"Dalton, sebaiknya kau pergi saja ke pasar dan lakukan pekerjaanmu seperti biasa daripada kau di sini dan malah membantuku membersihkan semua kotoran-kotoran ternak seperti ini." ucap sang ayah yang merasa kasihan dengan anak sulungnya yang hanya berada di rumah dan membantunya mengerjakan pekerjaan kasar seperti itu.
Namun, alih-alih mengikuti perintah sang ayah, Dalton hanya tersenyum dan tetap memasukan kotoran-kotoran ternak itu ke dalam karung dan akan disimpan untuk dijadikan pupuk nanti. Hanya saja, pandangan sang ayah tidak seperti mengindahkan apa yang dilakukan oleh anaknya, mengingat kegiatan setiap hari anak sulungnya itu hanya di rumah dan jarang sekali berinteraksi dengan dunia luar dan karena hal itu, Gail Caldwell memutuskan untuk menyudahi pekerjaan mereka hari itu dan membiarkan Dalton membersihkan dirinya dan mengajaknya pergi ke dalam rumah untuk membersihkan diri.
"Kenapa kau menghentikan pekerjaan kita? Aku masih bisa membersihkan semuanya sendiri, kalau ayah ingin pergi dan melakukan hal lain, sebaiknya lakukan saja sendiri, aku akan meanjutkan pekerjaan di kandang." ucap Dalton sambil berbalik dan berniat untuk kembali ke kandang ternak mereka tapi, sang ayah menolak dan meminta agar Dalton untuk mengganti pakaiannya saja lalu pergi dari rumah untuk pergi ke pasar, entah itu untuk mencari pekerjaan atau hanya untuk menemui temannya di sana lalu mengobrol seperti remaja kebanyakan.
Namun, alih-alih mengiyakan ucapan sang ayah, Dalton malah mengernyitkan dahinya. "Kenapa kau ngotot sekali ingin membiarkanku pergi? Apa yang akan kau lakukan? Tidur?"
"Hei, aku hanya ingin kalau kau mendapatkan apa yang seharusnya kau dapatkan sebagai seorang remaja."
"Aku sudah bukan remaja. Aku aka kembali ke kandang dan melanjutkan pekerjaan." ucap Dalton sambil berjalan kembali ke arah kandang ternak mereka dan melanjutkan pekerjaan lainnya, yang meski pun sekarang pekerjaan itu tidak akan menjadikan uang untuk mereka tapi setidaknya mereka akan memiliki kandang ternak yang bersih untuk beberapa hari ke depan dan pupuk yang cukup untuk musim semi nanti untuk ladang mereka yang tidak terlalu luas tersebut. Bahkan mereka juga akan mendapatkan tempat tinggal yang sedikit lebih nyaman untuk musim dingin nanti dengan lingkungan yang lebih nyaman.
Meski pun ayahnya kembali memintanya untuk tidak melanjutkan pekerjaan di kandang tapi, Dalton Caldwell tetap saja berjalan pergi hingga sang ibu yang tengah memasak bahan makanan untuk makan siang mereka harus berhenti saat dia mendengar suara suaminya yang berteriak cukup keras dari arah halaman depan rumah mereka, membuatnya penasaran untuk apa yang dirinya dengar dan memaksanya untuk ke luar dan melihat apa yang sedang diributkan oleh sang suami, Gail dengan anak sulung mereka.
"Ada apa? Kenapa suaramu sangat keras hingga terdengar sampai ke dapur?" tanya Ella sambil mengelap tangannya yang sedikit basah menggunakan celemek yang tengah dirinya kenakan.
Gail yang mendenggar suara sang istri berada di belakangnya, membuat lelaki ini hanya bisa menghela napas sebelum menjawab pertanyaan yang istrinya berikan padanya. "Aku hanya ingin menghentikan pekerjaan yang sedang dia kerjakan dan memintanya untuk pergi bermain, mencari temannya dan menghabiskan waktu sebagai remaja yang biasanya tapi, lihat anakmu itu, dia malah seperti tidak peduli dengan masa mudanya yang berharga daripada harus meninggalkan pekerjaannya di ladang dan di kandang ternak." jelas lelaki itu sambil menunjuk-nunjuk ke arah Dalton yang sudah mulai mengerjakan sisa pekerjaannya.
"Biarkan saja. Lagi pula, jika dia sudah bekerja lalu menikah kita tidak akan bisa lagi mendapatkan bantuannya untuk membersihkan kandang ternak." ucap Ellie yang terdengar sedikit lebih rasional daripada suaminya. "Sebaiknya kau bantu dia dan selesaikan pekerjaan ini sebelum jam makan siang, aku sedang membuat sup kentang" tambah Ellie sambil menepuk punggung suaminya kemudian kembali masuk ke dalam rumah, melanjutkan sisa pekerjaan yang dia tingggalkan di dapur karena semua keributan yang dibuat oleh mereka di uar sana.
Di dalam rumah, Ellie melihat anak bungsunya yang masih bermain dengan boneka-boneka kesayangannya yang memang hanya benda itu lah yang menjadi satu-satunya mainan yang selalu dimainkan oleh Clammie sepanjang anak itu berada di dalam rumah.
"Kenapa kau tidak ke luar dan mencari temanmu?" tanya sang ibu pada anaknya yang masih sibuk bermain.
"Aku tidak mau."
"Kenapa?"
"Bagaimana kalau aku pergi ke luar dan tiba-tiba ada penyihir yang menculikku?"
Mendengar anaknya bicara hal seperti itu lagi, Ellie hanya bisa berkacak pinggang sambil mendengkus dan menatap anak bungsunya tersebut. "Bisa-bisanya kau terus-terusan bicara mengenai penyihir. Memangnya kau pikir penyihir itu seperti apa, huh?" tanya Ellie sambil berkacak pinggang di hadapan sang putri.
"Aku dengar kalau penyihir itu memiliki hidung lancip yang panjang, kulit yang penuh dengan kutil dan rambut putih yang acak-acakan, dia juga bungkuk dengan tonjolan besar di punggungnya, berjalan terbungkuk dan membawa tongkat lalu bisa terbang menggunakan sapu sihir dan dia juga bisa mengubah batu menjadi emas dan yang lainnya, banyak~" jelas Clammie yang membuat Ellie kembali mengernyitkan dahinya saat dia mendengar bagaimana anak bungsunya terus bicara hal-hal mengerikan seperti itu mengenai sosok seorang penyihir yang dia tidak ketahui tapi anaknya bisa mendeskripsikan sedetail itu walau pun sebenarnya mereka tidak ada yang benar-benar tahu seperti apa sosok penyihir itu sendiri.
Hanya urban legend tentu tidak akan menutup penasaran seseorang dengan hal seperti itu, cerita-cerita lain yang terus mengatakan bahwa penyihir ini begitu, penyihir ini begini, tetap tidak akan membuat mereka sebagai orang tua percaya begitu saja mengenai apa yang mereka dengar, meski pun mereka percaya bahwa memang ada penyihir di dalam lebatnya hutan tapi mereka tidak akan benar-benar percaya begitu saja karena tidak pernah ada yang melihat bahwa di dalam hutan sana ada seseorang yang tinggal dan menetap bahkan mereka juga tidak pernah mendengar ada seseorang yang menghilang karena dimakan oleh penyihir. Karena hal itu, saat dirinya mendengar bagaimana anaknya Clammie mengatakan mengenai sosok penyihir, Ellie hanya bisa mendengkus sambil menggelengkan kepala.
"Sebaiknya kau bantu aku di dapur kalau kau tidak ingin pergi ke luar untuk bermain." ajak Elli pada putri bungsunya yang awalnya terlihat sangat enggan untuk mengikuti perintah sang ibu tapi setelah dibujuk beberapa kali akhirnya Clammie pun mau mengikuti ibunya untuk pergi ke dapur dan membantunya melakukan pekerjaan di sana dan menyiapkan makan siang untuk ayah juga kakaknya yang menurut Ellie sangat menyebalkan karena selalu menggodanya.
"Bu, apa Dalton akan pergi ke kota dan bekerja di rumah bangsawan di sana nanti?"
"Dia akan melakukannya dalam waktu dekat. Setidaknya, itu yang bisa kita lakukan mengingat ladang kita tidak akan menghasilkan apa pun saat musim dingin nanti."