Ratu akhirnya menanggalkan gaun pengantin nya, kini Raja dapat melihat kulit putih mulus dengan tubuh yang ideal itu hanya ditutupi oleh bra dan celana dalam usang, Ratu yang malu hanya menyilangkan kedua tangan nya menutupi area p******a yang masih di tutupi bra berwarna coklat pudar yang memiliki robekan dimana-mana itu.
Air mata Ratu berlinang, tubuhnya bergetar, dirinya merasa menjadi wanita paling hina di dunia ini, meskipun Raja kini sudah menjadi suami nya, namun Raja memperlakukannya seperti b***k.
Raja menelan saliva nya, meskipun Raja sempat iba melihat pakaian dalam Ratu yang begitu usang dan masih di gunakan, Raja kembali mengingat dendam nya kepada Ratu karena perbuatan Ratu dirinya harus kehilangan Anya.
"Aku bilang lepaskan semua!" teriak nya kembali membuat Ratu terkejut.
"Aku mohon tuan, jangan." lirih nya sambil menahan tangis.
"Kalau kau tidak lepaskan, aku akan membatalkan semua biaya pengobatan adikmu!" ucap Raja sedikit tersenyum sinis, alis matanya terangkat.
Ratu membulatkan matanya, akhirnya Ratu pun melepaskan bra nya, di lepasnya pengait bra tersebut dari belakang, kini p******a berukuran besar padat dengan p****g bewarna pink itu pun dapat di lihat Raja secara langsung.
Junior Raja kini tidak dapat dikendalikan nya lagi, Raja hanya bisa meraba junior nya, Ratu yang melihat kembali terisak, diri nya pun kembali menyilangkan kedua tangan nya menutupi p******a nya itu.
"Lepaskan semua!" teriak nya kembali, entah setan apa yang merasuki Raja, dirinya bahkan tidak dapat lagi menahan nafsu yang sudah berada pada level paling tinggi itu.
Raja tidak menyangka seorang gadis miskin seperti Ratu memiliki tubuh yang mulus dan kulit putih tanpa noda sedikit pun.
Ratu kembali berusaha melepaskan celana dalam milik nya perlahan, kini celana dalam usang itu pun sudah tergeletak di lantai, tubuh Ratu sudah polos tanpa sehelai benang pun, hanya air mata yang terus berlinang di pipi nya.
Rasa malu dan hina bercampur menjadi satu.
"Ini semua demi Rama."batin nya menguatkan diri dan membulatkan tekadnya.
Raja kini melihat kewanitaan Ratu yang begitu menggiurkan, kewanitaan nya begitu rapi dan bersih.
Raja melangkah kan kaki nya mendekat ke arah Ratu, namun sekilas dirinya mengingat Anya kembali.
"Tidak! aku tidak boleh melakukan ini, wanita ini akan besar kepala bila aku sampai menyentuh apalagi meniduri nya, hanya Anya yang boleh merasakan kehangatan tubuhku." ucap nya dalam hati.
Raja menghentikan langkahnya.
"Tubuhmu bahkan tidak menarik, aku jijik melihat tubuhmu itu," ucap nya kembali tersenyum licik.
Tangan Ratu yang menyilang kini sudah berjongkok menutupi semua bagian sensitif tubuhnya, Ratu semakin terisak mendengar hinaan Raja.
Raja yang sudah tidak tahan lagi pun langsung berjalan ke arah kamar mandi, hanya air dingin yang kini mampu menenangkan junior nya yang sudah menegang, sedangkan Ratu langsung meraih pakaian dalam dan juga piama tidurnya, Ratu berlari keluar dari kamar itu, entah kenapa ada perasaan lega ketika Raja membatalkan niatnya.
"Syukurlah tubuh ini tidak menarik, aku tidak harus melalui malam j*****m ini bersama pria angkuh itu," batin nya yang kini sudah menutup pintu kamar Raja.
Ratu menuruni anak tangga, air mata di wajah nya pun telah dia hapus, Ratu berniat akan pulang ke rumahnya, sebelum nya dia memang sudah menghubungi Sri kalau dirinya akan pulang lebih malam.
Ratu memasuki kamar pembantu untuk mengganti pakaian nya, di dalam kamar ada beberapa pembantu yang berbisik-bisik melihat kedatangan Ratu, mereka tentunya kaget karena melihat Ratu lah yang menjadi pengantin untuk anak majikan mereka, namun Ratu hanya berusaha tersenyum tanpa berkata apapun, biarlah hanya dirinya yang mengetahui semua hal yang telah terjadi di rumah ini.
Namun Ratu yang ingin berganti pakaian, mendengar suara panggilan dari Ratih.
Ratu langsung bergegas keluar sebelum mengganti pakaiannya.
"Iya Nyonya, ada apa?" tanya nya.
"Ratu kamu kenapa ada di dalam kamar pembantu? dan kamu jangan lagi memanggil saya dengan sebutan Nyonya." ucap Ratih sambil tersenyum.
"Saya-" belum sempat Ratu berbicara, Ratih pun memotong ucapan nya.
"Kamu ingin pulang?" tanya nya kembali.
"Iya Nyo-"
"Jangan Nyonya, mulai sekarang kamu panggil saya Mama." ucap nya tegas dengan sedikit senyuman di wajahnya.
"Hah," ucap Ratu yang kaget setengah mati.
Ada beberapa pembantu di sana yang mendengar pembicaraan Ratih dan Ratu, mulai sekarang para pembantu pasti tidak akan berani lagi berbisik-bisik apalagi membahas status Ratu, mereka pun kini berhamburan pergi mengerjakan pekerjaan mereka setelah melihat lirikan mata Ratih.
"Sekarang kamu adalah menantu saya, Ratu. Jujur saya memang tidak menginginkan Anya menjadi menantu saya, mungkin ini cara Tuhan untuk membuat Anya dan Raja berpisah." gumam nya, terlihat sedikit kesedihan di wajah Ratih.
"Ta-pi Nyo maksud saya Mama, saya ini kan hanya pengantin pengganti," jawab nya.
"Kita tidak akan pernah tahu apa yang terjadi ke depan nya Ratu, saya hanya berdoa agar Raja bisa mendapatkan istri yang baik, dan kamu sepertinya orang yang tepat, meskipun kamu masih sangat muda dan bukan berasal dari keluarga kaya, saya yakin kamu wanita yang pantas mendampingi Raja, Putra saya yang sangat angkuh itu." jawab nya sambil memegangi dagu Ratu.
Ratu dapat melihat senyuman tulus dari Ratih, Ratu sangat merasa beruntung bisa memiliki seorang mertua yang sangat baik dan pengertian seperti Ratih.
"Tapi, saya bolehkan malam ini pulang Ma?" tanya nya kembali.
Ratih pun menghembuskan nafasnya.
"Ini sudah sangat malam Ratu, lagipula ini adalah malam pengantin kamu dan Raja, sekarang Raja adalah suamimu, sebaiknya kamu izin padanya." ucap Ratih.
Ratu pun mengerti dan menganggukkan kepalanya.
Ratih kini sudah pergi meninggalkan Ratu, Ratih yang sudah kelelahan pun berniat ingin membersihkan tubuhnya sekaligus langsung beristirahat.
Rumah kini telah terlihat sepi, hanya ada beberapa pembantu yang masih beberes di ruang tamu.
Ratu kembali menaiki anak tangga untuk menemui Raja dan meminta izin agar boleh pulang sesuai arahan dari Ratih.
Ratu yang masih gugup dan ketakutan pun berusaha untuk mengetuk pintu kamar Raja.
Tok, tok, tok, tok
Namun Raja tidak juga menjawab apalagi membuka pintu, Ratu memberanikan diri untuk menarik handle pintu, dan kini terlihat Raja yang sudah berbaring dengan bertelanjang d**a, hanya selimut yang menutupi pinggang sampai ke kakinya, tangan nya di letakkan di atas kening, mata nya pun terlihat tertutup, entah apa yang ada di pikiran Raja, yang jelas Ratu mengetahui kalau Raja sangat terpukul karena kepergian Anya.
Ratu hanya bisa menelan saliva nya, namun dia tetap berusaha melangkah kan kaki nya dengan pelan agar tidak mengeluarkan suara apapun, Ratu persis seperti seorang maling yang ingin beraksi.
Namun Raja tetap bergeming.
Kini Ratu sudah berada tepat di samping Raja, meskipun masih ada jarak sekitar satu meter.
"Tu-an saya ingin izin pulang," bisik nya dengan suara yang sangat pelan.
Namun Raja tetap diam, tubuh nya tidak bergerak sedikit pun.
Ratu hanya melihat tubuh Raja yang sangat atletis itu, jarak semakin dekat membuat Ratu semakin mengangumi bentuk tubuh suami nya itu.
Kakinya bahkan bergetar.
"Tuan-"
"Apa? " bentak Raja yang kini sudah bangun dan bangkit dari tidur nya.
"Saya ingin pulang," pekik Ratu yang sudah ketakutan melihat wajah kesal Raja.
Raja yang emosi pun langsung berdiri, hanya terlihat boxer putih sepaha yang menutupi tubuhnya, Ratu langsung terlonjak kaget, kaki nya mundur beberapa langkah.
"Enak saja kamu mau pulang! kau sekarang b***k ku, aku sudah membeli tubuhmu, ingat itu!" teriak nya, mata nya kini melotot sempurna.
Ratu hanya bisa menelan saliva nya.
"Tapi, adik saya-"
"Aku tidak peduli, mulai sekarang kau akan menjadi b***k ku, kau tidak boleh pulang kemana pun, besok Mama akan mengurus semua pengobatan adik mu, " ucap nya kembali duduk di ranjang.
Raja yang memang lelah dan belum lagi tadi dirinya berusaha setengah mati untuk menenangkan junior nya kembali membaringkan tubuh di ranjang.
Mendengar ucapan Raja membuat hati Ratu sedikit menghangat, besok adik nya akan segera di obati, Ratu pun hanya mengangguk kan kepala nya, dan mengambil ponsel jadul nya yang ada di saku nya, Ratu segera mengirim pesan kepada Sri agar menjaga Rama malam ini, besok dirinya akan membawa kabar gembira di mana adik nya akan segera di operasi.
Setelah mendapat balasan dari Sri, Ratu bernapas lega, semua gerak gerik Ratu dapat di lihat oleh Raja, baru kali ini Raja melihat senyuman manis milik Ratu setelah mendapat kabar baik itu.
Ratu pun kembali bertanya kepada Raja, meskipun Raja sudah berbaring namun Ratu dapat melihat mata tajam milik Raja yang belum terpejam.
"Kalau begitu, saya permisi keluar Tuan," ucap nya.
"Keluar? mulai sekarang kau tidur bersamaku di kamar ini, agar kau bisa ku suruh kapan saja aku mau!" pekik nya melirik sinis ke arah Ratu.
"Hah, tidur di kamar ini?" tanya Ratu yang kaget dengan ucapan Raja.
Raja melemparkan bantal yang ada di samping nya ke lantai.
"Di situ kau tidur!" pekik nya sambil tersenyum sinis.
Ratu melihat bantal itu tergeletak di lantai meskipun tidak jauh dari Ranjang Raja.