Berada di Rumah

1027 Kata
"Nah selesai." Lizzy yang melamun akhirnya sadar begitu mendengar perkataan Saga. Lengannya yang kemerahan telah diperban dan Lizzy cukup melihatnya dengan lama. "Kau jangan dulu menyentuh lukanya nanti lukanya tak akan sembuh," "Aku tahu itu!" potong Lizzy dengan nada ketus. "Sekarang pergi dari kamarku dan ingat baik-baik meski kau sudah bertanggung jawab aku masih marah padamu." Saga membuang napas kasar. Sambil membawa kotak P3K, dia melangkah keluar dari kamar Lizzy. "Lizzy?" panggil Saga sekali lagi. "Apa?" "Selamat malam." "Malam juga." balas Lizzy masih dengan nada ketus. Wanita itu juga tak membalas tatapan Saga yang akhirnya berlalu pergi dari tempat tersebut. Giliran Lizzy yang membuang napas lalu memperhatikan lagi lukanya yang diperban. "Tidak mungkin, jangan berpikiran aneh Lizzy. Dia melakukan ini hanya karena dia merasa bersalah yah merasa bersalah." Tapi di sisi lain, keraguan muncul. "Ah! Aku mengantuk sekali, aku harus cepat-cepat tidur." Dengan lukanya, Lizzy merasa agak kesusahan karena jika tersentuh maka nyeri akan terasa. Namun Lizzy bukanlah gadis yang cengeng sehingga dia berhasil melewati kesusahan itu dan tidur di ranjangnya. Oh iya karena dari tadi, dia lupa dengan pria asing itu. Siapa namanya? Lizzy yakin namanya Dakota Gail. Hm ... Lizzy sudah berjanji dan pastinya dia harus menepati janji yang dia buat tapi masa iya injak rumput 100 juta? Mengada-ngada sekali. Lizzy yang dipenuhi banyak pikiran yang tak membenani mulai merasa kantuk. Matanya terasa berat untuk dibuka dan akhirnya terbuai ke alam mimpi. ❤❤❤❤ Keesokan paginya, rutinitas yang biasa dilakukan oleh Lizzy dengan menyiapkan sarapan tapi anehnya Saga datang dengan memakai baju yang terkesan untuk jalan-jalan. Dia akan ke mana? Belum bertanya datanglah Jennifer dengan semringah di wajahnya, dia pun memakai baju rapi untuk pergi keluar. Sudah jelas sekarang, mereka akan kencan. "Sayang makasih ya karena sudah menuruti permintaanku." "Iya sama-sama." Tiba-tiba saja keduanya mendengar Lizzy mendengus. Keduanya menoleh dengan tatapan yang tertuju pada istri resmi Saga. "Kalian benar-benar bagus ya, mau pergi berkencan di depan istri sendiri sungguh tak tahu malu. Kok aku malah khawatir, bagaimana jika ada orang yang mengenalmu Saga dan tahu kalau kau menikah denganku. Apa yang dipikirkan olehnya jika pria beristri tengah berkencan dengan seorang wanita yang tidak tahu dari mana usulnya." Kemampuan Lizzy adalah menyindir di depan bukan di belakang. Dia merasa akan munafik jika mengatai orang-orang jika orang tersebut tak ada di depannya. Jujur Saga mau pun Jennie, sangatlah tersinggung tapi apa yang dikatakan oleh Lizzy itu benar. Pasti akan tercipta suatu masalah besar. Suara ponsel Lizzy menyita perhatian si empunya dan tanpa melihat siapa yang menelepon, dia langsung mengangkatnya. "Halo, ini dengan siapa?" "Ini dengan Dakota Gail." Tangan Lizzy yang awalnya sedang menata piring langsung terhenti. Dia pun memisahkan diri dari Saga dan Jennie untuk berbicara lebih leluasa. "Dari mana kau tahu ini nomorku?" "Kau tak perlu tahu itu. Mana janji yang kau katakan semalam, aku menunggunya loh." "Ok, ok aku akan membayarnya. Kau ada di mana sekarang?" "Di depan rumahmu." "Apa?" Saat itu juga bel berbunyi membuat Lizzy terpaku beberapa saat. "Sial." Seorang pelayan membuka pintu dan tampaklah pria jangkung. "Maaf anda cari siapa?" "Saya cari wanita yang namanya Lizzy Grace, apa dia ada?" "Tentu Nyonya Ada. Biar saya panggilkan?" Sebagai respons Gail mengangguk. Dia kemudian duduk tanpa di suruh sambil memandang sekeliling. Apa yang dikatakan wanita itu benar, suaminya kaya. Di sisi lain si pelayan datang menghampiri majikannya di dapur. "Siapa yang datang?" tanya Saga to the point. "Seorang pria, dia mencari Nyonya." "Seorang pria?" Saga otomatis menoleh pada Lizzy yang kini berjalan mendekat pada pelayan. "Aku akan ke sana." Lizzy beserta Saga yang mengikutinya secara diam-diam berjalan menuju ruang tamu di mana Gail telah menunggu. "Kenapa kau ada di sini?" tanya Lizzy dengan nada kesal yang biasanya. "Aku ke sini agar kau membayar hutangmu." "Tapi kau datang bukan di saat yang tepat." "Aku tak peduli. Ngomong-ngomong, siapa pria di belakangmu?" Lizzy mengerutkan dahi. Dia berbalik dan menemukan sosok suaminya menyorot mereka berdua dengan tajam. "Lizzy siapa dia?" Lidah Lizzy terasa kelu sementara pikirannya berusaha mendapatkan suatu alasan tapi tidak dengan Gail. "Dia itu memiliki--" "Sayang, apa ada masalah?" Gail menghentikan ucapan dan melihat pada sosok Jennie yang menghampiri mereka. Dengan mudahnya, wanita itu menggelayut manja di lengan milik Saga. Gail terpaku lalu memandang pada Lizzy yang memandang sinis keduanya. Kalau di sini istrinya? Lalu siapa yang menggelayut manja itu? Apa artinya .... "Lizzy, kau belum mengatakan siapa dia?" Lizzy menoleh pada Gail yang termangu. Dia menarik salah satu sudut bibirnya kemudian tampak senyuman remeh. "Dia pacarku." Mata Saga membulat terutama saat Lizzy melingkarkan lengannya pada sosok pria tampan asing. Pria itu tak menampik jika "kekasihnya" Lizzy sangatlah tampan. "Ayo kita sayang kita pergi ke tempat lain. Tak bagus jika di sini terus. Memuakkan tahu!" Gail menurut saja saat dituntun oleh Lizzy menuju lantai dua sementara Saga terus memandang keduanya bahkan sampai kedua orang itu menghilang. "Sayang, kenapa diam saja? Ayo dong kita pergi, katanya mau kencan." ucap Jennie manja. "Baiklah ayo kita pergi." balas Saga sambil dirinya memaksa untuk tersenyum tapi jujur di dalam pikiran Saga, selalu terpikirkan oleh Lizzy dan pacar barunya. Gail kemudian dibawa ke balkon dan di suruh menunggu sampai Lizzy membawa cek yang bisa diisi dengan nominal semau Gail. Kelihatan sekali jika saat Lizzy memberikan cek tersebut, Gail tampak tak memiliki minat namun dia menerima cek tersebut. "Aku bisa menanyakanmu sesuatu padamu tidak?" tanya Gail secara mendadak. "Tentang apa?" "Kau bersama suamimu?" "Oh jadi kau mau mengorek informasi kehidupan pribadiku?" "Menurutmu sebagai seorang istri, apa itu lumrah melihat suamimu berselingkuh di depanmu sendiri?" Lizzy terdiam beberapa saat. Dia melempar pandangan melihat halaman depan yang terlihat jelas di depannya sendiri. "Tentu saja tidak ... tapi bagiku, itu sudah menjadi kebiasaanku kok karena sebelum kami menikah, aku tahu sifat buruknya itu." "Dan kau mau menikahi pria seperti dia?" "Bukan aku ... tapi saudara kembarku. Nama saudara kembarku, Lisa dan dia sangatlah polos juga baik. Aku tak ingin dia terluka jadi aku menggantikan posisinya sebagai seorang istri Saga dan seperti yang kau lihat sekarang, aku baik-baik saja malah jengkel. Apa kau berpikir Kakakku yang polos dan mudah menangis itu akan sanggup menghadapi Saga bersama dengan selingkuhannya? Tidak bagus bukan!" Gail mengangguk memahami perkataan Lizzy.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN