25 | 1 September

1543 Kata

Sabiya mendesah panjang, menatap pantulan dirinya di depan cermin kamar mandi. Perasaan takut dan ragu kian meluap, menguasai dirinya. Sabiya tidak mengerti mengapa malam pengantin terasa begitu mendebarkan. Membuatnya ingin kabur saja. Kembali bergerak memutar untuk memeriksa penampilannya. Lagi-lagi Sabiya menggelengkan kepalanya. Tidak menyetujui penampilannya saat ini. Ini bukan saran yang tepat. Sabiya belum siap untuk semuanya. Berpenampilan terlalu terbuka di hadapan Romeo terdengar sangat-sangat mengerikan. Sabiya sudah bisa mengira-ira ekspresi seperti apa yang akan tergambar di wajah tampan itu. Walaupun memang sudah menjadi kewajibannya sebagai seorang istri, tapi Sabiya berhak menolak saat belum siap, 'kan? Ini jelas sekali bukan berasal dari pemikiran Sabiya. Ada Shilla, Er

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN