۝ Chapter 05 ۝

1007 Kata
Cahaya dari lampu itu terlihat semakin mendekat ke arah Dalton. Pemuda yang merasa tidak pernah memiliki tetangga di sekitar rumahnya yang berada hampir dekat dengan perbatasan hutan itu pun terlihat keheranan karena sejak kecil dirinya tinggal dan besar di sana, rumahnya selalu menjadi rumah satu-satunya di sana, rumah yang hanya menjadi tanah milik keluarganitu tidak pernah memiliki tetangga dan jika pun ada, seharusnya dirinya tahu dan jika dirinya tidak tahu, seharusnya ayahnya tahu dan memberitahunya mengenai hal tersebut tapi, lihat selama ini? Tidak pernah ada satu pun dari keluarganya mengatakan bahwa mereka memiliki tetangga sebelum ini. Karena penasaran, akhirnya Dalton memilih menunggu seseorang itu mendekat ke arahnya daripada pergi berjalan meninggalkan sosok tersebut, setidaknya itu akan membuat rasa penasarannya menghilang jika dirinya tetap di sana dan menunggu. Tidak butuh waktu lama untuk Dalton, dan ketika sosok itu berjalan sedikit lebih dekat dengannya, sosok yang Dalton lihat mengenakan jubah hitam berawarna abu-abu gelap itu berhenti, berjalan mundur beberapa langkah seolah menghindari kontak dengan Dalton sebelum kemudian berlari, seolah memotong jalan menuju ke arah hutan yang masih harus melewati ladang jagung milik tetangganya yang sedikit jauh dari rumahnya. Penasaran dengan siapa orang itu, Dalton yang saat itu meski pun merasa ketakutan tetap mencoba untuk berlari, mengejar sosok yang berlari masuk ke dalam semak-semak di sisi jalan dan terus menuju ke ladang milik warga, melewati rimbunnya pohon jagung yang baru saja selesai dipanen beberapa waktu lalu tapi belum benar-benar sempat dibersihkan dari semua bekas-bekas panen yang ada, membuat pemuda inisedikit kerepotan ketika berlari, berbeda dengan sosok yang mengenakan jubah tersebut. Sosok itu berlari sangat kencang, tidak peduli apakah di depannya ada tumpukan ilalang kering atau jerami yang belum dibakar sekali pun. “Tunggu!” teriak Dalton berharap sosok yang mengenakan jubah panjang itu berhenti dan tidak berlari lagi menjauhinya. Namun, karena sosokitu berlari terlalu cepat dan dirinya tidak bisa sanggup mengejar orang itu, Dalton pun memutuskan berhenti daripada harus masuk lebih jauh ke dalam hutan, sementara lelaki itu masih terus berlari dengan lentera yang sudahh tidak lagi menyala. Dalton mencoba mengatur napasnya, di tengah ladang jagung yang penuh dengan tumpukan jerami kering, pemuda ini bahkan melihat sekeliling di mana seluruh ladang itu benar-benar gelap dan hanya diterangi oleh cahaya bulan yang juga tidak terlalu terang tapi cukup untuk membuatnya mendapatkan penerangan untuk kembali berjalan pulang. Dan karena tidak ada apa pun di sana, membuat Dalton memutuskan untuk pergi dari ladang tersebut dan kembali berjalan menuju ke rumahnya yang berada tak jauh dari sana. Tiba di rumah, Dalton disambut oleh sang ibu yang masih terjaga karena merasa khawatir mengenai kondisi anak sulungnya yang sama sekali belum pulang hingga hari sudah sangat larut seperti saat ini. Tiba di dalam rumah, Dalton yang mencoba melepaskan jaket tebal yang dirinya kenakan pun hanya bisa terus mendengarkan bagaimana sang ibu terus mengoceh mengenai dirinya yang pulang sangat terlambat malam itu tapi, Dalton sendiri hanya menjawab dengan tenang apa yang ditanyakan oleh sang ibu mengenai pekerjaannya, dan kenapa dirinya bisa pulang sangat larut seperti itu. Namun, tidak dengan dirinya yang melihat seseorang yang membawa lentera kemudian berlari masuk ke dalam hutan. “Aku akan membawakanmu air hangat.” Ucap Ellie tapi, Dalton menolak dan meminta sang ibu untuk pergi tidur karena dirinya juga akan melakukan hal yang sama. Setelah mengatakan hal tersebut pada sang ibu, Dalton langsung naik ke lantai atas di mana ada kamar miliknya yang menjadi satu dengan kamar sang adik yang memang sedang tidur dengan sangat lelap hingga Dalton hanya menggeleng melihat bagaimana adiknya yang benar-benar tidak akan terbangun karena alasan apa pun, termasuk saat adiknya itu diganggu ketika tertidur, bocah itu sama sekali tidak akan bangun. Karena merasa sangat lelah, Dalton langsung naik ke atas ranjangnya dan mengenakan selimut rapat-rapat untuk menghangatkan dirinya dalam selimut tebal yang dirinya miliki. Sambil terus memikirkan mengenai seseorang yang dirinya lihat tadi di jalan menuju ke rumah, seseorang yang sangat mencurigakan tapi tidak bisa dia ketahui siapa. Namun, karena sudah lelah, Dalton memutuskan untuk pergi mengistirahatkan tubuhnya, memilih untuk tidur dan munkin dia akan membicarakan hal ini dengan ayahnya besok. Meninggalkan Dalton yang sudah terlelap di dalam kamarnya, jauh di dalamnya hutan, sosok yang tadi dikejar oleh pemuda itu masih terus berjalan sambil sesekali melihat ke arah belakang, berharap bahwa tidak ada lagi yang mengikutinya dari belakang sana. Dengan napas yang terdengar tersengal, sosok dengan jubah panjang itu terus berjalan melewati jalanan becek penuh lumpur di tengah hutan yang gelap tanpa cahaya, bahkan satu-satunya cahaya yang dia miliki pun sudah padam ketika dirinya berlari dari kejaran Dalton tadi. Di tengah hutan yang sangat lebat dan gelap, suara-suara hewan malam saling bersahutan, memperdengarkan kesunyian di tengah rimbunan pohon yang tumbuh saling berdekatan, menjulang hingga dahan-dahan dan dedaunannya seolah menghalangi cahaya rembulan yang hanya sedikit di atas langit sana untuk masuk dan menyinari langkah seorang yang mengenakan jubah panjang itu berjalan di tengah hutan yang sangat padat. Gelap, lembab dan tidak ada siapa pun kecuali hewan-hewan malam yang saling bersahutan, memperdengarkan lantunan indah suara mereka yang seolah menjadi musik pengganti untuk menambahkan kesunyian yang memang sudah berada di sana sejak semula. Lampu lentera yang sudah padam pun masih dipegangi oleh sosok itu dengan sangat erat, sesekali bahkan terlihat sosok itu berpegangan pada pohon-pohon yang berada di sekitarnya, seolah dirinya tidak ingin menabrak atau bahkan salah memilih jalan. Langkah orang itu tetap berlanjut walau pun tanpa penerangan sedikit pun yang membantunya untuk melihat jalanan yang berada di hadapannya, membuatnya tak jaran terpeleset karena tidak sengaja menginjak lubang yang cukup dalam tapi, dengan cepat dirinya berusaha untuk kembali berdiri dengan berpegangan pada sebuah akar pohon yang berada tak jauh darinya, menarik dirinya sendiri untuk ke luar dari dalam lubang berlumpur tersebut hingga akhirnya dia pun bisa membebaskan diri dan kembali berjalan masuk ke dalam hutan dengan lampu lentera yang masih berada di tangannya. Di tengah kegelapan tersebut, sosok yang sama sekali tidak memperlihatkan wajahnya sedikit pun itu terlihat terus berjalan, sangat hati-hati ketika dirinya menginjakkan kaki ditanah hutan yang basah dan berlumpur tersebut. Entah ke mana tujuannya tapi, sosok itu masih terus berjalan masuk ke dalam hutan yang sangat gelap.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN