“Selama siang ....” Goklas segera bangkit setelah mendengar suara ramai dari depan rumahnya. “Sudah datang rupanya ... masuk, masuk ....” Goklas menyambut hangat kedatangan keluarga besar Anggiat. “Apa kabar, Pak?” Anggiat segera menyalami Goklas dengan hormat. Ayah mentari begitu mengagumi sosok Anggiat. Pemuda yang tampan, gagah dan kaya. “Gagah sekalinya kau Anggiat. Kekar badanmu, hahaha.” Goklas berkali-kali memukul ringan bahu pria itu. Goklas ternyata benar, Lumban tidak hanya membawa istri dan anaknya. Pria itu juga membawa beberapa karib kerabat dan juga membawa beberapa hantaran sebagai tanda akan melamar putri Goklas. Mereka semua disambut dengan hangat di rumah itu. sofa tamu dan beberapa meja, disingkirkan sementara ke dalam kamar Herty, untuk memperlapang ruangan. Sebua