lizzy sudah berjalan di ambang pintu. Dia bernapas lega karena hari ini dia tak mendapati tamparan di wajah seperti hari sebelumnya.
Pikiran Saga terpusat lagi pada perkataan Lizzy alhasil ia menggaris senyuman. Hatinya merasakan sesuatu yang aneh tapi Saga suka dengan sensasi yang dia rasa. Meski Lizzy memiliki sikap angkuh dan keburukan lainnya, akan tetapi Lizzy mempunyai sisi positif yang baik.
Saga mengakui dia menyukai sisi positif fersebut. "Apa ini tandanya dia mulai menyukaiku?" Secara mendadak Saga mencubit dirinya sendiri dan mengaduh kala dirinya merasa sakit.
Saga mengerjapkan matanya sesaat kemudian tersenyum. Ini nyata! Lantas Saga segera bangkit berdiri dan mencuci mukanya lalu turun menghampiri Lizzy yang baru saja menyelesaikan memasak sarapan mereka berdua.
"Wow kau banyak sekali masaknya apa ini hari besar?" Lizzy tersenyum mendengar pertanyaan Saga.
"Tentu ada perayaan. Perayaan kemenanganku."
"Kemenanganmu?"
"Ingat soal permainan yang kita berdua mainkan. Dari tadi malam kau mengatakan cinta padaku itu artinya kau mengaku kalah dariku." mata Saga membulat. Dia tak tahu akan hal itu.
"Masa?"
"Tentu saja kau tak ingat. Soalnya kau lagi mabuk."
"Nah justru karena aku mabuk pengakuan itu nggak sah. Aku tak dalam kondisi baik jadi kau tak menang." kening Lizzy mengerut.
"Kenapa aku harus menurutimu?"
"Karena aku suamimu." balas Saga lugas. Dalam diri Lizzy menyimpan amarah yang sangat hebat akan tetapi pagi itu dia tak ingin menyalurkan kemarahannya dengan membalas sang suami malah dia bersikap tenang.
"Baik kalau begitu, cepat sarapan dan kita bersiap-siap,"
"Bersiap-siap?"
"Iya untuk double date kita kau lupa ya padahal kau yang memintanya loh." mendadak wajah Saga pucat. Saking gembiranya dia lupa kalau memilliki janji.
"Aku juga akan bersiap-siap nanti Gail akan menjemputku." Lizzy melirik melalui ekor matanya, melihat bagaimana raut wajah Saga berubah saat mendengar nama 'kekasihnya'.
"Oh iya aku lupa menanyakan satu hal padamu, mana kekasihmu? Kalian berdua semalam pergi bersama bukan?" Saga mematung beberapa saat dan menyadari ketika dirinya pulang, Crystal masih berada di klub yang mereka datangi.
Semoga saja wanita itu datang cepat.
Di sisi lain, Crystal terbangun dari tidurnya. Dia berada di kamar dan tidur di atas ranjang hanya saja Crystal tak sendirian. Ada seorang pria dan si pria asing memeluk tubuh Crystal yang saat itu juga merangkul hangat.
Ketika Crystal membuka matanya, hal yang dia lihat adalah pria teman tidurnya itu. Sontak Crystal bangun dari posisinya dan melihat sekitar. Dapat diketahui apa yang mereka lakukan semalam begitu meneliti kamar tersebut.
Crystal pun tak memakai bajunya sekarang. "Selamat pagi Nona cantik." Sekali lagi Crystal memandang ke arah si pria yang tersenyum. Sebuah senyuman yang memuakan bagi Crystal.
Ini mengingatkannya kepada Lizzy.
"Semalam aku sudah melakukannya dengan baik loh. Sekarang mana bayaranku?" Crystal memberikan pandangan dingin. Dia pun berdiri lalu mengenakan pakaiannya di depan pria yang sama sekali tak dia kenal itu.
Begitu juga dengan si pria, dia sekarang sibuk mencari pakaiannya. Satu juta kemudian dilemparkan sembarangan ke atas ranjang. "Jangan pernah mengatakan pada siapa pun anggap saja apa yang terjadi semalam tak pernah terjadi sesuatu."
"Baik Nona cantik, terima kasih atas bayarannya." Crystal lalu pergi dari kamar menuju kediaman Saga. Di dalam perjalanan pulang, Crystal terus menggerutu dalam hati.
Harusnya dia bersama Saga di atas ranjang tapi kenapa Crystal tidur dengan Gigolo? Jadi Saga pulang tanpa dirinya?!
Tiba di rumah Saga, Crystal menemukan Lizzy sudah rapi dan cantik tengah menunggu Gail menjemputnya. "Crystal, kau baru saja pulang, tunggu itu berarti Saga meninggalkanmu? Dia tega sekali, kan?"
"Bukan urusanmu!" lengan Crystal mendadak dipegang oleh Lizzy ketika wanita itu mencoba pergi. Ditariknya agar mendekat dan mengatakan sesuatu di telinga Crystal.
"Crystal, semalam Saga mengatakan cinta padaku loh." Crystal terkejut dan sontak menepis kasar sentuhan Lizzy.
"Itu tak mungkin!"
"Yah terserah kau saja. Tapi dia mengatakannya di depanku dengan nada yang lembut. Dia bahkan mencium--"
"Diam kau!" Crystal segera pergi meninggalkan Lizzy yang menyeringai. Semoga saja dengan tindakannya ini, mereka berdua bertengkar.
Sedang Saga tampak lesu memakai pakaian santainya. Keputusan untuk menyanggah keputusan Lizzy membuat Saga agak menyesal. Dia merasa sangat sial sekali dan berharap waktu mundur.
Mendadak pintu kamarnya terbuka, Saga langsung menoleh ke asal suara. Begitu matanya menemukan sosok Crystal, tanpa sadar dia membuang napas. Dia segera membuang pandangan yang menciptakan rasa celos hati.
"Saga, apa yang dikatakan oleh Lizzy benar?"
"Tentang apa?" sahut Saga sambil terus bercermin.
"Kalau semalam kau mengungkapkan jika mencintainya bahkan menciumnya?" Crystal berusaha menahan amarah di depan Saga. Dia ingin menjaga image agar Saga tak merasa ada yang aneh.
"Aku juga tak tahu soal itu,"
"Kenapa?"
"Karena tadi malam aku tak sadar karena alkohol."
"Jadi semua itu cuma dikarang Lizzy?" Saga membuang napas pendek. Dia melihat ke arah Crystal, sepasang matanya terlihat jelas dia sangat penasaran.
"Aku juga tak tahu. Oh ya aku minta maaf karena tidak membawamu pulang bersamaku, itu semua karena beban pikiranku semalam."
"Kalau begitu apa yang kau pikirkan semalam?" Saga diam sesaat, mengingat-ngingat sampai akhirnya menggeleng.
"Kau harus berbenah diri ya, aku akan menunggumu di bawah. Kita akan berkencan seperti yang kau mau." Saga pun pergi dari tempat itu meninggalkan Crystal yang termenung sendirian.