Bab 8
“Gua jalan dulu, Dit. Makasih udah bantuin gua,” ujar Aira melambaikan tangan pada Radit yang masih sibuk membereskan dapur. Begitupun dengan chef Ogi, ia terlihat sibuk memasak pesanan tamu kafe.
“Jangan lupa makan, lo! Awas aja kalau, lo, sampai sakit, gua langsung mengundurkan diri. Biar sekalian pusing semua.” Radit sungut sungut walau dia tahu Aira tidak mendengar ocehannya.
Aira berjalan cepat menuju meja Bima, belum sempai ia ke meja paling pojok tempat Bima menunggu, matanya tertuju pada Atha yang duduk sendiri menghadap kolam ikan. Aira menghentikan langkahnya, sesaat ia bimbang harus menghampiri siapa terlebih dahulu. Setelah berpikir sesaat, Aira memutuskan menghampiri pak Bima terlebih dulu.
“Maaf pak, Bima. Saya terlambat lima menit.” Ujar Aira tidak enak hati.
“Saya mulai terbiasa dengan kebiasaan terlambat kamu ini,” ujar Bima menatap wajah Aira syahdu. Wajah gadis itu membuatnya pangling. Aira yang biasa tampil apa adanya, kini terlihat anggun dan cantik. Polesan makeup yang natural membuat Aira terlihat lebih dewasa.
Aira hanya cengir kuda mendengar komentar Bima.
“Sudah boleh kita jalan sekarang?” tanya Bima menatap wajah Aira lekat.
“Sebentar ya, pak, saya mau bicara dengan kakak sepupu saya dulu. Sebentar saja…” ujar Aira meminta izin sambil mengatupkan kedua tangannya di d**a. Tanpa menunggu persetujuan pak Bima, Aira segera beranjak mendekati Atha.
“Kak Atha,” sapanya hati hati.
Atha yang sejak tadi melamun tersadar mendengar suara Aira. Ia terkesiap melihat wanita berbusana coklan millo dengan polesan wajah yang cukup natural berdiri di dekatnya. Lama ia menatap gadis itu.
“Aira?” tanyanya ragu menatap Aira dengan tak berkedip.
“Kak Atha kenapa? Kayak lihat hantu?” tanya Aira melambaikan lima jarinya ke wajah Atha.
“Kamu mau kemana? Kok berpakaiyan seperti ini?” tanya Atha terlihat lebih rileks.
“Aira diajak kondangan sama pak Bima, dosen Aira yang ngasih tugas bikin makalah gara-gara Aira ketiduran di kelas,” ujar Aira duduk di samping Atha.
“Ngajak kondangan? Dosen apa itu, ngajakin mahasiswinya ke kondangan berdua?” protes Atha.
“Itu namanya dosen jomblo, butuh gandengan menghadiri pesta pernikahan mantan, ahahah….”Aira cekikikan membayangkan pengantin yang duduk dipelaminan itu adalah mantan pacar pak Bima.
“Kamu ini, ada-ada saja,” ujar Atha mennyundul pelan kening Aira dengan jari telunjuknya.
Aira makin cekikikan melihat reaksi Atha. Wajah Atha yang tadinya muram cerah kembali melihat tawa dan canda Aira.
“Jadi kamu mau pergi sama dosen kamu itu?” tanya Atha bersandar ke kursi.
“Iya, kak Atha. Kak Atha mau pesan apa?”
“Kak Atha sudah pesam sama Radit,”
“Ow,” angguk Aira. Sesaat Aira menatap wajah Atha. Ada yang ingin dia tanyakan tapi ragu untuk berbicara.
“Kondangan kemana?” tanya Atha yang enggan membiarkan Aira pergi. Ia sengaja datang ke kafe untuk melepas segala gundah di hati yang terasa menghimpit d**a. Walau tidak ia tumpahkan semua pada Aira, tapi tawa dan canda gadis itu selalu berhasil mengalihkan kekusutan pikirannya.
“Di cipete. Kak Atha mau nunggu Aira di sini?” tanya Aira berharap.
“Iya. Tapi kamu jangan lama, ya,” pinta Atha yang ingin beristirahat.
“Iya, Aira janji tidak akan lama. Kak Atha istirahat di ruangan tante Yulia saja.” Ujar Aira.
“Hum,” Angguk Atha yang memang ingin merebahkan tubuh sejenak. Hari ini ia sangat lelah, teramat sangat lelah. Matanya mengiringi langkah kaki Aira menuju meja pak Bima.
“Sudah?” tanya Bima saat Aira tiba di depannya.
“Sudah pak, maaf sudah membuat pak Bima menunggu,” ujar Aira tak enak hati.
“Tidak apa-apa. Kalau begitu kita berangkat sekarang, ya,”
“Iya, pak.” Jawab Aira berjalan mengikuti pak Bima dari belakang.
Setibanya di parkiran, pak Bima membukakan pintu mobil untuk Aira. Aira tersenyum tipis sambil mengucap terima kasih. Jika bukan demi nilai yang terancam mendapat ‘D’ Aira tidak akan pergi meninggalkan Atha di Kafe itu. Banyak yang ingin ia tanyakan.
“Tadi itu kakak sepupu kamu?” tanya pak Bima memecah kesunyian.
“Iya, pak.” Jawab Aira mengangguk.”
“Ow, kirain pacar kamu,” jawab pak Bima menarik napas lega.
Aira tersenyum tipis, dia hanya berani mengaminkan perkataan pak Bima di dalam hati. Semoga suatu hari nanti cintanya pada Atha berbuah manis. Walau dia sendiri tidak tahu bagaimana caranya. Jangankan menyatakan perasaannya pada Atha, menunjukkan rasa suka saja dia tidak punya nyali.
“Yang nikah siapa, pak?” tanya Aira saat mobil Bima masuk ke parkiran gedung tempat berlangsungnya acara. “
“Teman SMA,” jawab pak Bima seadanya.
“Ow, kirain mantan terindah,” celetuk Aira tertawa tipis melirik Bima.
Bima balas melirik Aira, Ia ikut tertawa melihat senyum lebar di wajah ayu itu.
“Tunggu sebentar, jangan turun dulu,” pinta Bima sebelum turun. Aira mengangguk patuh, walau sebenarnya heran karena tidak boleh turun dari mobil. Mata indahnya mengawasi pak Bima yang berjalan di depan mobil, lalu…
“Ayo, turun,” ujar Bima membuka pintu mobil di samping Aira.
Aira tertegun sejenak. Ow, jadi ini maksudnya. Gumam Aira dalam hati. Ia tersenyum manis lalu turun dari mobil dengan anggun. Aira semakin yakin, kalau mempelai wanita itu adalah mantan pak Bima. Aira dan Bima, berjalan beriringan menuju gedung resepsi. Setelah mengisi buku tamu, keduanya berjalan menuju pelaminan tempat kedua mempelai bersanding.
Langkah Aira terhenti saat matanya menatap sosok yang sangat dikenalnya. Zafira. Ya, dia tidak salah lihat, itu Zafira. Tapi siapa pria yang bersamanya? Rasa penasaran itu membuat Aira nekat menghampiri dokter cantik itu.
“Kak Zafira!” panggilnya. ia mengajak Bima mendekati sosok yang ingin ditemuinya.
“Aira? Bima?” ujarnya dengan raut wajah terkejut.
“Hai, Fir, apa kabar? Sudah lama kita tidak bertemu,” ujar Bima menjulurkan tangan.
“Hai, Bim. Kabarku baik, seperti yang kamu lihat. Ohya, kenapa kamu bisa sama Aira?” tanya Zafira menyelidik.
“Kamu kenal sama Aira?” tanya Bima yang sebenarnya sudah tahu dari mana Zafira mengenal Aira.
“Tentu saja, dia adik sepupu dokter Atha,” ujar Zafira menatap Aira datar. Ia tampak tidak terlalu suka pada Aira. “Kamu kenal dia di mana?” tanya Zafira balik.
“Dia …. Mahasiswiku,” sahut Bima apa adanya.
“Ow, jadi ceritanya dosen dan mahasiswinya sedang kencan?” jawab Zafira dengan nada tidak bersahabat.
Bima hanya tersenyum melihat Zafira tidak suka pada Aira. Bukankah itu tandanya dia cemburu?
Aira mulai sadar kalau Zafira dan Bima pernah menjalin hubungan special, itu terlihat dari Bahasa tubuh keduanya yang sulit dijelaskan.
“Kak Zafira dengan siapa?” tanya Aira memotong pembicaraan keduanya. Dia penasaran dengan pria yang bersama Zafir. Dia sungguh tidak rela kalau Zafira menghianati Atha walau hanya kencan semalam.
“Dengan temanku. Aku sudah izin sama Atha.” Jawab Zafira dingin. “Ohiya, Bim kenalkan, ini Zaki,” ujarnya mengenalkan Zaki pada Bima, hanya pada Bima. Ia tidak punya niat umtuk mengenalkan Zaki pada Aira.
Setelah berkenalan dengan Bima, Zaki meminta izin pada Zafira mengambil salad buah. Setelah Zaki pergi, Zafira dan Bima terlihat asyik berbincang. Bahkan Bima sampai lupa kalau Zafira ada di sampingnya. Melihat Bima tidak memperdulikannya, Aira memilih pergi. Lebih bai kia kembali ke kafe. Atha menunggunya di sana. masabodo dengan nilai ‘D’ yang akan diterimanya dari pak Bima. Tanpa berpamitan, Aira menjauh dari Bima dan Zafira, lalu memesan ojek online melalui ponselnya.