Siapa Dia?

1612 Kata
Owka Pov Hari ini aku day off karena besok jadwalnya medex rutin di Kemayoran, tapi hari ini aku dipanggil Captain Richard, direktur Operasional untuk datang ke kantor pusat karena katanya aku dan Iksan dipilih untuk mengikuti training tiga hari di training centre di Jakarta barat. "Mau kemana a', bukannya medex nya besok?" tanya mama yang baru selesai membuat jus. "Mau ke kantor ma, dipanggil." "kenapa, ada masalah?" Alis mama bertaut, kayaknya lagi over thinking sama aku. "Mau ada orang airbus datang, katanya mau kasih short training gitu, aku dapat jadwal untuk ikutan. Aku nggak tahu papa ikut juga apa nggak." "Ooo, tapi Papa nggak ngantor tuh, cuma libur aja hari ini." jawab mama yang terlihat lega. "Papa mana ma?" tanyaku tidak melihat kehadiran papa,cuma jus nya saja yang di taruh mama di tempat biasa papa duduk. "Ke rumah yangpa nganterin seafood dari Makassar pesanan yayang." "Papa kapan dari Makassar?" "Semalam." Aku sedikit bingung mendengarnya, "Eh bukannya papa ke Surabaya ya ma?" "Iya, tapi Re route, ada pesawat rusak ... jadi lanjut Makassar, kan harusnya papa landing sore kemaren." "O gitu." "Assalamualaikum ...."suara papa terdengar memasuki pintu belakang. Papa, abang dan Shaka muncul di ruang makan . "Niniiii ..." teriak Shaka sambil membawa setangkai bunga yang aku duga dari halaman belakang dan diberikannya kepada mama. "Makasih sayangnya Nini ... kiss dulu dong," pinta mama sambil berjongkok. 'Cup' "Nini wangiii." ucap Shaka, pintar sekali bocah itu memuji. "Eh jangan cium-cium mama akuuuu." aku menggoda bocil ganteng made in abang. "Ini Nini akuuu," balas Shaka tidak mau kalah sambil mengalungkan tangannya di leher mama. Pagi - pagi rumah ini sudah ramai dengan kehadiran Shaka. "Abang mau jus nggak?" tanya mama, entah maksudnya abang yang mana, karena Shaka juga dipanggil abang. "Mauuuu." Nah kan ... yang jawab dua - duanya. "Maksud mama abang yang mana ma ... abang satu apa abang dua?" tanyaku yang tentu saja sambil mengingatkan mama. "Ya abang mana aja deh." "Aku mau ma...." "Aku juga mau ni.." "Sebentar ya dibuatin dulu." Mama ke dapur bersih di sebelah ruang makan ini, mungkin mama mau bikin sendiri jusnya tanpa menyuruh asisten rumah tangga kami.. "Aa' mau jus juga ngga?" teriak mama dari dapur. "Nggak ma, aku udah kenyang," jawabku yang sedang menikmati roti bakar dengan olesan selai strawberry, tinggal dua gigitan lagi akan habis. "Masa makan roti satu aja kenyang a'." "Iya ma, kenyang banget, ini aja susah ngabisin, lagian sebentar lagi aa' juga udah mau pergi," jawabku tetap menolak. "Mau kemana?" "Kantor pa, ketemu Captain Richard." "Soal training?" "Iya, papa ikut?" "Papa sudah dulu waktu mereka bikin training di Singapore." "Kapan pa?" "Udah tiga tahun yang lalu kayaknya." "Et dah... dah lama banget ya, aku masih monyet-monyetan deh kayaknya." Papa tertawa, itu memang jokes kami di tempat bekerja. "Apaan tuh monyet-monyetan?" tanya abang. "Pilot baru yang masih duduk di kursi observer di cockpit, biasanya dibilang monyet-monyetan sama pramugari bang, aku juga tahunya waktu terbang dulu." Abang tertawa, papa juga ketawa lagi. "Nggak marah dibilang monyet - monyetan?" "Ngeri lah bang, apalagi pramugari senior ... suka cs sama captain." "Aa' denger dari siapa istilah itu?" "Waktu terbang itu mas Rafif ngasih tahu, 'siap - siap lo di panggil monyet - monyetan sama si mbak - mbak sini', gitu katanya." "Kalo papa dulu lebih sadis, itu juga first flight papa... pas lagi transit di Surabaya papa kan ke toilet, pintu cockpit itu kan posisnya persis di sebelah toilet, jadi papa bisa dengar pembicaraan dekat pintu itu." Papa jeda sebentar, sepertinya dia hanya ingin tersenyum geli mengingat kejadian puluhan tahun yang lalu. "Pramugari seniornya namanya papa inget banget, mbak Santi. Dia nanya begini,' Capt... monyet-monyetannya lepas kemana?' trus captain-nya jawab 'Ke toilet kayaknya San', itu papa di toilet sampe bengong, maksudnya gue nih monyet - monyetannya?" Kami tertawa semua mendengar cerita papa yang belum pernah kami dengar, kecuali Shaka tentunya, belum ngerti dia. "Sadis banget becandanya," sahut abang. "Balik lagi ke training tadi, berarti kamu bagus bisa terpilih, berapa orang?" "Aku nggak tahu siapa aja, tapi yang jelas aku sama Iksan aja. Mungkin nanti baru tahu lengkapnya kalo sudah ketemu captain Richard kali pa." "Iya, biasanya sepuluh orang sih," jawab papa lalu menyesap jus miliknya yang dibuatkan oleh mama tadi. Aku mengangguk mendengar info papa barusan. "Abang nggak ke rumah sakit?" tanyaku ke abang yang terlihat santai. "Nanti agak siangan, sekalian mau ke sekolah Shaka dulu, mau daftar." "Ciee ... yang udah mau masuk sma ..." ucapku sambil melihat ke arah Shaka, jelas saja si bocil kaget. "Iiishh om , aku itu mau masuk SD," jawab Shaka cemberut. "Ah masa sih, kok anak SD sudah ada kumisnya?" Shaka yang duduk di sebelah ayahnya itu, kini menghadap ke arah abang. "Abang ada kumisnya yah?" tanyanya dengan muka polos. "Nggak ada." "Tuuuh, nggak ada om." "Apa iya, coba sini om lihat dulu," panggilku dan berhasil membuatnya turun dari kursi dan sekarang sudah berdiri di depanku. Kayaknya dia benar - benar ingin meyakinkanku bahwa dia benar - benar tidak berkumis. Aku pura-pura meneliti dengan seksama wajah Shaka. "O iya ya, om salah lihat ... kalo gitu kiss om dulu biar nggak salah lihat lagi," pintaku sambil menyodorkan pipinya. 'Cup' Misiku berhasil! "Om wangiii ..." Kayak pake templete aja nih bocah ngomongnya. "Wangi tapi nggak punya pacar," sahut ayahnya Shaka dan membuatku nyengir aja. "Mana sini om mau kiss abang, wangi nggak?" Giliran Shaka menyodorkan pipi tembamnya. 'Cup' "Hmm ... wangi juga, abang nggak punya pacar juga kan?" Shaka menggeleng. "Toss ... sama kayak omnya." Aku dan Shaka tos - tosan. "Pinter banget nyari temennya sama bocil SD. Pa, nggak ada gitu pramugari yang nyantel sama aa'?" tanya abang. Mama masuk lagi ke ruang makan dengan dua gelas jus untuk duo abang. "Aa' mau karir dulu bang." malah mama yang menjawab. "Kan bisa di sambil ma, tinggal cari calon istri yang mendukung karir, semua bisa kalo niat ma." Aku curiga abang sepertinya sedang mengincar status jombloku untuk jadi bullyan nih, balas dendam dia kayaknya karena dulu pernah aku bully. "Bang ... kamu mendukung karir ayah nggak?" tanyaku ke Shaka, boro - boro ngerti, anak enam tahun itu malah melongo. "Tuh kan, di omongin malah kemana - mana dia," ucap abang lagi. "Aku nggak kemana - mana kok, di sini aja dari tadi." Yang berdebat aku dan abang, tapi yang tertawa malah papa. * Aku sebenarnya jarang sekali ke kantor pusat, biasanya kalau dipanggil saja. Makanya kalau datang ke sini aku tidak banyak tahu kecuali ruangan divisi operasional sama kafetaria. Aku datang kepagian, sampai di parkiran masih jam setengah sembilan, padahal panggilan bertemu captain Richard itu jam setengah sepuluh, saru jam cukup membosankan apalagi tidak ada teman. Ponsel menjadi sasaran, aku menghubungi Iksan yang ntah di mana karena dari tadi aku menghubunginya tapi ponselnya belum aktif. "Yes bro ... gue masih di jalan, kesiangan gue," ucap Iksan di ujung telepon, padahal aku belum bicara apa - apa. "Gue udah diparkiran." "Ahh ... sudah gue duga, nggak bisa nunggu di kafetaria aja bro? Gue belum sempat sarapan nih, lima belas menit lagi gue sampe." "Yaudah, sebentar lagi gue ke kafetaria." "Pesenin black coffee, no sugar sama chicken sandwich ya." "Berasa gue jadi pramugari lo ya, main pesen aja." ucapku sinis dan membuat Iksan tertawa. "Ntar gue doain lo berjodoh sama pramugari, biar bisa pesan kopi sambil ayang - ayangan." "Emangnya lo nyokap gue pake doa - doain gue segala? Nggak mempan tahu nggak." "Iya deh iya, nanti gue titip sama captain Owie aja minta tolong bilangin sama istrinya buat doain anak gantengnya yang jomblo." Aku mendengus mendengar bualan Iksan. "Maling teriak maling, berasa udah ada jodoh aja lo!" sahutku kesal. Emang si Iksan ini sok laku, padahal karir pilotnya tidak bisa membantu soal jodoh dia, pengalamannya sudah banyak, tepatnya pengalaman sudah dua kali di tolak cewek! "Nanti gue buktikan kalo gue nggak di tolak lagi." "Spek turunin, jangan artis sama model melulu incerannya, biaya maintenance-nya udah kayak maintenance pesawat tahu nggak!" "Lha itu bokap lo bisa menghidupi adek lo!" "Ya kudu jadi Captain dulu lo..." "Eh ada polisi tuh, gw matiin hape dulu." Hubungan dengan Iksan pun terputus. Aku langsung mematikan mesin mobil dan turun menuju ke kafetaria, kali ini aku benar - benar jadi pramugari si Iksan. Tumben kafetaria lebih ramai pagi ini, sepertinya sih ramai karena ada sesuatu, soalnya sepertinya bukan karyawan karena kan sekarang masih jam kerja. Aku mencari tempat duduk yang kosong, untung masih ada. Seorang pelayan menyodorkan menu dan kertas untuk mencatat, setelah itu dia pergi melayani yang lain. Aku hanya menuliskan pesanan Iksan saja karena aku sedang tidak ingin apa - apa. "Mas," panggilku kepada pelayan tadi lalu menyodorkan daftar menu dan kertas pesanan. "Eh mas, ini ada keramaian apa ya?" tanyaku dan berhasil mencegah si mas yang hendak segera berlalu dari mejaku. "Oh ini sedang tes akhir calon cabin crew mas, wawancara sama pak direktur," jawabnya. "O .. makasih." Aku melihat sekeliling dan pandangan berhenti di satu titik, seorang wanita memakai kemeja putih dan blazer hitam serta rok span sedengkul tampak duduk dengan anggunnya sambil menyilangkan kakinya, sepertinya dia seorang pramugari, atau calon pramugari yang sedang tes juga? Kok gayanya sudah sangat profesional? Mataku terus mengamatinya mumpung dia sedang fokus dengan ponselnya, dia duduk menghadap tepat lurus ke arahku tapi kami selisih tiga meja. Dia terlihat sedang mengetikkan sesuatu di ponselnya dan sesekali tersenyum, mungkin dia membaca sesuatu yang lucu, senyumnya manis sekali, rasanya belum pernah aku tertarik melihat senyuman wanita lain selain mama. Karena dia agak menunduk, rambutnya kadang terjatuh dan diselipkan lagi di belakang telinganya. Ah gila, kenapa aku yang gemas ingin ikut membantu menyelipkan rambutnya itu sih? Aku langsung mengalihkan pandangan, bisa mati penasaran aku dengan wanita itu, kenapa dia cantik sekali, siapa dia?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN