MULAI KACAU

1016 Kata
Pagi itu, Halimah kedatangan tamu. Siapa lagi kalau bukan Yusuf. Beliau datang dengan membawa sebuah kotak besar. Bik Inem dan Tania yang sedang duduk, terlihat sedikit penasaran dengan apa yang pak Yusuf bawa. "Pagi, Halimah. Loh, kok bik Inem dan Tania ada di sini?" tanya Pak Yusuf kebingungan. "Pagi, Pak. Iya, bik Inem dan Tania menginap di sini, Pak," Halimah menjawab dengan tenang. Dahi Pak Yusuf sedikit berkerut, tampak kalau beliau memikirkan sesuatu. "Yakin tidak ada apa- apa?" tanyanya untuk memastikan. Halimah, Tania dan bik Inem saling berpandangan. "Tidak ada apa-apa, Pak," jawab Tania kali ini. Pak Yusuf hanya mengangguk, ia sebenarnya merasa ada sesuatu yang disembunyikan. Tapi,untuk memaksa, beliau tampak enggan. "Jadi, maksud kedatangan saya untuk menyampaikan sedikit amanah dari almarhum Bapak dan Ibu. Mungkin Nak Halimah sempat bertemu saya sebelum Bapak dan Ibu berangkat. Ya, tujuan saya waktu itu memang untuk mengurus ini semua. Dan ini adalah pemberian Bapak dan Ibu untuk Nak Halimah. Di dalam kotak ini ada simpanan Ibu berupa beberapa set perhiasan. Bukan perhiasan biasa, tapi berlian. Dan, ada surat tanah yang sudah di balik nama menjadi nama Nak Halimah dan Siska. Ibu dan Bapak memiliki tanah di luar kota, tepatnya di kota Sumedang. Dan, tanah itu beliau jadikan sawah dan perkebunan. Ada orang-orang kepercayaan beliau untuk mengurus itu semua. Dua hektar sawah sudah atas nama nak Halimah. Dan satu hektar perkebunan yang ditanami buah- buahan itu atas nama Siska. Sertifikat ada di bank. Ini kunci safe deposit boxnya, silakan. Dan yang di dalam kotak ini adalah perhiasan yang saya maksud." Halimah sontak terkejut. Ia tidak menyangka akan mendapatkan juga warisan dari Komar dan Mariam bahkan dalam jumlah yang tidak sedikit. "Sa-saya punya sawah dan perkebunan, sekarang Pak?" Yusuf tersenyum dan mengangguk. "Ada orang kepercayaan Bapak dan Ibu yang mengurus di sana. Halimah hanya tinggal mengawasi saja. Nanti saya yang akan mengantar. Setiap panen sistemnya bagi hasil dengan semua pekerja. Seperti yang sudah diterapkan selama ini oleh almarhum. Tapi, jika Nak Halimah akan mengubah, silakan karena ini sudah menjadi hak Nak Halimah." "Tidak, saya tidak akan mengubah apa pun Pak. Biarkan tetap berjalan seperti biasanya. Hanya, nanti saya ingin melihat ke lokasi saja." "Baiklah, dan satu lagi,soal sawah dan perkebunan ini, almarhum dan almarhumah sudah berpesan untuk tidak memberitahu kepada Dasep. Selama ini Dasep tidak tau juga soal ini, jadi biarlah tetap menjadi rahasia. Itulah sebabnya, Bapak dan Ibu tidak mencantumkan dalam wasiat beliau." "Apa alasan beliau tidak mencantumkan semua itu Pak?" "Ibu Mariam melihat bahwa Dasep kurang pandai mengelola keuangan. Ditambah istrinya yang sedikit serakah dan juga boros. Dan, menurut Bapak Komar terakhir beliau melihat kondisi keuangan Dasep tidak ada yang beres beberapa bulan terakhir. Bapak merasa khawatir jika semua harta beliau serahkan begitu saja. Itulah sebabnya ada beberapa deposito yang menjadi atas nama cucu-cucunya. Deposito itu akan terus berbunga, tapi hanya dapat diambil nanti ketika si kembar dewasa. Karena ya Bapak dan Ibu khawatir akan nasib cucu-cucunya kelak." "Ya, saya mengerti. Luar biasa sekali ya, pemikiran Bapak dan Ibu bisa sampai sejauh itu. Baiklah, mungkin minggu depan saya akan minta Bapak untuk mengantarkan saya melihat sawah dan kebun. Supaya saya juga bisa berkenalan dengan para pekerja disana." "Baik, ini kartu nama bapak, nak Halimah. Silahkan telepon saja nanti. Kalau begitu, saya permisi dulu ya, Nak. Mari bik Inem, nak Tania." Setelah Pak Yusuf pergi, Halimah membuka kotak di tangannya. Di dalam kotak itu ada 5 kotak beludru. Dan, betapa terkejutnya Halimah saat membuka kotak itu. 1 set berlian mulai dari anting, cincin dan kalung. Dan itu tidak murah pasti. Sebanyak 5 set yang di berikan kepadanya. Halimah menemukan ada sepucuk surat di dasar kotak. Penasaran ia pun membuka dan mulai membacanya. ' Halimah anakku, jika kotak ini sampai kepadamu dan Siska. Itu artinya Bapak dan Ibu sudah tidak ada di dunia lagi. Kami tidak tau nak, usia kami sampai kapan. Tapi, kami bercita-cita ingin sekali meninggal di tanah suci. Siapa pun tidak ada yang meminta mati, tapi entah mengapa kami merasa bahwa waktu kami sudah tidak lama.. Kami sengaja memberikan semua ini kepadamu, karena kami percaya. Tolong, gunakan sebijak- bijaknya Halimah. Kalau boleh kami meminta, tolong awasi Aditya. Kita semua tahu kekurangan anak itu. Kami tidak tau bagaimana jika dia tidak diawasi. Tapi, sebelum itu kami tidak tau bagaimana Dasep dan Melina akan menjalani hari. Ibu dan Bapak minta maaf atas semua kesalahan kami. Semoga, kamu dan Yoga bisa membangun keluarga yang samawa. Peluk cium Ibu dan Bapak untuk Siska. ' Halimah menghela napas panjang. Ia kembali melipat surat itu dan menyimpannya. "Simpan baik-baik, Teh. Bukan tidak mungkin Melina dan Dasep akan merebutnya," kata Tania. "Iya betul Neng. Jangan sampai mereka tau berapa banyak yang neng dapetin dari Ibu sama Bapak." Halimah mengangguk , "Iya, Bik saya ngerti. Nanti saya simpan." Halimah langsung menyimpan kotak berisi perhiasan itu ke dalam lemari di kamarnya. Ia betul-betul merasa bersyukur. Komar dan Mariam mengingat dirinya. Bahkan mereka memberikan harta yang anak mereka sendiri tidak tau. Dalam hati Halimah berjanji akan menjaga amanah yang di berikan. Sementara itu, Dasep sedang pusing di dalam tokonya. Ia merasa emosi melihat laporan keuangan yang diterimanya. Bagaimana mungkin, bisa lebih besar pasak daripada tiang. Dan itu semua terjadi karena Melina rupanya sering mengambil uang langsung dari bagian keuangan tanpa seizinnya. "Siaaal! Dasar wanita pembawa sial!" maki Dasep. Teriakannya tentu membuat Aisyah karyawannya terkejut. "Ya Allah, istighfar Pak. Kaget saya," ujar Aisyah takut- takut. "Istri saya sering mengambil uang, kenapa kalian nggak ada yang laporan sama saya? Kita perlu belanja dan memutar modal, Aisyah!" "Istri bapak selalu mengancam kami, Pak. Dan, juga beliau bilang bapak yang suruh. Ya,kami bisa apa." "Ya sudahlah, Aisyah. Kamu hitung berapa banyak yang harus kita siapkan untuk menutup semua kekurangan kita. Saya akan cari cara untuk mencari uang. Mungkin kita terpaksa meminjam ke bank. " "Baik Pak." "Satu hal lagi, beritahu security, kalau istri saya yang datang, jangan sampai masuk." “Tapi, gimana kalau bu Melina nanti ngamuk?” tanya Aisyah. Gadis itu takut kepada Melina karena memang wanita itu sering mengamuk jika keinginannya tidak dipenuhi. “Langsung telepon saya jika dia datang.” "Baik, Pak." "Wanita itu harus diberi pelajaran yang berharga!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN