Sakitnya Benaran Nyata

1247 Kata

Degup jantung yang terus berpacu tak menentu membuatku kehilangan konsentrasi. Marah, kesal bergejolak namun ada ungkapan manis yang tidak bisa diabaikan. Tulang kakiku terasa lemas namun ketukkan di pintu menyelamatkan aku. Kenapa dia datang membawa serta ayahnya? Terjadi perdebatan kecil di luar antara dia dan ayahnya. Aku berdiri gelisah tak nyaman karena berada di dalam kamar seorang pria yang bukan mahramku, apa kata ayahnya nanti, astagfirullah. Setelah berapa menit berlalu, dia masuk dan aku ditimpa grogi kembali. Canggung terbit diantara kami, dia tidak bicara apa-apa saat berada di depanku. Aku juga masih menunduk, tidak berani menatapnya. "Icha, hubungan jarak jauh itu banyak sekali rintangan." Tahu, tetapi aku belum terbiasa dan ini sangat berat. "Jangan selalu mengguna

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN