Putus adalah yang dia mau. Ahli agama, seorang pria yang bisa membimbing itu yang dia mau. Berarti dia tidak menganggap aku apa-apa. Kepalaku menoleh ke luar jendela, berapa kali menghela napas. Sedikit merasa sesak ketika ada orang yang meremehkan aku masalah agama. Apakah aku harus melihatkan jenggot seperti Lukman dan mengenakan celana cingkrang atau pakai gamis ala Akhsan jadi dia tahu kalau aku paham agama. Kami dalam keadaan pulang ke rumah neneknya lagi. Mau menolak, gak enak, apa kata orang tuanya. Setidaknya aku hanya menemani Qienan untuk berbasa-basi. Jelas sudah ini menguntungkan dia sepihak karena dia dan Lala bakal sah. Aku bakal jadi bujang lapuk lagi. Sampai di rumah neneknya, telingaku mendengar lantunan ayat suci Al-Quran yang sambung menyambung ayat. Aku dan Qienan