Malik meremas rambutnya kuat dan kasar. Ah, tidak hanya meremas, tapi Malik juga menjambak rambutnya, berharap rasa sakit, dan bayangan bagaimana melayangnya tubuh mungil Ela di atas meja tadi karena tamparannya, menari-nari bagai kaset rusak di kedua mata dan ingatan Malik saat ini. Sial! Sial! Sial! Demi Tuhan, apa ada apa dengan dirinya, dan apa yang sudah ia lakukan tadi? Malik bingung, Malik tidak mengerti, kenapa bisa ia sejahat dan selicik tadi. Ya, Malik merasa sangat jahat dan licik. Demi Tuhan, tidak ada kancing baju dalam teh yang Ela tuangkan dalam cangkirnya, tidak ada sama sekali kancing baju, Malik ingatkan sekali lagi. Kancing baju tadi adalah kancing baju milik Malik, kancing yang Malik masukan dengan sengaja ke dalam cangkirnya tanpa semua orang lihat dan sadari