Awal mula
Angin berhembus kencang di malam itu. Di tambah derasnya hujan yang sedang turun, menambah kabutnya jalan yang sedang di lewati oleh sepasang keluarga dengan mobilnya.
Hujan yang begitu deras sungguh sangat mengganggu penglihatan si pengemudi.
"Pah, pelan-pelan aja bawa mobilnya. Ngga usah buru-buru. Mama takut papa nabrak, jalanan gelap soalnya. Di tambah hujan juga deras banget, jalanan pasti licin," ucap istri si pengemudi yang duduk di sampingnya, mencoba memberi nasehat.
"Iya mah. Papa ngga ngebut kok bawa mobilnya," sahut si pengemudi.
"Ini ngebut, pah! Pelanin lagi! Mama takut!"
"Ngebut gimana sih, ma? Papa pelan gini bawa mobilnya, masa masih kurang pelan juga?"
"Masih! Pokoknya mama ngga mau tau, papa harus pelanin lagi! Jalanan ngga keliatan jelas soalnya!" sahut istrinya, mengomeli.
Entah kenapa, si istri tiba-tiba memiliki firasat yang buruk saat ini dan membuat hatinya menjadi was-was sejak tadi.
"Yaudah iya, aku pelanin. Jangan marah-marah lagi ya sayang," sambil melemparkan senyuman yang lembut, si pengemudi menatap ke arah istrinya dan memelankan laju mobilnya.
Perjalanan mereka masih jauh. Sedangkan, hujan semakin turun dengan deras dan suara petir mulai menggelegar di mana-mana.
"HUAAAA...!"
Karna suara menggelegar yang diciptakan oleh petir tersebut, putri kembar mereka yang di letakkan di kursi belakang pun terbangun dan menangis kencang.
Mereka yang mendengar tangisan kedua putri mereka itu pun sontak menatap ke arah kursi belakang, tempat di mana kedua putri kesayangan mereka berada.
"Gapapa, sayang. Gapapa. Papa sama mama ada di sini, kalian jangan takut ya, itu cuma suara petir," ujar si pengemudi dengan suara yang lemah lembut kepada kedua putri kecilnya yang sedang menangis.
Dan setelah mengatakan hal itu, dia pun beralih menatap ke arah istrinya, "Kamu pindah ke belakang dulu ya sayang buat nenangin Anisa sama Amira. Mereka berdua pasti lagi ngerasa ketakutan karna tiba-tiba dibangunin sama suara petir," ujarnya kepada sang istri.
"Iya, pah," sahut istrinya.
Setelah itu, keduanya pun kembali menatap ke arah depan dan si pengemudi pun berniat untuk menghentikan mobilnya agar istrinya dapat berpindah ke belakang untuk menenangkan kedua putri mereka.
Tapi sayang, kejadian na'as tiba-tiba terjadi.
Saat si pengemudi tengah berbalik badan untuk kembali melihat ke arah depan, tiba-tiba saja sebuah mobil truk melaju dengan kencang dari arah yang berlawanan di tengah derasnya hujan dan minimnya penerangan.
"PAPA, AWAS...!" teriak istrinya dengan kencang, mencoba memperingatkan.
Si suami yang juga melihat truk tersebut pun langsung mencoba membelokkan mobilnya dan banting setir untuk menghindari tabrakan.
Tapi sayang, usaha yang beliau lakukan sia-sia. Meskipun dapat menghindari truk, mereka tetap mengalami kecelakaan.
Mobil yang mereka naiki menabrak tiang listrik dan membuat keduanya terluka parah.
Si suami dan istrinya terluka parah, hal itu terlihat jelas dari keadaan mereka yang bersimbah darah saat ini.
Sedangkan kedua putri mereka, secara ajaib mereka berdua baik-baik saja. Keduanya tidak terluka parah dan masih tetap sadarkan diri.
Hanya saja, keduanya terus saja menangis tanpa henti sejak tadi.
"Pah...! Pah...! Itu ada yang kecelakaan! Ayo kita tolongin!" ucap seseorang yang kebetulan lewat dari sana kepada suaminya sambil menunjuk ke arah mobil keluarga tersebut.
Si suami menurut, motor butut mereka langsung dia belokkan ke arah mobil tersebut untuk membantu keluarga yang kecelakaan itu.
"Huaaa....!!!! Huaa...!!!!"
Kedua putri dari pasangan yang mengalami kecelakaan itu masih saja terus menangis di kursi belakang. Sehingga, hal itupun dengan sukses menyita perhatian si istri yang sedang mencoba menyelamatkan mereka bersama suaminya.
"Pah...! Ada bayi!" ucap si istri kepada suaminya yang saat ini sedang mencoba memeriksa denyut nadi kedua pasangan tersebut.
Mereka saling menatap setelah mendengar melihat kedua bayi itu. Dan entah setan apa yang merasuki mereka untuk melakukan ini, tapi si istri dengan buru-buru langsung membuka pintu belakang dan mengambil salah satu bayi tersebut kemudian mengajak suaminya untuk segera pergi meninggalkan tempat tersebut dan membiarkan keluarga dari anak yang mereka ambil terkulai tak sadarkan diri disana bersama salah satu putri mereka yang masih saja terus menangis.
Mereka sadar kalau apa yang mereka lakukan ini sangatlah jahat. Tapi mereka harus bagaimana? Mereka sangat menginginkan seorang anak. Dan tadi sore, mereka baru saja pulang dari rumah sakit dengan perasaan hancur karena dokter telah memvonis bahwa mereka tidak akan bisa memiliki keturunan karena keduanya adalah pasangan mandul.
Hancur sudah dunia mereka, anak yang selama ini mereka damba-dambakan ternyata sangat mustahil untuk dimiliki. Sehingga, saat melihat kesempatan ini, terasa ada bisikan dari dalam hati mereka yang telah hancur. Bisikan itu berkata, kalau ini adalah sebuah takdir.
Menemukan bayi ini adalah sebuah jawaban sekaligus kado dari Tuhan untuk mereka. Mereka merasa kalau anak ini memang di takdirkan untuk mereka.
Karna saat tadi, ketika si suami mengecek denyut nadi dan nafas kedua orang tua bayi ini, mereka telah tiada. Bayi ini adalah yatim piatu sekarang. Dan karna hal itu, keduanya pun dengan mengambil bayi tersebut dan berniat untuk mengasuhnya sebagai anak.
Jantung mereka berdebar kencang tidak karuan selama di perjalanan pulang.
"Pah, kita ngga salah kan ngambil bayi yang malang ini?"
Tanya istrinya setelah sampai di rumah, mencoba meyakinkan dirinya sendiri kalau apa yang mereka lakukan ini tidak salah.
"Iya mah, kita ngga salah. Ini adalah jawaban dari tuhan. Mama lihat sendiri kan tadi? Orang tuanya udah ngga ada. Kalau kita biarkan dia di sana, bisa saja dia akan di kirim ke panti asuhan."
"Ini adalah sebuah takdir yang sudah di tetapkan oleh yang maha kuasa, mah. Papa sangat yakin hal itu. Karna kalau bukan, kita ngga akan mungkin lewat dari sana di tengah hujan angin seperti ini, mah. Mama kan tau sendiri, selama ini kita jarang melewati jalan itu, biasanya kita pasti akan ambil jalan lain untuk pulang. Tapi tadi? Kita malah tiba-tiba melewatinya saat kecelakaan terjadi," terang beliau, mencoba menghilangkan perasaan bersalah dari dalam hati istri nya.
Dan sebenarnya, di dalam hatinya sendiri pun juga merasakan perasaan bersalah yang sama.
"Semoga saja tuhan ngga marah ya, pah sama perbuatan kita ini," ujar istrinya lagi dengan nada khawatir dan sedikit takut.
"Papa juga berharap hal yang sama, mah," sahut suaminya.
"Oiya, pah. Kira-kira gimana yah nasib anak yang yang satunya? Mama ingin membawa mereka berdua tapi mama ngga bisa bawa karna hujan sedang turun deras. Kalau saja kita punya mobil, pasti mama akan bawa mereka berdua sama kita," tanya istrinya lagi.
"Semoga dia baik-baik aja, mah. Lagipula kan pas kita di jalan tadi polisi sama ambulan udah menuju ke sana, jadi anak itu mungkin akan baik-baik aja."
Sebelum mereka pergi dari sana, suaminya memang menghubungi polisi dan ambulan agar datang ke TKP. Kemudian setelah itu, mereka langsung buru-buru pergi dari sana.
"HUAAA...!!!" bayi yang sejak tadi digendong oleh istrinya kini terbangun lagi dan menangis.
"Aduh sayang... Kenapa sayang...? Kami berisik ya? Maafin kita ya sayang..."
Si istri langsung mencoba mendiamkan anak tersebut dengan penuh perhatian dan kasih sayang.
"Dia sangat cantik yah, pah" ucap beliau seraya tersenyum lembut saat melihat wajah bayi yang sedang dia gendong itu.
"Iya mah, mau kita namain siapa dia?" tanya suaminya yang kini ikutan memandangi wajah bayi menggemaskan itu.
Istrinya berfikir sejenak, mencoba mencari nama yang pas. tapi disaat dia tengah mencoba berfikir, tiba-tiba pandangannya tertuju ke arah leher bayi tersebut.
"Pah, ada kalung di lehernya," ujarnya.
Mendengar hal itu, si suami langsung meraih kalung tersebut.
"Anisa," ujarnya, membaca nama yang berada di kalung itu.
"Jadi namanya Anisa?" tanya si istri.
"Sepertinya iya, mah."
Beliau kembali tersenyum seperti tadi, "Jadi nama kamu Anisa ya, sayang? Nama yang cantik, seperti orangnya," puji sang istri.
"Nah, Anisa. mulai hari ini kamu jadi putri kita yah, sayang. Dan mulai hari ini juga, kita akan jadi orang tua kamu," lanjut beliau dengan nada girang.
Begitupun dengan suaminya, mereka berdua tersenyum bahagia menatap Anisa, anak angkat sekaligus anggota keluarga baru mereka.