Walau semua itu berlalu begitu cepat, tapi aku pernah diajarkan bagaiman caranya membuka code ponsel. Aku sudah lupa bagaiman caranya. Tapi, aku tidak lupa bagaimana menggunakan aplikasi youtube untuk mengetahui tutorialnya. Aku tidak bisa melakukan semuanya di siang hari, karena sibuk di toko. Jadi aku lakukan malam hari setelah semuanya tertidur pulas.
Sudah satu jam aku berada di depan layar laptop, tapi tak percobaan ini tak kunjung berhasil. Ini sudah pukul 2 dini hari. Mataku sudah tidak bisa diajak untuk berkompromi lagi. Jadi aku putuskan untuk melanjutkan besok saja. Semoga besok ada pencerahannya.
Ponsel Abi kembali berbunyi. Tapi tidak aku temukan di mana dia meletakkannya. Mungkin dia simpan di bawah bantalnya. Kalau aku paksa untuk melihat, pasti dia akan terbangun. Oke, sabar Ana. Semua harus tetap dalam rencanamu.
***
Jeng Karin menelpon ku saat aku sedang di dapur membuat dessert box. Ada pesanan 100 dessert box yang akan di kirim nanti sore. Ponselku terus berbunyi tidak mau berhenti. Aku berdecak saat ponsel itu kembali berbunyi. Terpaksa aku meninggalkan pekerjaanku yang sedang menaruh krim ovaltine untuk layer kedua.
Panggilan telepon dari Karin, ibunya Arga. Beliau memintaku untuk segera menjemput Rey di rumahnya. Ya, hari rabu adalah jadwal les matematika Rey. Biasanya les itu diadakan di rumah para siswa secara bergilir. Dan hari ini adalah giliran les di rumah Arga. Jeng Karin berteriak histeris dan memintaku untuk segera menjemput Rey di rumahnya sekarang juga. Aku terpaksa meninggalkan pekerjaanku membuat pesanan dessert box. Dan meminta Indah untuk menggantikanku. Tinggal finishingnya saja, tidak terlalu repot.
Kalau sudah seperti ini, pasti sedang ada masalah di rumah jeng Karin. Dan itu pasti ada hubungannya dengan Rey.
Aku menyabet kunci mobil. Berpamitan pada Vivi dan Naya untuk menjemput Rey sebentar. Bersyukur di hari rabu ini jalanan Jakarta tidak terlalu macet. Jadi, aku bisa lebih cepat sampai ke rumah jeng Karin. Begitu aku masuk ke pekarangan rumahnya, aku melihat dia orang anak laki-laki yang basah kuyup, dan dilumuri dengan busa-busa. Berlarian ke sana ke mari.
"Jeng Ana, akhirnya datang juga." Teriak jeng Karin dengan nada yang masih histeris. Kalau sudah begini, pasti ada yang gawat.
"Jadi, ada apa, Jeng? Rey baik-baik saja?"
"Rey baik-baik saja, kolam renang saya yang bermasalah."
Aku mengekor Jeng Karin memasuki rumahnya hingga ke halaman belakang. Jeng Karin menunjukan kolam renangnya yang lebih tepat disebut sebagai kiddy pool dibanding dengan kolam renang. Tapi jeng Karin dengan bangganya selalu berkoar kalau dia memiliki kolam renang di halaman belakang rumahnya. Kini kiddy pool milik jeng Karin dipenuhi dengan busa warna putih. Aku tercengang melihat pemandangan tak terduga itu.
"Rey menumpahkan semua deterjen milikku ke dalam kolam renang ini," jelas jeng Karin. "Saya sedang mengambil minum ke dapur, tahu-tahu setelah saya kembali kolam renang saya sudah dipenuhi dengan busa-busa ini."
"Berapa kerugian yang Jeng Karin dapat?" tanyaku pura-pura serius. Padahal aku ingin sekali tertawa melihatnya.
"Ya, Jeng Ana lihat saja," jeng Karin melambaikan tangannya pada kiddy pool yang nyaris tidak terlihat air bersihnya.
"Oke, nanti jeng Karin, kirim saja berapa tagihan untuk menguras kolamnya."
Jeng Karin terlihat misuh misuh. "Maaf ya, Jeng, bukannya begitu. Tapi kenapa Rey sepertinya bandel sekali."
"Oh maaf, Jeng, kalau kerusakam yang Rey perbuat sangat merugikan Jeng Karin. Nanti saya coba untuk tegur Rey."
Aku segera menggeret Rey dari sana. Mencoba untuk pergi dari rumah jeng Karin secepat mungkin. Aku tidak terima kalau dia menjelek-jelekkan anaku. Kemudian aku menyuruh Rey untuk meminta maaf kepada jeng Karin dan juga Arga, dalam keadaan basah dan penuh busa. Untung aku selalu bawa baju ganti dalam mobil. Jadi ketika Rey masuk mobil, dia langsung mengganti baju yang basah dengan yang kering.
***
Karena kondisi tidak memungkinkan, aku memutuskan untuk pulang ke rumah saja. Tidak lama dari itu jeng Karin mengirimkan rincian tagihan pembersihan kolam renang, beserta ganti rugi deterjen yang dihabiskan oleh Rey.
Ini sudah insiden yang kesekian kalinya. Terakhir Rey memukul temannya di sekolah. Ketika aku datang ke sekolahnya dan menemukan temannya bernama Edward dengan datang yang mengalir di hidung karena mimisan, dan baju seragam yang robek di bagian depan. Namun, Rey sama sekali tidak ada bekas babak belur. Saat aku tanya, kenapa dia memukul Edward, dia mengatakan kalau Edward mengejeknya dengan mata banci. Dan Rey bilang kata banci itu bad word, jadi Edward tidak boleh mengatakan kata itu.
Ketika sampai rumah, aku menyuruh Rey untuk mandi, kemudian makan. Mbok Darmi sedang menidurkan Ruby. Aku bersyukur kalau mbok Darmi masih setia menjaga Ruby. Kalau tidak ada mbok Darmi, bisa-bisa aku kewalahan. Sambil merapikan pakaian basah Rey, aku memforward pesan jeng Karin soal tagihan biaya pembersihan kolam renang kepada Abi.
Semenit kemudian dia langsung menelpon ku.
"Rey, memasukkan deterjen ke dalam kolam renang jeng Karin. Ibunya Arga."
"Ya ampun," Abi berdecak. "Sekarang Rey di mana?"
"Sedang mandi. Aku sudah pulang ke rumah."
"Oke, hari ini aku pulang sore."
"Ya."
Tapi aku tidak langsung percaya. Kemarin dia mengatakan akan pulang lebih cepat, tapi nyatanya dia sampai rumah tengah malam. Aku memeriksa Rey di kamarnya, dia sudah selesai membersihkan badan. Sekarang dia sedang duduk di meja belajarnya.
"Mam," katanya saat dia menyadari keberadaanku. Aku tersenyum di ambang pintu. Kemudian menghampirinya. "I'm sorry, Arga bilang sebagai anak baik, kita harus membantu orang tua untuk membersihkan kolam renang. " Serunya padaku.
"Arga bilang begitu?"
"Yes, Mam. Maka dari itu aku bersihkan kolam renang itu oleh deterjen, seperti Mami yang selalu mencuci pakaian. "
Aku mengusap kepala Rey dengan lembut. Dia sudah semakin besar. Benar kata Abi, sebelum aku bisa menyadari pertumbuhannya, dia pasti sudah lebih tinggi dariku. Dan di saat itulah waktunya Rey mengetahui segalanya. Tentang hidupnya.
Jadi, sebelum dia menolak kebenaran, kemudian menjahuiku, aku akan terus disisinya, menemaninya apapun yang dia perbuat. Dia tidak nakal. Dia hanya belum tahu apakah hal itu benar atau salah.
"Tapi, membersihkan kolam renang bukan tugas anak-anak. Itu adalah tugas orang dewasa. Dan deterjen bukan untuk membersihkan kolam, tapi untuk mencuci pakaian. Kau mengerti?"
"Ya, Mam. Aku minta maaf."
"Ya, Mami maafkan. Tapi jangan kau ulangi lagi. Sebentar lagi ayah pulang. Kita makan sama-sama."
Dan Abi serius dengan perkataannya. Dia pulang lebih cepat. Aku dan Rey menyambutnya dengan senang. Dia memang sudah jarang sekali pulang di saat matahari masih ada. Biasanya dia pulang saat matahari sudah terbenam.