12. Maaf

2073 Kata
Tangan kiri Chacha mengusap sisi kosong di sebelahnya. Kedua matanya masih bengkak karena matanya tidak juga berhenti mengeluarkan air mata. Begitu hebat kekuasaan Sang Maha Pemberi Nafas, tidak membuat air matanya kering bagai air sumur dan sungai jika sedang musim kemarau tiba. Seingat Chacha, suaminya sudah pulang tadi. Tapi di sisinya tetap saja kosong, tidak ada Virgo di sana. Bukan, semua itu bukanlah khayalan Chacha semata. Virgo benar-benar pulang setelah isya' tadi. Tapi lelaki itu pulang untuk mengatakan keputusannya. "Mas... Aku tidak ingin seperti ini." isaknya, saking sakitnya hingga Chacha tidak lagi mengeluarkan suara saat menangis. Tubuhnya berguling ke kiri, dia mendapati Virgo tidur di sofa kamarnya. Lelaki itu enggan tidur di sampingnya. Suaminya ada bersamanya, tapi Chacha merasa jika Virgo tidak ada. Rasanya tidak beda jauh seperti malam kemarin ketika Virgo pergi dari rumah Asep. "Apa kamu melupakan perasaanmu padaku semudah itu?" tanya Chacha dalam keheningan malam. Wanita berbadan dua itu sangat sadar jika Virgo tidak akan menjawab apa yang dia tanyakan. Suaminya terlihat nyenyak dalam tidurnya meski kakinya tergantung karena sofa itu tidak cukup panjang untuknya. "Kenapa kamu memilih tidur secara tidak nyaman ketimbang tidur di sampingku?" Tidak ada yang lebih menyakitkan selain diabaikan oleh suami sendiri. Rasanya sungguh seperti tertusuk-tusuk tombak ribuan kali di waktu bersamaan dan tiada henti sedetik pun. Flashback On. Rahang Virgo mengeras mendengar pertanyaan Chacha barusan. Kenapa istri keduanya itu malah menuduh Bebby yang tidak-tidak. Padahal, andaikan Chacha tahu kebenarannya. Pasti dia tidak akan berkata demikian. Tapi untuk apa Virgo menjelaskan, Chacha tidak akan mengerti. "Maaf Cha, kalau aku harus menyakiti hatimu." Virgo membuang pandangan ke arah lain, dia juga menyingkirkan tangan Chacha dari lengannya sedikit kasar. Hati Virgo sakit saat Chacha terus menyalahkan Bebby. Tapi dia juga tidak tega melihat Chacha berderai air mata. "Aku sudah merasa cukup memiliki satu istri. Bebby bisa melakukannya sendiri, Bebby tidak butuh bantuan perempuan lain untuk mengurus suaminya. Bagaimanapun nantinya, setelah kamu melahirkan. Aku akan tetap menceraikanmu." ujar Virgo tegas tanpa menatap ke arah Chacha. Sungguh, lelaki itu tidak mampu melihat kedua mata Chacha yang terluka karenanya. Chacha yang dia kenal sekarang berbeda dengan Chacha yang dulu. Apa mungkin istri keduanya itu sedang dalam lingkaran quotes Joker. Orang jahat adalah orang baik yang tersakiti. Yang benar saja kalau memang Chacha menerapkan quotes itu. Memangnya selama ini Bebby salah apa padanya. Bebby tidak pernah menyakitinya. Memang Bebby menikah dengan Virgo saat lelaki itu sudah melamar Chacha. Tapi apa Chacha tidak melihat nasib orang di luar sana. Ada yang esok hari menikah, hari ini batal. Harusnya Chacha bisa lebih bersyukur. Nama baik orang tuanya tidak tercoreng, ditambah dia diperlakukan baik oleh istri pertama dari suaminya. Di luar itu, selama ini Virgo juga berusaha bersikap adil pada mereka berdua. Meski pada kenyataannya juga belum bisa sepenuhnya adil. Tapi Virgo tetaplah manusia biasa yang tak luput dari khilaf dan dosa. "Jadi keputusannya bagaimana, Nak Virgo? Kalian akan pulang ke Jogja berdua saja tanpa Chacha?" tanya Astri, dia tidak benar-benar menyesali perbuatannya di masa lalu. "Aku akan tetap mengajak Chacha kembali ke Jogja besok. Setelah melahirkan dan masa nifasnya selesai, aku akan mengantar Chacha pulang kepada Mama sama Abah didampingi orang tuaku." bagi Virgo ini yang terbaik untuk semuanya. Tangisan Astri semakin terdengar lebih kencang. Asep tidak bisa apa-apa. Mungkin ini juga sebagai pelajaran untuknya, jika memaksakan kehendak itu tidak akan baik di akhirnya. Dia terlalu takut menanggung malu karena batalnya pernikahan Chacha yang bukan darah dagingnya. Harusnya Asep juga sadar, kalau dia tidak boleh membeda-bedakan Chacha dengan Aisyah. Adanya dia menerima Astri sebagai pendamping hidupnya, harusnya dia juga menerima Chacha sepenuhnya. "Beb... Kenapa diam saja, Nak? Apa kamu bahagia mengetahui Virgo akan menceraikan Chacha setelah dia melahirkan?" Bebby sedikit tercengang saat mendapat pertanyaan demikian dari Astri. Apa maksud wanita paruh baya itu. Apa Astri ingin menyudutkannya. "Aku diam karena aku menghargai pembicaraan ini bukan sebuah candaan semata." meski sedikit gugup, Bebby berusaha agar terlihat biasa saja. "Jujur saja, sebagai sesama perempuan. Aku ikut merasa sakit hati atas apa yang akan diterima Chacha setelah melahirkan. Diceraikan suami itu adalah hal paling horor bagi para wanita." Bebby sengaja menjeda kata-katanya, dia menarik napas sedalam-dalamnya terlebih dahulu. "Namun sebagai seorang istri, tanpa ingin berbohong. Aku akan bilang kalau aku bahagia mengetahui aku akan menjadi istri satu-satunya Mas Virgo. Aku sudah lelah dimadu, apalagi dengan maduku yang tidak bisa saling mengerti dengan keadaan kami." Bebby menatap Astri tanpa takut. Wanita itu tahu jika Astri dan Chacha akan sakit hati mendengar apa yang dia katakan. Namun inilah kenyataannya. Lagi pula untuk apa dia memikirkan perasaan mereka, sedangkan mereka tidak pernah mau mengerti perasaannya. Egois sekali-kali itu memang perlu dilakukan dalam hidup. "Astagfirullah..." Asep benar-benar tidak bisa berkata-kata, dia hanya mampu mengucap istighfar berulang kali. Chacha emosi mendengar apa yang dikatakan Bebby barusan. Dia berdiri dan menampar wajah Bebby secara tiba-tiba. "Chacha! Kamu apa-apaan?" refleks Virgo membentak Chacha. "Biarkan saja Mas, biarkan aku memberi pelajaran untuk wanita yang sudah merenggut kebahagiaan kita. Dari awal dia yang sudah menjadi penghalang." ungkap Chacha dengan nada tinggi. Asep berdiri, dia ingin mendekati Chacha dan menenangkannya. Ini tidak bisa dibiarkan seperti ini. Virgo was-was, dia takut emosi Bebby akan kembali meledak seperti kemarin. Tidak baik jika mereka bertengkar, kondisi Chacha sedang hamil. "Jangan berpura-pura baik di depan banyak orang, Beb! Aku tahu kalau kamu tidak sebaik apa yang mereka lihat!" teriak Chacha. Suasana kembali panas, bahkan ini bisa dibilang lebih panas dari kemarin pagi. Doa Asep, semoga saja tidak ada tetangga yang mendengar keributan ini. Harusnya tadi mereka mencari tempat sepi terlebih dahulu untuk membicarakan masalah ini jika tahu akan ada teriak-teriak segala. Tapi kan di antara mereka tidak ada yang menjadi peramal. Akan sangat memalukan jika sampai tetangga mendengar. "Cha...! Kam..." "Syut... Sudah Mas, sudah." Bebby menahan Virgo yang ingin menjauhkan Chacha darinya. Kata-kata Virgo terhenti seketika saat Bebby menahannya. Wanita itu membenahi hijabnya sebentar lalu berdiri dan memandang Chacha. Tidak ada rasa takut sama sekali dari Bebby. "Kamu mau menam...!" "Syut... Syut... Jangan teriak-teriak, Cha. Ini sudah malam, takut mengganggu tetangga." Bebby meletakkan jari telunjuknya di depan hidung dan mulutnya. Virgo semakin takut saja, soalnya Bebby tidak menunjukkan amarahnya. Tapi istri pertamanya itu malah bersikap tenang dan santai. "Bicara itu yang pelan, Cha." "Apa maumu?" "Kamu mau menampar wajahku lagi? Aku persilakan, mumpung aku sedang berbaik hati padamu. Ayo tampar aku sepuasmu." Bebby malah menyodorkan wajahnya pada Chacha. Tidak ada yang tahu maksud Bebby sekarang itu apa. Jantung Virgo seperti sedang berlomba, detaknya dua kali lipat lebih kencang. Tangan Chacha terangkat ke awang-awang. Dia mengambil ancang-ancang ingin menampar Bebby lagi, tapi tidak jadi. Chacha menurunkan tangannya lagi dan hanya berakhir menjadi kepalan semata. Bebby memundurkan wajahnya, dia terkekeh sebentar melihat apa yang dilakukan Chacha. "Untuk semua yang terjadi, tentang aku yang datang dan menghancurkan kebahagiaanmu dengan Virgo. Untuk aku yang merenggut posisimu menjadi istrinya Virgo. Untuk hal kemarin saat aku membongkar masa lalu Mamamu yang sebenarnya hingga merembet ke kamu. Untuk keputusan yang Virgo tetapkan jika dia akan menceraikanmu dan lebih memilih aku sebagai istrinya..." Bebby memejamkan matanya sebentar, dia mengingat semua yang terjadi setelah pernikahannya dengan Virgo. "Aku minta maaf, Cha. Aku tidak bisa melakukan apa-apa selain mencoba berbagi suami dan mengatakan maaf. Aku sudah mencoba menebus dosaku dengan cara mengizinkanmu menjadi istri kedua suamiku. Tapi sayangnya, kamu tidak mempergunakan kesempatan yang aku kasih dengan sebaik mungkin hingga membuat aku muak dan mengungkap kebenarannya." rahang Bebby terlihat mengeras menatap Chacha. Tidak ada yang bersuara di sana selain Bebby. Oh ya, ditambah suara denting jam yang terus berputar dan deru nafas masing-masing. Belum ada sahutan dari Chacha. Sebagai wanita hamil, Chacha termasuk kuat. Karena meski dia menangis dan setres pun, kandungannya tidak mengalami kontraksi atau hanya sekedar rasa nyeri. "Maka dari itu, terlepas aku salah atau tidak. Aku hanya bisa mengatakan maaf. Kata maaf memang mudah diucapkan, Cha." lagi, Bebby kembali menjeda kata-katanya. "Kata maaf juga sebagai bentuk merendah seseorang ke orang lain, entah dia salah atau tidak. Tapi kata maaf tidak membuat orang yang mengucapkannya menjadi rendahan." Bebby tersenyum sebentar dan masih sambil menatap Chacha. "Terlepas kamu mau memaafkan atau tidak, aku tidak peduli." kali ini Bebby menyilangkan kedua tangannya di depan d**a. "Dan tentang persepsimu kalau aku bukan orang baik-baik. Itu terserah kamu, aku tidak butuh pengakuan baik darimu. Namanya juga orang hidup, Cha. Pasti ada baik dan buruknya masing-masing. Yang jelas, sebagai manusia kita harus melakukan apa yang menurut kita benar walaupun itu akan dipandang buruk oleh orang lain." Bebby terkekeh pelan. "Kamu bisa tanyakan ke Virgo langsung. Betapa tidak pedulinya aku pada pandangan orang di luaran sana tentangku. Yang penting aku bahagia, tidak menyakiti orang lain dan aku tidak mengemis nasi pada mereka. Virgo tahu semua tentangku. Jika kamu penasaran lebih jauh, tanyakan saja. Aku yakin, tidak ada satu pun pertanyaanmu yang tidak bisa dia jawab." wanita judes itu mengambil napas lalu tersenyum manis pada Chacha lagi. Mendengar yang dikatakan Bebby barusan, hati Chacha memanas. Setahu itukah Virgo tentang Bebby. Sampai-sampai Bebby dengan santainya berkata demikian. Sedari tadi Bebby mengambil sikap santai dalam menanggapi emosi Chacha. Bukan apa-apa, tapi Bebby sudah merasa lelah jika harus berteriak-teriak dan mengeluarkan emosinya. Untung saja tadi dia sudah makan, jadi tidak akan ada drama jatuh atau lemas seperti tadi pagi di penginapan. Bebby berbalik arah, dia menatap Virgo yang berdiri di belakangnya sedari tadi. Dia yakin, pasti Virgo mengkhawatirkan dirinya. Khawatir kalau emosinya meluap-luap seperti kemarin pagi. "Aku rasa, urusanku dengan Chacha sudah selesai. Aku mau ke mobil dulu." kata Bebby pelan pada Virgo. "Tanpa mengurangi rasa hormatku pada Abah dan Tante, aku undur diri dari pembicaraan ini. Assalamualaikum." Bebby berjalan menuju pintu utama. Asep dan Astri menghela napas sambil menjawab salam. Mereka bagai tersihir oleh wanita yang baru saja keluar dari rumah. Tiba-tiba berubah menjadi patung bernapas secara mendadak tanpa mampu berkata-kata. Pita suara mereka seperti terserap oleh energi yang ada di diri Bebby. "Abah rasa obrolan ini memang sudah selesai. Abah terima keputusanmu, Virgo. Memiliki dua istri memang berat. Abah juga ingin ke pesantren, assalamualaikum." Asep orang kedua yang pergi dari sana. Tanpa suara, Virgo tetap menjawab salam mertuanya. Dia melihat Chacha sekarang, istri keduanya itu begitu kacau. Air mata masih keluar dari kelopak mata Chacha. Astri juga pergi, dia lebih memilih ke kamar ketimbang mendekati Chacha. Bukan maksud tidak perhatian, tapi melihat respons Chacha kemarin seperti itu padanya. Membuat Astri tahu jika Chacha belum bisa menerima ucapan atau pendapatnya. Jika Astri memilih ke kamar, apalagi Aisyah. Gadis itu lebih baik menenangkan Astri ketimbang kakaknya. Ditambah mengingat apa yang sudah Chacha lakukan tadi pagi padanya, semakin membuat Asiyah malas. Virgo berjalan mendekati Chacha, dia mengusap-usap bahu istri keduanya. Dia tidak tahu lagi harus berkata apa pada Chacha. "Aku harap kamu bisa menerima semua ini, Cha." "Tapi Mas, aku mencintaimu. Apa kamu tidak mencintaiku lagi?" tatapan Chacha terlihat kosong memandang Virgo. "Aku melepasmu bukan karena aku sudah tidak cinta, Cha. Tapi karena memang keadaan kita akan terus saling menyakiti jika tetap bertahan pada posisi seperti ini." Virgo masih mengusap-usap bahu Chacha. "Insyaallah, sakit itu hanya sementara kalau kamu mau berserah sama Allah. Kamu tidak sendiri, kamu punya Allah Yang Maha Mengetahui. Allah lebih tahu mana yang baik dan mana yang buruk bagi hambanya." kali ini Virgo mengecup punggung tangan Chacha. "Aku mau menyusul Bebby ke mobil. Kamu tidur saja dulu, nanti aku menyusul. Assalamualaikum." Kaki lelaki berwajah lonjong itu sudah berbalik. Dia juga khawatir dengan Bebby. "Mas...." Chacha berusaha menghentikan Virgo, tapi sepertinya dia tidak mau mendengarnya sama sekali. "Wa'alaikumsalam..." jawab Chacha lirih. Bukan ini yang Chacha inginkan. Dia ingin jika suaminya pulang, akan merengkuhnya dalam hangat pelukannya. Tapi semua itu hanyalah impian tanpa kenyataan. Air matanya semakin deras mengalir melewati pipi putih kemerah-merahannya. Flashback Off. Chacha masih menangis mengingat apa yang terjadi tadi di ruang tamu. Dia belum bisa ikhlas menerima jika nanti pada akhirnya dia akan menjadi seorang janda. Tinggal menunggu hitungan bulan, ketakutannya akan menjadi nyata. "Astagfirullahaladzim... Ya Allah, maafkan segala dosa-dosa hamba dan dosa suami hamba." tangis Chacha di gelapnya malam. Wanita berbadan dua itu melepas mukenanya dan melipat kembali alat salatnya. Chacha baru saja mengadu pada Sang Khalik tentang sakit hatinya di sepertiga malam. Selesai menaruh mukena serta sajadah di tempat semula, Chacha berjalan mendekati Virgo dan membenahi selimutnya. Suaminya masih tidur di sofa, tanpa ada niat pindah ke ranjang bersamanya. "Maaf untuk semuanya, Mas." bibir Chacha mengecup kening Virgo sekilas. Karena merasa kedua matanya mengantuk, Chacha kembali ke ranjangnya dan berniat tidur. Hatinya sudah jauh lebih tenang usai melaksanakan salat. Hanya saja, melihat Virgo enggan tidur bersamanya tetap membuat hati Chacha sedih. *** Next...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN