4- Berbagi Cerita

1148 Kata
"Mereka sungguh teman kamu?" tanya Varan yang masih tampak tidak biasa dengan keadaan yang ia alami saat ini. Bagaimana tidak, ia sekarang sedang berada di apartemen salah satu sahabat dari model majalah terkenal. Ditambah kenyataan jika Dihyan akan menjadi teman sekamarnya selama di universitas. "Menurut kamu?" Dihyan malah balik bertanya sambil menyiapkan bumbu dan beras basmati untuk dimasak. Tangannya tampak cekatan dengan bumbu- bumbu didepannya. Seakan ini sudah menjadi rutinitasnya. "Tapi iya sih. Seingatku Zafhira memang dari pedesaan." "Tepatnya kota yang berdampingan dengan desa tempat aku dan Fredella tinggal. Mereka sudah pindah kesana sejak lama, tepatnya sejak karir ayahnya Zafhira semakin melonjak. Tentu saja tinggal di desa bukanlah hal yang tepat untuk mereka dan tidak mendukung karir mereka. Meski Zafhira sering main ke desaku dan tetap bersekolah disana sampai lulus." "Wah! Dia pasti pribadi yang sederhana dan ramah." "Kata siapa? Kamu tidak lihat betapa angkuhnya dia tadi?" canda Dihyan yang tampak tak terima ada yang bilang Zafhira orang yang ramah, meski memang betul. Jika Zafhira melupakan tanah kelahirannya demi ketenarannya mungkin dia sudah lama pindah ke pusat kota demi meniti karirnya dari awal hingga namanya semakin dikenal banyak orang. Kalo di desa kan mana mungkin, jaringan listrik disana saja sering terputus. "Bagaimana ceritanya kalian bisa bersahabat? Aku pikir tidak mudah bersahabat dengan orang terkenal. Pasti sedikit merepotkan." Varan membuat tanda petik dengan jarinya. "Awalnya ya. Tapi sekarang sudah terbiasa kok. Perbedaan pasti terasa tapi dari persahabatan, itu bukan hal yang penting. Kami saling support kok. Aku support dia sebagai artis, dia juga support aku sebagai mahasiswa dan sahabatnya." "Aku iri sama kalian. Di kota ini mendapatkan sahabat seperti itu sangat sulit. Baru ikut casting jadi peran pembantu dan masuk ke drama televisi aja sombongnya kelewatan. Gimana kalo yang anak sutradara terkenal seperti Zafhira. Nyatanya dia malah gadis yang ramah. Kenapa dia tidak ikut main film layar lebar yang disutradarai ayahnya saja?" Dihyan mengedikkan bahunya," dia masih butuh belajar banyak untuk mengasah kemampuannya. Dia banyak ikut les dan latihan. Dia tidak mau asal ikut shooting dengan kemampuan pas- pasan dan hanya mengandalkan nama ayahnya." Varan berdecak semakin kagum," benar. Sekarang banyak yang acting pas- pasan dan terlihat kurang di film. Tapi jika sudah lihat nama belakangnya dan tau asal- usulnya, sudah tidak heran lagi. Alhasil mereka dihujat." "Dan terkadang dihujat malah semakin menjadi dan sombong." Dihyan meneruskan. "Kalo kamu? Tidak tertarik ikut terjun di dunia hiburan? Pasti akan sedikit lebih mudah karena ada orang dalam." Dihyan menggeleng pelan." Aku memang suka dance dan music. Beberapa kali Zafhira mengajakku les acting. Tapi niatku hanya untuk belajar walaupun dia sering memaksa aku untuk terjun. Mungkin belum saatnya. Aku ingin meraih mimpiku dulu di universitas." Varan mengulurkan tangannya, menepuk- nepuk punggung teman sekamarnya itu yang mungkin akan menjadi orang terdekatnya nanti." Kamu tenang aja. Kalo butuh manajer, aku siap kok. Digaji berapa pun." Dihyan tertawa. Yang benar saja, bermimpi untuk jadi actor terkenal saja belum ada dalam benaknya walau ia sangat menyukai Diksha Rabta, actor terkenal yang memulai karirnya dari nol tanpa embel- embel keluarga artis maupun kenalan sutradara mana pun. Hanya bermodal keahliannya hingga lolos casting. Sayangnya dia actor lama dimana nepotisme masih belum merebak seperti sekarang ini. Sungguh beruntung. Apalagi dia banyak memenangkan nominasi award di Convolywood. Dan hebatnya lagi, dia bukan tipe actor yang sombong. Dia selalu mau diajak berfoto bersama jika bertemu di sebuah acara. Satu kali Dihyan pernah berfoto bersamanya ketika Zafhira mengajaknya dan Fredella ke sebuah acara nominasi beberapa tahun lalu. Tentu karena ayah sahabatnya itu masuk sebagai nominasi sutradari tereksis. Foto yang kemudian Dihyan bingkai dan jaga baik- baik hingga kini. Bahkan ia akan memajangnya di kamar asramanya nanti. Tak lama pintu apartemen kembali terbuka, Zafhira dan Fredella masuk dengan kantong kresek di tangan." Panas ya di Ceredia tuh. Tidak seperti di Abadher." "Desa dekat pegunungan kok disamain sama kota yang Cuma dikelilingin gedung pencakar langit." Cibir Dihyan. Zafhira mengabaikan cibiran sahabatnya itu yang sudah biasa ia dengar kemudian berjalan menghampiri mereka yang berada di dapur. Rupanya masakan hampir matang, pantas wangi makanannya menyeruak ke seluruh ruangan. "Wah! Udah waktunya makan malam." Ia mengulurkan tangannya, berniat mengambil sepotong kebab tapi langsung ditepis oleh Dihyan. "Cuci tangan dulu!" pelotot Dihyan seperti ibu- ibu. Zafhira berdecak," siap mommy!" Dihyan menggeleng- geleng saat Zafhira menuju wastafel dan mencuci tangan disana. Varan juga ikut geleng- geleng kepala dengan tingkah gadis yang terkenal sebagai model itu. Padahal Zafhira terlihat sangat sempurna di cat walk, tapi begitu melihat secara langsung seperti sekarang dan mengetahui kegiatan dibelakang layar, menyadarkannya jika seorang actris pun sama- sama manusia biasa. "Daripada melamun, lebih baik segera pindahkan mangkuk- mangkuk ini ke meja makan." Ucap Dihyan, menyadarkan Varan dari lamunannya. "Oh, iya." Fredella pun mendekat kearah Dihyan dan membantu pria itu memindahkan nasi pedas yang sudah matang dari panci ke piring- piring kosong." Asramanya bagus?" "Tidak sebagus apartemen kamu." Dihyan tersenyum. "Biasanya asrama ada jam malamnya. Kalian tidak apa- apa disini sampai malam?" "Asrama kami bebas. Bahkan bisa sambil bekerja juga. Disini ternyata jauh lebih modern sistemnya." "Bagus lah." "Serius? Bebas dari jam malam?" Zafhira tiba- tiba ikut nimbrung. "Kenapa memangnya?" Dihyan mengernyitkan dahinya. Zafhira menggeleng cepat," kamu berarti harus kembali ikut les acting dan memperdalam kemampuan dance kamu, Dihyan." "Hah?" Dihyan langsung menggeleng cepat." Kamu pikir aku hanya numpang di asrama universitas tapi tidak ada jam kuliah?" Zafhira mengayun- ayunkan telapak tangannya," waktu mah bisa diatur. Malam pun bisa." "Nanti Dihyan bisa ngedrop, Zaf." Kali ini Fredella tampak membela kekasihnya. "Bukannya kamu ingin seperti Dikhsa Rabta? Ingat? Kamu kan fans dia. Siapa tau nanti bisa main film bareng." "Mimpi kamu terlalu tinggi untuk orang seperti aku, Zaf." Dihyan tampak geleng- geleng kepala. Zafhira jelas memiliki tingkat rasa optimis yang jauh lebih tinggi dibanding Dihyan yang biasa hanya tampil di acara dance sekolah atau sekedar latihan biasa. Walau pernah sekali saat diajak Zafhira ke sebuah acara dan ia bisa duet bernyanyi dengan Dvita, salah satu penyanyi solo terkenal. Dan namanya sempat eksis waktu itu. Bahkan karena persahabatannya dengan Zafhira, akun social medianya memiliki puluhan ribu followers. "Seperti aku? Seperti kamu? Kita sama saja kok. Aku juga merintis dari bawah dan banyak latihan. Kamu berarti juga bisa. Aku yakin ayah aku akan senang jika kamu bisa debut juga. Siapa tau kan bisa terkenal. Minimal perekonomian keluarga kamu bisa membaik." Zafhira kembali meyakinkan. Apalagi bayaran seorang actor ataupun hanya dancer dan penyanyi tidak murah. Semakin terkenal maka bayarannya pun semakin tinggi. "Nanti aku pikirkan lagi." "Sungguh? Bagus kalo begitu. Aku tidak sabar. Aku tau tempat yang bagus dan dijamin kamu akan jago drama." Fredella tersenyum kecil menyadari kegigihan Zafhira untuk mengajak Dihyan debut. "Aku aku! Biar aku jadi manajer Dihyan nanti." Varan tiba- tiba menyusul dan heboh sendiri. Zafhira menjentikkan jarinya dengan senyum lebar," see? Pokoknya kamu harus, Dihyan!" "Daripada ngomongin aku terus, lebih baik kamu jujur soal hubungan kamu dengan si vokalis itu." Dihyan berusaha mengalihkan pembicaraan. Membuat pipi Zafhira merona," apa sih? Kami masih baru mulai saling mengenal kok." "Sungguh, Zaf? Devdan kan?" tebak Fredella yang sudah menduga sebelumnya. Apalagi Zafhira mendadak sok sibuk akhir- akhir ini. Ternyata dia sedang kencan. Zafhira mengangguk malu- malu. "Grup music Ranjana? Wah!" Lagi- lagi Varan dibuat terkagum- kagum. "Kamu harus mulai terbiasa dengan kehidupan kami ya, calon manajer Dihyan." "Hey!" 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN