Memperkosa Iman

1122 Kata

"Nan, keluar yuk--" ajakku agar bisa ngomong lebih leluasa daripada di sini bisa di dengar kedua orang tuanya yang bisa saja menguping dibalik pintu. Eh, Qienan malah jawab, "Belum juga masuk udah keluar, gimana sih." Pengen aku tabok dia pakai bantal kursi, aku lagi serius dia malah ngajak bercanda dengan wajah serius. Udahlah omelet yang aku buat dihabisin, sisa 1 potong. Padahal aku buat dengan penuh rasa kasih sayang untuk calon anak dan istriku, eh malah dia yang dapat kasih sayang aku. Aku berdiri dan dia juga berdiri, dia mengarahkan jalan agar kami duduk di halaman samping yang ada ayunannya. Mudah-mudahan gak ngeganggu penunggu yang ada di sini. Mau gak mau kami naik ke ayunan demi untuk membahas hal rahasia tingkat darurat. "Aku gak izinkan titik," kataku tanpa basa basi.

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN