bc

Selingkuhan Sepupu Ipar [JENO]

book_age18+
1
IKUTI
1K
BACA
love-triangle
HE
stepfather
heir/heiress
drama
bxg
cheating
friends with benefits
like
intro-logo
Uraian

Malena adalah gadis desa yang pergi ke kota untuk melanjutkan pendidikannya sebagai mahasiswi kedokteran. Namun dalam perjuangannya menimba ilmu, dirinya malah harus terpaksa terjebak dalam permainan suami kakak sepupunya sendiri yang merupakan seorang pria kesepian dan berlibido tinggi.

chap-preview
Pratinjau gratis
Kedatangan
•••• Seorang gadis dengan perawakan tinggi, kulit yang putih mulus dan tubuh ramping tengah berjalan sendirian menelusuri jalan dalam sebuah stasiun kereta dalam kota. Namun ia tampak risih, karena beberapa orang lelaki yang dilewatinya kerap mencuri pandang pada gadis tersebut, di kampungnya mana ada pemandangan seperti itu, maka dari itu dia sekarang jadi merasa lebih gugup dari sebelumnya. Sebenarnya orang-orang memerhatikannya bukan karena pakaiannya yang aneh, atau si gadis tampak seperti orang gila, melainkan karena bentuk tubuh dan wajah gadis itulah penyebabnya. Meski hanya berbalut kemeja denim warna krem yang kebesaran serta celana jeans biasa, tapi gadis itu mampu menarik perhatian banyak orang seperti tokoh utama dalam sebuah drama populer. Dia baru saja datang dari desa, panggil saja dia Malena atau lebih simpelnya Nana. Di desa Nana memang merupakan kembang desa yang sudah diakui banyak orang tentang kecantikannya, namun sayangnya predikat kembang desa itu tak bisa menjamin kehidupannya akan bahagia di masa depan jika dia hanya menetap di kampung, paling maksimalnya dia hanya bisa menjadi istri dari salah satu juragan tanah di sana, setelah itu kehidupannya akan sangat membosankan karena selamanya dia akan menjadi ibu rumah tangga tanpa kemampuan lainnya. Meski dari kampung, Malena tidak memiliki pemikiran yang sempit, dia ingin menjadi orang sukses yang suatu hari nanti akan membanggakan ibunya yang sudah tua. Malena adalah anak tunggal, maka dari itu dia harus sukses demi ibunya. Kini gadis itu sudah berjalan melewati pintu keluar stasiun. Dari kejauhan ia melihat ada dua orang-sepasang suami istri-tengah melambaikan tangan padanya. Mereka ialah Teyana dan suaminya. Teyana adalah saudara sepupu Nana yang akan menjadi wali Malena selama gadis itu tinggal di kota. "Ya ampun Na, kamu udah jadi anak gadis, mbak nggak nyangka banget kamu bisa setinggi dan secantik ini," kata Teyana terkejut melihat sosok asli Malena yang sudah lebih tinggi darinya sekarang. "Hehe, iya kak. Udah lama ya nggak ketemu. Maaf ya kak agak lama, tadi aku nyariin pintu keluarnya sempet nyasar, hehe." "Iya nggak apa apa, oh ya, kenalin, ini suami aku, namanya Jevano, tapi kamu bisa panggil dia kak Jeno, Vano atau kak Nono juga boleh." Jevano langsung merengut saat istrinya itu menyebut kata Nono. "Vano atau Jeno aja nggak apa-apa." tegas Jevano. "Iya iya Vano, kalo nggak Jeno aja. Ih gitu aja protes kamu, yank." goda Teyana sambil mencolek dagu suaminya. Sedangkan sang suami menghela napas malas. "Yaudah kalo gitu ayo kita langsung ke apartemen aja." ajak Jevano. •°•°•° Singkat cerita, mereka pun sudah sampai di rumah Teya, Malena langsung diajak masuk untuk melihat kamar barunya oleh Teya. "Wah, ini gede banget kak, nggak kaya kamarku di kampung." Kata Malena dengan ekspresi khas orang kampung yang baru melihat bagusnya interior kamar orang kota. "Ada kamar mandinya pula, jadi kalo malem aku kebelet bisa langsung ke kamar mandi tanpa harus ke WC umum lagi ya kak. Hehe." katanya polos. Teyana tersenyum sambil mengusak rambut adik sepupunya. "Iya, pokoknya di sini kamu akan aku jamin kehidupannya, tapi dengan syarat kamu harus belajar yang rajin biar beasiswamu nggak dicabut, oke?" "Siap kak! Aku pasti belajar yang rajin." Sahut Malena semangat. "Yaudah kalo gitu kakak pesen makanan buat makan malam dulu ya. Kamu istirahat dulu deh, nanti kakak panggil kalo makanannya udah datang." "Oke kak, makasih ya." "Iya sama-sama. Kakak tinggal ya." Teyana pun pergi keluar. •°•°• Hingga 30 menit kemudian, makanan yang dipesan oleh Teyana sudah datang, wanita itu pun langsung memanggil Malena. Terlihat Malena yang sedang merapikan pakaiannya dari koper ke dalam lemari. "Na! ayo makan, udah datang tuh makanannya." Seru Teya. "Oke kak." Mereka berdua pun berjalan ke ruang makan bersama sambil mengobrol tentang rencana Malena besok yang akan langsung pergi melihat kampusnya. Kabarnya kampus Malena berjarak tidak jauh dari apartemen Teyana, sudah pasti itu sangat menguntungkan Malena karena tidak usah terlalu khawatir akan terjebak macet setiap harinya. Sampai di ruang makan, mereka lihat Jevano sudah makan lebih dulu, pria itu kelihatan tidak menyadari kedatang mereka karena Jevano makan sambil melihat ke arah ponselnya. "Jangan aneh ya Na, kakak kamu yang satu itu emang kaya gitu, nggak bisa dia makan tanpa ngurusin kerjaannya di kantor." Jelas Teya, dan Malena hanya mengangguk. Jevano memang bekerja di salah satu perusahaan besar di ibukota, jabatannya yakni seorang jendral manager di perusahaan tersebut. Beralih pada Malena dan Teyana, mereka sudah duduk bersama sambil mulai menikmati masakan restoran yang lumayan bisa dikatakan mewah untuk ukuran gadis kampung seperti Malena. "Gimana? enak nggak makanannya?" tanya Teya. "Hm, ini enak banget kak. Di kampung mana ada yang begini, ini namanya masakan kota ya kak?" jawab Malena sangat polos, membuat Teya tertawa. "Ini namanya Chicken katsu, dan yang ini namanya Sukiyaki. Ini masakan Jepang, Na." Jelas Teya. "Oalah, masakan Jepang, pantesan aja lidahku asing, hehe." "Tapi menurut kakak nggak ada makanan yang lebih enak selain Rawon dan Tongseng kambing buatan ibu kamu sih Na. Itu juara banget buat aku." Teyana memang sudah bosan dengan makanan ala ala negara luar seperti Sukiyaki ini, dia lebih suka masakan tradisional, hanya saja dia tidak paham cara membuatnya. "Iya bener kak, tapi kan di sini pasti ada yang jual juga kak masakan kaya gitu, kenapa nggak pesan aja?" "Nggak ah, aku pernah pesan tapi rasanya nggak karuan. Makanya mending pesen yang pasti pasti aja rasanya kaya makanan ini, yah walopun bosen juga lama lama." jelas Teya. "Hmm...kalo gitu kakak belajar masak Rawon aja, nanti aku bantuin." "Serius kamu bisa masak Rawon?" Malena menganggukan kepalanya. "Boleh deh nanti pas aku libur kita masak Rawon bareng ya?" "Sip kak." Dan obrolan di antara mereka pun kian menjadi seru di seputar masakan, tanpa memerhatikan sosok Jevano yang kini mereka abaikan keberadaannya. Sekilas mata pria itu melirik ke arah Malena, dia memerhatikan bagaimana cara Malena bicara dan tertawa. Namun selain itu, matanya kembali melihat pada Malena dan malah gagal fokus karena melihat ke arah tubuh Malena, yang sungguh mencolok. Sebenarnya Malena mengenakan pakaian yang tertutup, tapi ukuran payudaranya lah yang membuat kaos biasa itu kelihatan jadi lebih ketat dan membentuk tubuhnya. Mau bagaimana pun Jevano juga pria normal yang akan teralihkan pandangannya karena melihat keindahan itu. Apalagi wajah Malena juga cantik untuk ukuran gadis desa yang seringnya belum tersentuh banyak produk make up. Berbeda dengan istrinya yang penampilannya sangat menunjukan status sosial wanita itu. Bibir Malena tipis mungil dengan warna peach alami, namun tetap ranum dan terlihat penuh di bagian bawahnya, seolah bibir itu menggoda siapapun untuk mencumbunya. Hidung dan bentuk pipi gadis itu juga bisa dikatakan sempurna. Pipinya menyumbul ke atas, serta dagunya memiliki bentuk V line, serta mata yang mempesona layaknya boneka Jepang. Pikiran kotor Jevano mulai berjalan lantaran sudah 2 minggu ini Teyana tidak memberikan pelayanan ranjang padanya. Istrinya itu selalu sibuk di luar rumah untuk mengurus bisnis butiknya, maka dari itu mereka jarang bertemu dan pastinya sangat jarang bercinta. Jevano jadi membayangkan bagaimana kalau gadis itu tak mengenakan sehelai benang pun. Tapi saat sadar siapa yang dia bayangkan, segera Jevano alihkan pikiran gilanya itu pada gawainya lagi. Malena adalah sepupunya Teyana, apa yang Jevano pikirkan tentang gadis itu? sungguh kotor. Pikirnya. •°•°•°• Satu jam kemudian, mereka sudah selesai makan malam, mereka juga sempat menonton tv sambil mengobrol sebentar sampai akhirnya Malena mengantuk dan pamit untuk tidur. "Kamu istirahat ya, besok pagi jangan lupa bangun jam 7 karena jam 8 kita ke kampus kamu. Okay?" Ujar Teya sambil menepuk pelan bahu Malena. "Iya kak, kalo gitu aku tidur duluan ya, udah nggak kuat mataku." "Oke, kami juga mau tidur kok." Akhirnya mereka semua masuk ke dalam kamar masing-masing. Saat di kamar, Jevano bergerak mendekati Teya yang sudah mengenakan selimut. Tangannya mulai menggerayangi tubuh istrinya secara agresif. Namun tindakannya itu malah membuat Teyana marah. "Apa sih yank, aku capek banget loh hari ini."Teya. "Tapi ini kan udah 2 minggu yank, 2 minggu sebelumnya kamu lagi menstruasi, trus minggu kemaren kamu ada perjalanan bisnis, masa nggak boleh sih sekarang?" rengek Jevano. "Ya kamu mikirlah yank, aku tuh seharian ini juga capek, pagi aku udah bangun trus ke butik, siangnya kita jemput Nana. Emang kamu lagi nggak padet ya kerjaannya di kantor sampe masih punya tenaga pengen gituan sekarang?" Jevano berdecak kecewa karena alasan Teya selalu sama, pasti karena lelah dan semacamnya. "Ck! Ya kalo dibilang capek pasti capek juga aku, cuma kan namanya juga kebutuhan biologis, yank. Ayolah yank, bentar aja kok, aku janji sekali aja abis sekali keluar kita tidur, yah? yah?" Bujuk Jevano. "Aduuh...nggak dulu deh yank, kamu ngertiin aku dong, please...nanti kalo aku sakit lagi gimana?" Jevano diam berpikir. Teyana memang punya riwayat sakit paru-paru, maka dari itu sang istri tak boleh terlalu kelelahan jika tidak mau penyakitnya kambuh. Tapi kan lelahnya wanita itu karena bekerja, bukan karena bercinta dengannya. Sudahlah. Terpaksa Jevano pun harus menyerah. Lagipula moodnya juga sudah hilang karena telalu lama berdebat dengan Teyana. Akhirnya ia putuskan untuk membiarkan istrinya itu tidur dengan tenang. Hanya saja yang jadi masalah adalah libidonya belum bisa diredam, miliknya di bawah sana masih berdiri tegak lantaran butuh dipuaskan. Dengan terpaksa Jevano pun keluar kamar untuk mengalihkan pikirannya. Biasanya dia akan nonton tv atau mungkin mencari film di Netflix sampai akhirnya dia ketiduran di depan tv. Namun ketika dia keluar kamar, pandangannya malah dikejutkan oleh sosok Malena yang kini tengah berada di dapur. Gadis itu kelihatan tengah menelepon seseorang sambil membuat teh hangat. Semua itu sebenarnya tak jadi masalah untuk Jevano, yang jadi masalah sekarang adalah gadis itu hanya mengenakan tangtop dan celana hotpants. Sial! Mulus banget! Batin Jevano sambil menelan salivanya. Dari jaraknya sekarang saja Jevano sudah bisa melihat betapa molek dan mulusnya tubuh Malena. Secara otomatis Jevano pun berjalan mendekat ke arah Malena. "Loh kak Vano, kaget, kirain siapa." kata Malena yang baru saja selesai menelepon dan dikagetkan oleh kehadiran Jevano di hadapannya. "Kamu ngapain malem malem di dapur?" tanya Jevano sembari pura-pura mengambil sebotol cola dari dalam lemari es. Dari posisinya sekarang dia bisa melihat bentuk tubuh Malena secara keseluruhan dari belakang, karena gadis itu membelakanginya lantaran sedang mengaduk teh dalam mug kaca. "Oh, ini...perutku kayanya belum terbiasa makan makanan kota yang tadi kak Teya pesen, perutku jadi agak sakit, makanya aku bikin teh hangat, biar nggak sakit lagi." jawab Malena. "Oh kamu sakit perut, sini kakak kasih obatnya." Kata Jevano kemudian berjalan ke arah salaj satu laci yang ada di kitchen set. Ia mencari kotak obat yang selalu Teyana taruh di dalam laci tersebut. Jevano mengambil sebuah obat berbentuk sirup dan diberikannya pada Malena. "Ini obatnya, coba kamu minum, terus kamu minum juga tehnya." saran Jevano. Malena menuruti saran sang kakak, gadis itu meminum obat tersebut dan sedikit meringis karena rasa pahit obat tersebut tak tertahankan, sampai membuat kedua tangannya memegang kepalanya sambil wajahnya meringis akibat menahan pahit. Jevano tersenyum singkat melihat tingkah aneh Malena saat meminum obat. "Pahit ya? tahan aja, nanti juga nggak." Kata Jevano. Tapi selagi Malena memejamkan matanya menahan pahit dalam mulutnya, mata pria itu secara otomatis melihat dengan jelas belahan d**a Malena yang ternyata sangat jelas, karena tinggi gadis itu masih jauh di bawah tinggi Jevano, maka dari itu pemandangan d**a Malena jadi bebas memanjakan mata Jevano sekarang. Ia jadi membayangkan bagaimana seandainya dirinya tenggelam di antara gundukan besar itu. Pasti rasanya sangat nikmat saat lidahnya bisa menjilat dan menghisap kedua gundukan besar itu. Sampai akhirnya Malena sudah selesai menahan rasa pahitnya. "Udah nggak pahit, kak." kata Malena sembari mengernyitkan dahinya. Reflek Jevano mengalihkan penglihatannya. "o-oh, i-iya." Kata Jevano gagap, rasanya jantungnya jadi lebih berdebar akibat sejak tadi dia sedang memerhatikan p******a Malena. "Kalo gitu Nana masuk ke kamar dulu ya kak, mudah-mudahan sembuh deh." Malena berpamitan sambil berjalan melewati Jevano yang masih berdiri di depan lemari es, tak lupa ia pun menyematkan senyuman ramah untuk Jevano sebelum pergi. Sedangkan Jevano tak menjawab apapun, pria itu hanya diam mematung di tempatnya sambil mengingat lagi senyuman manis nan menggoda Malena barusan. "Astaga anak itu. Bikin tambah pusing aja. Terpaksa deh harus main sendiri lagi." gerutunya. Jevano putuskan untuk masuk ke kamar saja, bahaya kalau lama-lama di luar pun, bisa saja dia khilaf dan malah mengikuti langkah Malena masuk ke dalam kamar gadis itu. Saat sampai di kamar dia tak langsung tidur di sebelah Teya, Jevano malah masuk ke kamar mandi dalam kamarnya dan mulai duduk di kloset, bersiap melakukan ritual pelepas libidonya, yaitu onani. Kedua matanya terpejam sambil tangannya mulai beraksi di bawah sana. Namun tak lama matanya kembali terbuka lantaran merasa ada yang datang menghampirinya. Dan tiba-tiba saja Malena sudah ada di hadapannya, membuat mata Jevano membola terkejut. "Loh kamu-ugh!" Sontak tubuh Jevano tersudut ke sisi washtavel yang ada di sebelah kloset. Malena lah mendorongnya dan tersenyum nakal. "Dari tadi kakak lihatin belahan dadaku kan? ngaku aja." Tanya Malena. Pipi Jevano langsung merah dan dia jadi salah tingkah, karena tuduhan itu sangat benar. "T-tapi kenapa kamu bisa masuk ke sini? nanti Teyana-" "Sssttt! Kak Teya nggak akan bangun kok, itu pun kalo kakak nggak berisik." Kata Malena sambil perlahan tangannya membelai lembut pipi serta garis rahang Jevano. Membuat kulit Jevano seketika merinding dan darahnya jadi serasa mendidih. "Apa yang kakak lihat tadi, hum? belahan dadaku? kakak penasaran sama apa yang ada di balik tangtop ini?" Kata Malena memegang kedua gundukan aduhai miliknya. Gadis itu semakin mempersempit jarak di antara mereka, hingga Jevano tak bisa berbuat apa-apa selain menelan salivanya karena p******a Malena menekan dadanya. Terasa sangat kenyal dan ada wangi buah strowbery khas parfum gadis itu di sana. "Kalo gitu kita lihat bareng-bareng apa yang ada di dalam sini." Malena mengucapkannya sambil mengambil kedua tangan Jevano dan ia tempelkan di kedua dadanya. Gadis itu menuntun tangan Jevano agar meremas dan memilin putingnya dari balik kain tangtopnya yang ternyata tak dilapisi bra di dalamnya. Jakun Jevano makin bergerak turun naik merasakan betapa lembut, kenyal buah d**a Malena, tak lupa wajah indah Malena saat memejamkan matanya sekarang. Jevano sangat menikmati semua itu. Kedua mata cantik Malena terpejam, dan mulutnya mulai mengeluarkan desahan halus yang demi apapun membuat Jevano ingin sekali rasanya menyumpal mulut nakal itu dengan bibirnya. Tapi Jevano tak bisa bergerak sedikit pun, karena akal sehatnya mengatakan kalau semua ini sangat salah. Apalagi istrinya sedang tidur di luar sana, bagaimana kalau sampai Teyana bangun? "Nggak Na, kita nggak boleh kaya gin-" Seketika mulut Jevano disumpal oleh ciuman Malena yang cukup agresif. Bibir gadis itu mencumbu bibir Jevano hingga pria itu terpaksa harus menahan gerakan Malena. "Jangan Na, nanti Teya tau bisa gawat." kata Jevano khawatir. "Tenang kak, kak Teya lagi tidur kok, ayolah kak, aku pengen tau gimana rasanya disetubuhi sama laki-laki. Dan karena aku juga udah ngamatin kak Vano sejak tadi aku datang, aku rasa aku butuh kehangatan dari kakak. Kakak juga udah lama kan nggak begituan sama kak Teya?" Rengek Malena dengan wajah menggemaskannya. Dan dari mana gadis itu bisa tahu kalau sudah lama Jevano tak berhubungan intim dengan Teyana? apakah Teya menceritakan hal seperti itu pada Malena? Ah tapi sudahlah, yang terpenting sekarang adalah sosok si gadis nakal yang kini ada di hadapan Jevano dan menggodanya bertubi-tubi harus diberi pelajaran dulu. Karena Malena sudah tampak seperti gadis dalam film p*rno Jepang yang ingin dipuaskan. "Iya tapi, Na. Kamu kan masih gadis, emang kamu mau aku perawanin? kamu rela? kamu masih perawan, kan?" Malena mengangguk polos sambil menggigit bibir bawahnya. "Aku belum pernah begituan sama siapapun kak, makanya aku penasaran. Aku pengen ngasih keperawanan aku untuk kakak, karena aku yakin kakak akan pelan-pelan ngelakuinnya ke aku. Kalo sama cowok lain aku takut, takut mainnya kasar." Lirih Malena membuat Jevano makin menelan ludahnya susah payah. Gadis itu tidak tahu saja bagaimana Jevano saat bermain di ranjang, bahkan Teyana saja sampai menyerah saking kuatnya Jevano. "Kamu yang minta ya ini, aku cuma ngabulin aja loh. Jangan nangis ya kalo sakit." Peringatan Jevano. "Udah kak nggak usah banyak omong, ayo masukin aku. Aku pengen tau rasanya diperawanin sama kakak, aku pengen tau segimana enaknya ngelakuin itu sama kakak." Karena Jevano terus mengulur waktu, akhirnya Malena tak sabar lagi dan langsung membuka tangtopnya. Tampaklah dua gundukan besar dan sintal di hadapan Jevano sekarang. Dengan p****g yang masih berwarna pink, Jevano yakin kalau belum ada lelaki mana pun yang meninggalkan jejak jilatan atau hisapannya di sana. Ditambah lagi kulit putih mulus Malena yang saat disentuh seperti kain sutera. Begitu lembut dan hangat. Malena sungguh membuat Jevano gila sekarang. Tanpa ba bi bu lagi, Jevano langsung menyerang kedua gundukan besar itu, dia meremas kuat dan menyusu di kedua p****g Malena secara bergantian. "Ahhh....sssssppp, eeemmmmpphhh, enak kak." Racau Malena sambil memejamkan kedua matanya menikmati gerakan mulut Jevano di putingnya. Tangan Malena pun secara otomatis menjambak halus rambut Jevano dan membuat pria itu lebih gila lagi dengan hisapannya. Jevano lekas membuat beberapa kissmark di kedua p******a Malena hingga gadis itu merem melek. Jevano semakin agresif dibuatnya, tanpa memberi jeda Jevano terus menghisap p****g Malena secara brutal, Malena sendiri merasa keenakan karena merasakan bagaimana gigi dan lidah Jevano bermain di atas putingnya. "Aahhh....terus kak, aaahhh enak banget, ooohhh...aaahhkkk..." Seru Malena. Tangan Jevano juga tak hanya diam, kedua tangannya bergerak secara intens meremas dari mulai paha, p****t hingga kedua p******a Malena hingga gadis itu terus mengerang kenikmatan. "Aaaghhh! kak...mmmpphhh! Kak geliiihhh...aaaahhh enaaakkk..." Tak berhenti sampai di situ, Jevano melepas hisapannya di p******a Malena, dan beralih mencium bibir indah Malena sambil meneroboskan lidahnya. Dengan gesit ia menghisap lidah Malena hingga pemiliknya meringis. "Hmmmppp, aaaahhhkkk!" "Kamu yang mancing aku, jadi jangan salahin aku kalo sekarang aku jadi brutal. Kamu salah kalo ngira aku bakalan bersikap lembut ke kamu, aku akan bikin kamu nggak bisa ngelupain persetubuhan ini." Kata Jevano dan kemudian mencium rakus lagi bibir Malena sampai gadis itu nyaris kehabisan napasnya. "Hah hah hah! napasku habis kak, aaahkk" Tapi Jevano tak akan membiarkan gadis itu istirahat, sekarang ia mulai membuka paksa celana hotpants yang Malena kenakan, hingga tampaklah milik Malena yang ditumbuhi sedikit bulu bulu halus, dan ketika Jevano merabanya, ternyata V*gina Malena sudah basah. Jevano langsung membuka celana piyamanya dan perlahan menggesekan miliknya ke milik Malena, tangannya mengusap dan mencari dimana letak k******s gadis itu untuk ia manjakan. Sementara bibirnya sibuk mencumbu leher Malena dan membuat kissmark juga di sana. "Aahhhkk! kak...aaahhhkkk...aaahkkk" racau Malena ketika Jevano berhasil menemukan klitorisnya. Secara perlahan Jevano memilin benda kecil itu yang jika disentuh pasti akan membuat wanita menggelinjang. "Kaaakkk...aaahkkk enak bangett...aaahkkk!" Segera Jevano menyumpal mulut Malena dengan ciumannya lagi. Sedangkan tangannya di bawah sana terus bermain hingga Malena mengeluarkan banyak pelumas. Terasa sangat lengket dan hangat. Segera Jevano melepas ciumannya dan menarik Malena ke arah bathub yang masih kosong tanpa air. Ia membuka satu kaki Malena dan ia tumpukan ke atas sisi bathub, ia posisikan kaki Malena jadi mengangkang di hadapannya sekarang. Lubang v*gina yang berwarna merah, serta cairan pelumas yang sudah membasahinya, membuat Jevano tak sabar untuk menikmatinya. Tanpa basa basi lagi, Jevano langsung menjilat dan meneroboskan lidahnya ke dalam milik Malena hingga gadis itu mengerang kuat. "Aaarrrgghhh...Kaaakkk...aaahhhkkk enaakkk...aaahhhkk Nana suka diginiin...aaaahhkkk." Racau Malena. Dia bisa merasakan rasa panas dari lidah Jevano memanjakan miliknya dan membuatnya serasa melayang. Kedua mata gadis itu terpejam, dan bibirnya meracau tentang rasa nikmat tiada tara. "F**k!" maki Jevano dan lebih agresif lagi melumat habis v*gina Malena dalam mulutnya. Hingga terdengar suara decak dari sedotan Jevano di sana. Sampai ketika Malena merasa kalau ada sesuatu yang ingin keluar dari lubang miliknya, ia pun menjambak rambut Jevano. "Aaagghhh...kaya ada yang pengen keluar kak. Nana nggak tahan...aaaahhhkkk." Segera Jevano beranjak dan langsung mengarahkan kejantanannya ke depan milik Malena. Hingga dalam hitungan detik, JLEBBB! Kejantanannya menerobos dinding rahim Malena, dan itu berhasil membuat Malena kewalahan. "Aaahhkkk! sakit kak. hmmmppphh aaahhkk!" Jevano mendiamkan dulu miliknya di dalam sana, agar lubang Malena bisa terbiasa dengan ukurannya. Ia lihat Malena sedikit mengeluarkan air matanya yang membuatnya tak tega dan segera mencium bibir Malena penuh cinta. "Sakit ya sayang, hum?" Malena mengangguk manja sambil membalas ciuman Jevano. "Sakit kak, hiks hiks." rengek Malena seperti bocah kecil. "Kamu sih minta diperawanin, sekarang tau kan rasanya gimana? aahhhkk...Sh*ttt! lubang kamu enak banget sayang." Malena tak menjawab, hanya menangis menahan rasa perih dalam rahimnya yang baru pertama dimasuki. "Tapi tenang, aku akan bikin kamu menikmatinya." Perlahan Jevano memajukan miliknya, sementara mulutnya sambil menghisap p****g Malena, gunanya ia melakukan itu adalah untuk menstimulasi daya rangsang terhadap rahim Malena, secara otomatis saat p****g Malena distimulasi cairan pelumas akan terus keluar dan itu akan mempermudah kejantanan Jevano untuk masuk lebih dalam lagi. Dan sampai ketika Malena sedang mendesah kenikmatan putingnya dimanjakan oleh Jevano, tiba-tiba "Heukkk!" Dadanya terasa cukup sesak kala benda tumpul besar nan panjang itu menerobos miliknya dengan paksa, seakan sedang merobek rahimnya hingga terasa sangat perih. "Aaaarrrggghhh! saaaakkiiitttt! oouuhhhkkk..." erang Malena sambil mencakar kedua bahu Jevano. Jevano menghiraukan rasa sakit dari cakaran Malena, dia malah membekap mulut Malena dengan tangannya, karena Teyana bisa terbangun kalau suara Malena sekeras itu, dan sekarang dia mulai menggenjot Malena perlahan. "Hmmmppp hhhmmmmppphhh aaaaammmmppphhh!" suara erangan Malena yang dibekap oleh Jevano. Tubuh gadis itu bergerak mengikuti gerakan pinggul Jevano yang terus memompa miliknya di dalam sana. Semakin lama goyangan Jevano makin brutal, tak mempedulikan Malena yang kesakitan di bawahnya. Jangan ditanya bagaimana perasaan Jevano sekarang. Dia sangat bahagia dan juga melayang. Lubang Malena begitu sempit, membuat seluruh otot di kejantanannya serasa di urut dan di remas kuat. "Aaaggghh iya sayang, aaahhkkk, enak? hmmmpphhh lubang kamu sempit banget sayang, aaahhkk!" Racau Jevano sembari terus memompa lebih cepat lagi. Kedua matanya terpejam rapat dan, satu tangannya terus mengocok miliknya sendiri, pikirannya terus terfokus pada lubang milik Malena yang ternyata semua itu hanyalah imajinasinya semata. Seperti inilah kegiatan selfservice Jevano apabila Teyana menolak diajaknya berhubungan intim. Dia akan membayangkan artis film P*rno mana pun yang bisa ia bayangkan, dan malam ini pertama kalinya ia membayangkan tubuh molek adik sepupu iparnya sendiri yang ia setubuhi. Sungguh kasihan pria malang satu ini, dia harus melakukan itu sampai dirinya mencapai kepuasannya sendiri. Dibanding bermain dengan p*****r, Jevano lebih suka melakukan hal seperti ini walaupun kepuasannya sebenarnya tak sebanding dengan berhubungan langsung bersama wanita. Bersambung

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook