Senandung lagu berirama cinta mengisi keheningan kamar ini. Tanpa membuka pintu balkon aku duduk di sudut jendela yang menghadap ke jalan raya ditemani secangkir teh hangat tawar dan kue baklava yang manis. Rasa bahagia ini ingin aku ceritakan pada sahabatku yang terpercaya sekaligus membuang rasa malu yang belum bisa aku hilangkan sejak satu jam yang lalu. Tidak butuh waktu lama, dering telepon kedua langsung dijawab dengan suaranya yang riang gembira bahkan tanpa mengucapkan salam. "Gimana Cha?" "MasyaAllah kak, Assalamu'alaikum." "Wa'alaikumsalam, jadi perkembangan kalian bagaimana?" Aku terus dicecar dengan berbagai macam pertanyaan. Hanya dia yang tahu jika aku bertemu dengan Al-Kahfi di Baku. Jika rahasia ini terbongkar maka dialah tertuduh tunggal dan gak bisa mengelak. "Ba