"Rumahku tidak jauh dari sini, kalau kalian mau jalan-jalan, kalian telepon aku saja. Aku bisa memandu kalian di sini." Kata Sera begitu kami sampai di dalam kamar.
Ini sih bukan disebut penginapan, ini namanya apartemen dengan gaya vintage bernuansa Eropa kuno. Berada di jantung kota Paris. Kamarnya sangat luas di d******i oleh warna putih. Aku bisa melihat menara Eiffel hanya dari dalam kamar saja.
"Terima kasih," ucap Abi. "Karena kau telah membayar pesawat kami, jadi untuk penginapan ini, biar aku yang bayar."
"Oh, tidak usah. Unit ini milikku. Jadi, kalian tidak perlu bayar."
Aku menoleh cepat-cepat pada Sera saat mendengar apa yang dia ucapkan. Dia menyedot perhatianku dari pemandangan menahan Eiffel. Dan saat aku melihat Sera, Abi juga sedang memandangku dengan mata sama terkejutnya denganku.
"Ini milikmu?" tanyaku antusias.
"Maaf, hanya tempat sederhana."
"Ini luar biasa, Sera. Ini bagus sekali. Kami sangat berterima kasih untuk semua ini."
"Oke, karena sudah malam. Kalian istirahat saja. Kasihan anak-anak." Kata Sera. Dan benar saja, Rey sudah hilang dari genggaman Abi dan sepertinya masuk ke dalam kamar. "Aku pamit." Ucapnya.
"Ya, hati-hati." Kataku. "Bi, antarkan Sera ke bawah."
"Tidak usah, aku bisa sendiri." Serah Sera cepat.
"Bi, tolong antarkan." Aku mendorong tubuh Abi, namun pria itu hanya menatapku bingung. "Bukannya tadi sepi sekali. Takut terjadi apa-apa, jadi antarkan Sera ke bawah."
"Tid-"
"Sudah, sana."
Aku mendorong punggung Abi hingga keluar dari dalam kamar. Kemudian melambaikan tangan, dan menutup pintu. Hah, dia memang harus membiasakan diri. Sepertinya mudah. Aku hanya perlu menyiraminya saja, karena pupuk itu pernah ada di hati Abi. Dan aku berani bertaruh, pupuk yang baru belum Sera buang.
***
"Apa itu?" tanyaku pada Abi yang sedang membentangkan sebuah map besar.
"Peta kota Paris." Katanya.
"Astaga, sekarang jaman teknologi canggih sayang, kau tidak perlu menggunakan peta ini. Apa ponselmu kurang pintar?"
Pagi ini, seperti biasa. Selalu ada keributan kecil di antara kami. Entah sulit menemukan kaus kaki, perdebatan menaruh dasi, lupa menyimpan sisir, serta makanan Ruby yang berantakan. Tidak lupa, Rey yang serealnya kehabisan s**u. Dan kali ini, perdebatan itu mengenai ke mana kita hari ini.
Kalau aku, tidak ada rencana apa-apa. Rencanaku hanya keluar dari apartemen ini, dan mengikuti ke mana langkahku berjalan. Namun Abi, dia sepertinya sudah memiliki daftar ke mana saja kita akan pergi.
Anak-anak sudah bangun, dan sedang sarapan. Pagi-pagi saat aku selesai mandi, aku sudah menemukan menu sarapan pagi di meja. Itu Abi yang beli ke bawah. Dia sempat bercerita kalau dia kesulitan menggunakan bahasa, karena sang penjual makanan juga tidak mengerti bahwa inggris, dan untungnya dia menemukan kamus inggris-prancis di laci meja kecil dalam kamar. Lumayan, untuk berjaga-jaga saja. Tapi kataku, pelapalan bahasa Perancis juga harus benar dan agak sulit. Jadi, daripada kita kesulitan lagi, lebih baik kita telepon Sera untuk mengajak dia bergabung bersama kami.
Awalnya, Abi tidak setuju. Dia ingin menghabiskan satu hari ini hanya bersamaku dan anak-anak. Tapi, aku kembali mengingatkannya, tujuan kami ke sini adalah untuk mempertemukan Rey dan Sera. Mendekatkan mereka. Dan sekaligus..
"An, Sera sudah di bawah katanya." Suara bariton Abi mengagetkan ku. Dia kembali melipat peta besar itu menjadi lipatan kecil. "Sepertinya kita tidak butuh ini." Abi mengedikkan bahunya.
Aku tertawa kecil. "Dan juga ini." Aku mengangkat kamus kecil inggris-prancis ke udara.
Kemudian setelah memastikan keperluan kami sudah ada dalam satu ransel, kami turun ke bawah. Di sana sudah ada Sera dan Sienna. Sera membawa dua stroller.
"Ini, untuk Ruby. Kalian pasti membutuhkannya." Sera memberikan satu stroller pada kami. Dan aku menyambutnya penuh suka cita. Sejak kemarin aku memang membutuhkan ini. Punggungnya terasa copot karena terus menggendong Ruby.
"Hai, selamat pagi, Rey. Tidurmu nyenyak?" Sera membungkukan tubuhnya menghadap, Rey. Anak itu melihatku sekilas, dan aku langsung memberikan senyuman padanya. Aku tahu, dia butuh dukungan.
"Hai, Tante. Ya, tidurku nyenyak. Tempat tidurnya empuk sekali." Jawab Rey dengan kaku. Aku tertawa kecil kemudian mengusap rambutnya, memberikan semangat. Walau masih agak takut, tapi ini kemajuan yang lebih baik.
"Syukur kalau Rey suka." Sera membelai kepala Rey.
"Emmm, ini siapa?" tanya Abi menunjuk pada Sienna.
"Oh, ini. Sienna. Anak asuhku." Jawab Sera. Dan Abi mengangguk. Dari wajahnya jelas tergambar masih banyak pertanyaan lain. Tapi tidak dia ungkapkan. "Jadi, hari ini kita mau ke mana?"
Aku melihat Abi, dan dia menjentikan jarinya. Lalu melihat layar ponsel. Sepertinya dia sudah mencatat daftar tempat yang akan kami kunjungi.
"Disneyland." Seru Abi.
Aku dan Sera saling pandang satu sama lain, kemudian berseru bersama. "Setuju."
***
Disneyland terletak agak luar kota dari Paris, jadi kami harus membeli tiket kereta RER terpisah agar bisa ke zone 5. Tentu saja dipandu oleh Sera.
Begitu kami tiba di stasiun kereta, suasana Disneyland akan mulai terasa dengan adanya toko yang menjual cinderamata. Bahkan banyak barang yang dijual dengan logo Disney dan Mickey.
Saat Abi akan mengeluarkan uang untuk membeli tiket, Sera menahannya. "Biar aku saja."
"Tidak, Ser, aku saja. Kau sudah banyak mengeluarkan uang untuk kami."
"Tidak setiap hari, kan?"
"Tapi sudah terlalu banyak kau keluarkan."
"Ini juga untuk anak-anak dan istriku."
Jadi begini penampakan orang banyak uang. Saling berseteru siapa yang akan membayar.
"Oke, begini saja. Biar aku yang bayar." Aku berseru, menghentikan perdebatan mereka.
Abi langsung menoleh padaku. "Kau ada uang?"
"Ada," jawabku mantap. "Mana dompetmu?" tanganku mengadah. Lalu dengan bingung Abi memberikan benda hitam itu ke telapak tangannya. "Di sini uangnya." Kemudian aku memberikan beberapa lembar uang yang sudah Abi tukartukar ke euro. Kemudian memberikannya kepada Sera. "Cukup? aku tidak bisa menghitungnya."
Sera terkikik geli, lama-lama dia terbahak. Lalu menerima uang dariku, dan menghitungnya. "Emm, kurang." Kemudian aku memberikan lagi lembaran uang pada Sera sampai dia bilang semua itu cukup untuk membeli tiket.
Disneyland Paris mempunyai 2 park. Disney park dan Walt Disney Studio. Disney Park isinya mirip seperti Disneyland Hong Kong dengan macam-macam wahana untuk tua muda, sedangkan Walt Disney Studio lebih ke arah pertunjukan. Hampir semua pertunjukan ditampilan dalam bilingual Perancis dan Inggris.
Tentu saja kami tidak melewatkan kesempatan untuk berfoto dengan Mickey, Donald, dan kawan-kawan. Lalu menyaksikan parade di siang hari dan Sera bilang akan ada firework di malam hari. Tapi, aku tidak tahu apakah aku mampu untuk terus berjalan-jalan sampai malam.
"Sayang, kau masih kuat berjalan?" Abi melingkarkan tangannya di pundakku. Kemudian menempelan sisi tubuhku padanya. Aku masih mendorong Ruby yang duduk di stroller. Benda ini sangat membantuku.
Aku lihat Sera dan Rey berjalan di depan bersama dengan Sienna. Sienna juga sama, memakai stroller. Oh ayolah, ibu mana yang kuat menggendong anak usia 1 tahun sambil berjalan-jalan di taman bermain.
Aku menemukan sebuah bangku panjang terbuat dari kayu. Sepertinya aku harus istirshat sejenak. "Aku duduk saja dulu." Kemudian aku duduk di bangku yang tidak ada siapa-siapa. Diikuti oleh Abi. "Sera! Rey!" Mereka menoleh. "Temani mereka."
"Aku di sini saja menemanimu." Tolak Abi.
"Kasihan Sera kalau harus menjaga Rey dan Sienna sendiri. Aku tidak apa-apa. Aku akan langsung menelponmu kalau ada apa-apa."
Abi menatap ragu padaku, tapi Rey sudah tidak sabar ingin menaiki wahana lainnya. Akhirnya Abi menyerah, dan menemani Sera dan Rey.
Semoga dengan ini rencanaku akan berjalan dengan lancar.