Bu Nisa :
"Jaka, kamu harus baca!!"
Tiba-tiba Bu Nisa mengirimkan screenshot chatnya dengan Bu Lena. Tanpa membalas, Gw pun langsung membaca isi chat itu.
Bu Lena :
"Assalamualaikum, Bu Nis."
Bu Nisa :
"Waalaikum salam, Bu Len. Ada apa??"
Bu Lena :
"Soal yang waktu di villa itu."
Bu Nisa :
"Kenapa, Bu? Mau nyepong Jaka lagi? Hihihi."
Bu Lena :
"Ehh, kamu frontal banget dehh."
"Sebelumnya aku mau tanya dulu."
"Emang bener kamu pernah n*****t sama Jaka?"
Bu Nisa :
"Iyaa, pernah. Keluar tiga kali akuu dibikinnya."
"Padahal itu pertama kali dia ngentot."
"Aku yang ambil perjakanya. Hehehe."
Bu Lena :
"Olaahh. Iri aku."
Bu Nisa :
"Pengen yahh? Hahahaha."
Bu Lena :
"Iyaahhh :( "
"Suami aku udah enggak mau bantu aku lagi."
"Kalo kemarin-kemarin aku masih dikocokin kadang dimasukin dildo sama dia. Sekarang udah enggak mau lagi."
"Makanya aku main sama Bang Sani."
"Tapi tetep aja, kurang enak."
Bu Nisa :
"Hahahaha. Makanya main sama Jaka."
"Kalo kamu mau, aku izinin kok. Tapi ada syaratnya."
Bu Lena :
"Oalah pake izin-izinan."
"Apa tuh syaratnya?"
Bu Nisa :
"Tanya sendiri deh sama Jaka. Hahaha."
Selesai membaca isi chat itu. Benar saja, Bu Lena langsung mengechat Gw.
Bu Lena :
"Jaka."
Jaka :
"Iya, Bu Lena?"
"Ada apa?"
Bu Lena :
"Kamu lagi dimana?"
Jaka :
"Baru pulang nongkrong, Bu."
"Kenapa?"
Bu Lena :
"Saya minta tolong nih. Boleh gak?"
"Urgent banget."
Jaka :
"Dimana, Bu?"
Bu Lena :
"Di rumah saya."
Jaka :
"Oke, Bu. Segera meluncur."
Akhirnya, apa mungkin kali ini Bu Lena bakal minta dientotin sama Gw? Mudah-mudahan aja. Baru keluar kelas, udah dipanggil untuk ngeluarin p**u, hahahaha. Iya, itu yang dibilang Bu Nisa. p**u, artinya s****a.
"Assalamualaikum."
Gw ucapkan salam di depan gerbang rumah Bu Lena. Besar, tetapi bukan tipe rumah komplek. Hanya rumah yang paling besar yang berdiri disekitar perkampungan penduduk. Terdapat gerbang didepannya, tetapi tanpa satpam atau security. Ada garasi yang muat untuk dua mobil. Tetapi hanya ada satu mobil pick up sedang terparkir saat itu.
"Assalamualaikum." ucap Gw lagi.
"Dek, tekan belnya aja. Kalo dipanggil enggak bakal kedengaran." kata salah satu penduduk sekitar yang kebetulan sedang lewat.
Gw tidak menyadari ada yang sedikit tersembunyi disamping gerbangnya. Mungkin untuk menghindar dari kejahilan anak kecil yang suka memencet bel tanpa alasan.
"Ehh, Jakaa. Masuk Jak." Bu Lena keluar dari dalam rumahnya lengkap dengan gamisnya seperti ibu-ibu yang baru pulang dari pengajian.
"Duduk, Jak. Disini dulu yah."
"Iya, Bu."
Gw melihat sekeliling rumah Bu Lena. Lumayan luas, sepertinya terdapat 5 kamar. Tetapi modelnya tidak seperti rumah mewah orang kayak, walaupun bagus tetapi tetap sederhana.
Tidak ada pembantu, satpam, supir dll. Karena seperti yang pernah diceritakan Bu Lena. Keluarga dulu susah, jadi walaupun sudah jadi orang berada seperti saat ini, mereka tetap bisa mandiri.
"Jaka, sini Jak."
Gw menghampiri sumber suara itu. Bu Lena memanggil Gw dari kamarnya, sepertinya. Apa benar Bu Lena ingin merasakan k****l Gw?
"Iya, Bu. Ibu perlu bantuan apa?"
"Sini, Jak. Duduk." kata Bu Lena menyuruh Gw duduk di pinggir tempat tidurnya.
"Aku mau nanya. Apa bener kamu pernah berhubungan suami istri sama Bu Nisa?" tanya Bu Lena.
*Degg
Ini dia nih.
"I,, iyaa. Bu."
"Jadi, Jak. Saya mau minta bantuan ke kamu tuh, bisa gak kamu bikin aku puas sama kayak kamu puasin Bu Nisa."
"Hmm, insya Allah bisa, Bu."
"Jadi, kamu mau n*****t sama saya?"
"Ya mau dong, Bu."
"Kalo gitu bukain gamis saya, Jak." Bu Lena membalikkan badan untuk Gw turunkan resleting gamisnya.
*srrrttttt
Bu Lena membuka gamisnya lalu menurunkannya hingga tinggal jilbab, BH dan CD nya. Dia menatap Gw lalu tersenyum, *mmuuachhhh, sebuah ciuman mendarat di bibir Gw.
"Kamu gemesin banget sih, Jaakkk. Kok enggak dari kemarin-kemarin saya minta n*****t sama kamu yah."
"Hmm, Bu. Ini orang rumah pada kemana. Nanti pada tau kita n*****t gak nih?"
"Anak-anak saya lagi dibawa papahnya ke rumah neneknya. Aku udah izin mau n*****t sama Jaka. Hihihi."
"Lah, kok bu? Jadi suami ibu udah tau?"
"Iyaa. Lagian kalau aku minta bantu inian sama dia enggak pernah mau terus."
"Kalau sama Bang Sani, suami ibu tau?"
"Enggak, ini taunya sama kamu doang. Aku udah cerita sama suami aku tentang kamu sama Bu Nisa. Terus aku udah kasih tau kamu orangnya gimana, jadi setuju deh."
Lalu gw merapatkan duduk Gw dengan tubuh indah Bu Lena yang sekarang hanya mengenakan BH serta CD saja.
Gw usap pipi Bu Lena yang cantik itu. Lalu Gw cubit hingga dia tertawa heran dengan tingkah Gw. Tangan Gw mulai turun ke lehernya Bu Lena, lalu ke bahunya. Gw tarik badannya agar mendekat ke Gw dan...
"Mmpphhhhh, mmpphhhhh." Gw lumat bibirnya dengan mesra sambil membelai rambutnya yang masih terbungkus jilbab itu. Matanya terpejam tetapi terlihat kerutan senyum di pinggir matanya.
Gw rasa Bu Lena merasa suka dengan permainan Gw, Gw tau itu karena dia juga mengikuti gerakan lidah Gw bahkan memasrahkan seluruh mulutnya agar Gw eksekusi.
Agar tak menganggur, tangan kiri Gw mulai masuk ke dalam segitiga berwarna merah muda milik Bu Lena. Merasakan lebatnya bulu j****t Bu Lena, berbeda dengan j****t Bu Nisa yang berbentuk persegi panjang itu. Hahaha, selalu lucu kalau mengingat bentuk itu.
Gw masukkan jari tengah Gw ke dalam m***k Bu Lena. Dia tersentak, mulutnya diam tidak merespon ciuman Gw lagi. Mungkin dia kaget baru merasakan kembali ada jari orang lain yang menyentuh m***k nya.
Gw celupkan jari tengah Gw ke dalam m***k Bu Lena. Berawal dengan gerakan pelan, lalu sedang. Tak lupa juga Gw mainkan klitorisnya dengan memutar-mutarnya. Lalu kembali Gw kocok memeknya hingga Gw merasakan air hangat keluar dari dalam liang senggamanya itu. Tahu dia o*****e, gw pindahkan ciuman Gw ke lehernya dan tangan kanan Gw merangkul pundaknya agar Bu Lena bisa memeluk Gw.
"Jhakkk, gila kamuu. Aku keluaaarrrr." kata Bu Lena dengan lantang sambil memeluk Gw dengan sangat erat.
Nafasnya kini terengah-engah. Bagaikan seseorang yang baru saja dikejar-kejar anjing. Bu Lena mengusap-usap pundak Gw. Diupuk-upuknya seolah berkata terima kasih karena telah membuatnya pipis enak seperti itu.
Lalu Gw pindahkan tangan kiri Gw ke punggung Bu Lena. Gw peluk erat Bu Lena bagaikan seorang anak yang baru bertemu ibunya setelah sekian lama. Iseng, Gw buka BH yang sedari tadi terpasang menutupi gunung indahnya. Sekarang terpampang jelas sumber s**u dari kedua anaknya. Toketnya berbeda dengan Bu Nisa. t***t Bu Lena lebih besar tetapi sudah kendor. Bukan Gw enggak suka, bahkan ini menjadi tambahan tipe t***t yang bakal Gw nikmati. t***t kenyal yang empuk.
*Slurlpp slurlppp
Gw sedot t***t Bu Lena bagaikan seorang bayi yang kehausan. Mulutnya ternganga menikmati hisapan Gw di toketnya.
"Ughhhhh. Enaknya Jak dijilatin kamu."
"Ibu mau dijilatin terus sama saya gak nantinya??" kata Gw disela-sela sedotan Gw ke t***t Bu Lena.
"Iyaaa, mauuuu."
*Slurpp slurppp
Suara sedotan Gw ke t***t Bu Lena
"Ibu mau jadi Ibu saya atau istri saya?" tanya Gw lagi.
"Bedanya apa?"
"Enggak ada bedanya, dua-duanya bakal saya ngentotin. Hahaha."
"Kamu diajarin sama siapa ngomong kayak gituu?"
"Bu Nisa."
"Hualahh, dasar tuh orang."
"Langsung main yuk, Bu."
Bu Lena mengangguk.
Bu Lena langsung bangkit dari duduknya. Dia langsung menbanting Gw agar tiduran dibawahnya. Bu Lena membuka baju Gw, lalu di jilati p****g Gw dengan lidahnya.
*Slurpp slurppp
"Kamu gemesin deh Jak, hehehe." tawa nya di sela-sela jilatannya.
Sambil menjilati p****g Gw, Bu Lena membuka gesper lalu mempeloroti celana Gw hingga hanya tersisa k****l Gw yang tertutupi CD Gw.
"Udah berapa cewek yang pernah nyepongin kamu, Jak?"
"Baru Bu Nisa sama Bu Lena."
Bu Lena mempeloroti CD Gw hingga terlihat k****l Gw yang tegak mengacung. Lalu dilahapnya k****l Gw hingga masuk kedalam mulut Bu Lena. Dihisapnya dengan penuh nafsu, tak lupa juga biji Gw dimainkannya dengan jari jemarinya.
"Enakk banget buu."
Tangan Gw memegang kepala Bu Lena yang masih tertutupi oleh jilbabnya itu. Gw naik turunkan menuntun gerakan kepalanya.
*Clockkk clockk clockk
Lalu Bu Lena mengeluarkan k****l Gw dari mulutnya. Sekarang Bu Lena mulai menjilati biji Gw. Dilumatnya biji Gw satu persatu hingga dilahap semuanya. Diputar-putarnya dengan lidah lalu dijilatnya hingga basah seluruh kantong biji Gw.
"Bu Nisa pernah nyepong biji kamu, Jak?"
"Pernah, Bu. Cuma waktu itu geli banget jadi saya enggak kuat. Tapi sekarang kok jadi enak yah."
"Enak dong, siapa dulu yang nyepongin. Hehehehe."
"Jak, Bu Nisa pernah jilatin sunhole kamu gak??" tanya Bu Lena lagi.
"Sunhole itu apa, bu?"
Lalu tiba-tiba Bu Lena memindahkan jilatannya menuju lubang dubur Gw. Sontak Gw terperanjat sekaligus heran. Kok bisa bagian itu menjadi sumber kenikmatan juga.
"Ahhh, gila Bu Lena. Mantep bangett."
Bu Lena mengambil bantal yang lumayan padat, lalu menaruhnya di bawah pinggang Gw agar dia mudah untuk menjilati Sunhole Gw. k****l Gw pun dikocoknya agar menambah sensasi dari service nya.
"Buu, gilaaa. Enak banget ihhh."
Diludahinya dubur Gw agar melicinkan permukaan dubur Gw untuk mempermudah dia menjilati tiap sisi sunhole Gw. Bu Lena sapu semuanya dengan lidahnya, lalu dia sedot. Kadang sesekali dia masukkan pangkal lidahnya ke lubang kotor itu.
"Kita 69 yuk, Jak."
"Apa tuh, Bu?"
"Jadi aku nyepongin kamu, kamu jilatin m***k aku."
Bu Lena bangkit dan melempar bantal yang mengganjal pinggang Gw tadi. Dia membuka CD nya lalu diarahkannya m***k Bu Lena menuju mulut Gw. Memeknya wangi, berbeda dengan m***k Bu Nisa. Tetapi walaupun berbau, aroma m***k Bu Nisa itulah yang membuat Gw b*******h.
*Slurppp slurpppp
Gw menyedot seisi m***k Bu Lena. Lalu Gw mencari tonjolan yang disebut Bu Nisa i**l atau c******s. Setelah Gw menemukannya, Gw jilatilah clit itu hingga paha Bu Lena gemetar.
"Hmmmmpphh, hmpphhhh."
Bu Lena mencoba untuk mengatakan sesuatu tetapi tetapi tidak terdengar apapun karena mulutnya penuh dengan k****l Gw.
*Clockk clockk clockk
Gw kembali menyapu-nyapu c******s Bu Lena dengan lidah Gw. Lalu Gw mencoba untuk menjilat sunhole nya, tetapi Gw tidak kuat. Gw hanya bisa salut dengan Bu Lena karena kuat menjilati sunhole Gw dengan lahapnya.
Sambil menikmati m***k Bu Lena, Gw usap-usap p****t bohainya itu. Gw remas-remas saking gemasnya. Kadang Gw tabok beberapakali.
"Heyy, gemess yaaa. Hahaha." kata Bu Lena.
"Iyaa, Bu. Bohai banget sihh."
"Hehehe, anugerah. Ayu, Jak. Kita main." kata Bu Lena menyudahi permainan 69 kami.
Bu Lena membalikkan badannya menghadap Gw. Dia mengusap-usap d**a Gw yang bidang sambil menggigit bibir bawahnya. Lalu dia mencium bibir Gw dan menatap mata Gw secara dekat. Dia tersenyum, entah apa yang dia pikirkan.
"Puasin aku yah, Jak."
Lalu Bu Lena berjongkok di atas k****l Gw. Mencoba memasukkan k****l Gw secara perlahan ke dalam memeknya yang sudah basah itu. Dia gesek-gesekkan terlebih dahulu di pintu gerbang kenikmatan itu.
*Cleck cleck
*Blesss
"Ahhh, Jaakk."
"Kenapa, Bu?"
"Enaakkk."
Bu Lena hanya berdiam. Mungkin dia sedang merasakan k****l yang real sedang memasuki liang senggamanya. Padahal Bu Lena sudah pernah n*****t dengan Bang Sani, mungkin dia tidak menikmatinya.
"Enak, Jak?"
"Enak banget, Bu."
Bu Lena mulai menaik turunkan pantatnya, matanya masih terpejam, kepalanya mendangak ke atas. Tangannya masih bersandar di atas d**a Gw yang bidang ini.
"Enaakk banget Jakk, m***k aku penuh sama k****l kamuu. Ahh ahh ahh" racaunya
"Ahhh, aahhh. Beda banget Jak sama waktu pake dildo. Huhh huhh"
"Enakan mana Bu sama waktu n*****t sama Bang Sani." tanya Gw.
"Huhh, bedaa Jakk. Bang Sani mainnya monoton. Gitu-gitu ajaa."
*Plakkk
Gw tampar paha Bu Lena.
"Makanya n*****t sama Jaka ajaa. Ngapain n*****t sama Bang Sani."
"Ampun Jakkk, ahhh. Abis saya enggak tau kalo kamu bisa diajak n*****t. Abis kamu kalem bangett. Ahhhh, Jak. Saya mau keluar."
"Keluarin ajaa Bu. Biar ibu enak."
"Ahhh, mantep banget Jak k****l kamuuu."
Lalu agar Bu Lena mendapatkan klimaksnya, Gw mengerakkan pinggul dari bawah. Karena dalam posisi ini Gw bisa memompa dengan sangat cepat. Gw pegang paha Bu Lena, dan Bu Lena menjatuhkan badannya ke belakang dengan tangan sebagai tumpuan.
"Ahhh, Jak. Gilaa kamuu Jakkk. Enggak salah Bu Nisa milih kamu buat diajak n*****t Jaakkk."
*Plok plok plok plok
"Ahh, Jak. Saya keluar Jaakk.. "
Bu Lena menjatuhkan badannya di atas badan Gw. Dia terkulai lemas setelah cairan kenikmatan keluar dari lubang senggamanya. Tangannya terbuka lebar tanpa tenaga. Memeknya masih berkedut-kedut Gw rasakan dengan k****l Gw yang masih on.
Gw peluk Bu Lena bagaikan pacar Gw sendiri. Gw usap-usap punggungnya. Lalu Gw buka jilbabnya agar gw bisa mencium rambutnya yang wangi.
"Jak, " panggilnya.
"Iya, Bu?"
"Aku nyaman banget begini. Hehehe."
"Yeh, ibu. Saya yang kentang atuh."
"Ayo deh."
Lalu Gw balikkan posisi Bu Lena agar tiduran di kasur dan Gw berada di atasnya bersiap untuk menikmati tubuhnya. Bu Lena hanya tersenyum melihat Gw yang sedang menggosok-gosokkan kepala k****l Gw ke m***k Bu Lena.
*Jlebb
Kontol Gw telah masuk ke dalam liang senggamanya.
"Ayo, Jak. Hajar."
Gw mulai memompa k****l Gw di dalam m***k Bu Lena. Terasa becek sekarang setelah Bu Lena mendapatkan orgasmenya.
Tak mau menganggur, mulut Gw pun ikut bekerja dengan menjilati t***t besar Bu Lena yang sedikit kendor itu. Bu Lena mengusap-usap kepala Gw bagaikan ibu yang sedang menyusui anaknya. Tetapi, bedanya disini Gw juga mengentotinya. Bukan, dia yang minta untuk dientotin.
"Ahh, Jak. Aku dapet lagiii."
"Dapet apaa, Bu?" tanya Gw sela-sela sedotan Gw ke t***t Bu Lena.
"Dapet enaknyaaaa. Aahhhh."
Gw berhenti menyedot t***t besar Bu Lena itu dan mulai fokus untuk mempercepat sodokan k****l Gw ke m***k Bu Lena. Bu Lena hanya bergelinjang keenakan atas perbuatan Gw. Sungguh sangat disayangkan suaminya impoten yang berakibat menganggurnya seorang istri bohai yang sangat binal ini.
"Ahhh, Jak. Saya mau sampeee."
"Iyaa, Bu. Samaaa."
Gw lumat bibir Bu Lena dan bahkan kami berebut oksigen karena nafas kamu yang terengah-engah dengan posisi hidung yang berhadapan.
"Ahhh, Jakkk. Enak banget sumpahh."
"Keluarin nih, Bu??"
"Iyaa."
"Dalem apaa luaarr??"
"Daleemm ajaa, Jakkk. Saya mau nikmatin p**u anget kamu banjir di dalem m***k sayaa."
*Plok plok plok plok
Hajaman k****l Gw semakin cepat hingga tak karuan. Sampai Gw dan Bu Lena keluar bersamaan.
*Serr serr
*Crottt croottt croottt
"Ahhh, Jak."
Gw jatuhkan tubuh Gw di samping tubuh Bu Lena yang berisi itu. Gw menghadap Bu Lena agar Gw bisa menikmati ekspresi kepuasannya.
Bu Lena tersenyum ke Gw. Gw pun juga membalas senyumannya. Lalu Gw peluk Bu Lena dan mendekapnya.
"Makasihh yaa, Jakk. Akhirnya saya bisa dapetin kenikmatan ini lagi."
"Terimakasih juga Bu Lena. Akhirnya saya bisa nikmatin tubuh ibu juga. Hahaha."
Dalam peluh, kami berdekapan dengan bahagia. Seorang istri beranak dua yang akhirnya mendapatkan kenikmatan setelah sekian lama tidak didapatnya. Dan seorang anak muda yang akhirnya bisa menikmati tubuh seorang ibu rumah tangga yang bohai ini.
"Ihh, tangannya iseng." kata Bu Lena mengomentari tangan Gw yang kembali menggerayangi toketnya.
"Gemes Bu abisnya."
"Gedean mana sama punya Bu Nisa?"
"Sam gedenya." kata Gw sambil mencubit p****l coklatnya.
"Bohong."
"Bener, Bu. Tapi punya Bu Nisa masih kenceng, punya ibu udah rada kendor, kan udah nyusuin dua anak. Hehehe."
"Iyaa nih." kata Bu Lena dengan cemberut.
"Tapi saya suka kok, Bu. Enak gini, empuk. Hahaha. Dan juga pentilnya coklat, kalo Bu Nisa pink. Jadi kayak bule."
"Jadi kamu suka yang coklat??" tanyanya sambil menunjukkan toketnya ke wajah Gw.
"Dua duanya sukaaa. Yang penting bisa diginiin." kata Gw lalu menyedot t***t Bu Lena.
"Hahaha, Jakkk, Jak. Gemes ih sama tingkah kamu."
"Bu, kalo misalnya kita ngobrol sambil n*****t, enak gak??"
"Hah?? Gimana??" tanya Bu Lena keheranan.
"Jadi saya masukin k****l saya ke m***k Bu Lena dalam posisi kayak gini. Tapi digerakin pelan aja sambil kita ngobrol."
"Ayuk deh, saya juga mau nyoba."
"Bu." ucap Gw.
"Ahh. Kenapa, Jak?"
"Sebenernya saya kesini juga ada misi khusus sama Bu Nisa."
"Uhh,, apa,, tuh, Jak?"
Gw masih memaju mundurkan k****l Gw di dalam m***k Bu Lena dari belakang. Kami ingin mencoba hal baru yaitu ngobrol sambil n*****t. Entah apa yang ada di pikiran kami, apakah sebegitu terjerumus ke dalam nafsu sehingga berbincang-bincang pun diselingi dengan n*****t seperti ini.
"Jadi gini, Bu. Tadi sore saya n*****t sama Bu Nisa kan."
*crett. Suara gerakan k****l gw di dalam m***k Bu Lena yang masih banjir
"Huhh, kamuu Jaakk. Kuat banget sihh. Baru n*****t sama Bu Nisa kok bisa aja masih ngelayanin saya ampe dua ronde gini. Mau ronde ketiga malah."
"Enggak, Bu. Cuma n*****t cepet aja. Abis saya udah kebelet."
"Jakhh. Kebelet itu pipishhh. Kalo mau nghentot mahh bhukan kebhelethh."
"Terus apa, Bu?"
"Shanghee, Jhakkk."
Gw menghentikan genjotan k****l Gw sebentar.
"Iya, Bu. Abis saya sange. Yaudah saya ajak Bu Nisa n*****t di kamarnya Bang Sani. Terus kan maen cepet, buru-buru kan, jadi kasurnya Bang Sani sedikit rusak gitu."
"Yaudahh, nanti saya beliin kasur baru lagi. Sekalian kamarnya saya bagusin. Saya kasih peredam suara segala macem biar kalo n*****t sama saya atau Bu Nisa gak ada yang denger."
"Bener ya, Bu."
"Iyaa, bener." kata Bu Lena.
Gw pun melanjutkan genjotan k****l Gw lagi di memeknya Bu Lena. Dengan gerakan yang santai. Tak lupa juga toketnya Gw remas-remas dari belakang.
"Bu. Kok suami Ibu izinin kita n*****t sih?"
"Uhh, abis gimana. Dia udah impoten, Jak."
"Jadi Ibu udah enggak sayang lagi sama dia gitu."
"Masih atuh, Jak. Walaupun m***k saya milik kamu, tapi hati saya milik suami saya. Hehehe."
"Hmm. Beda dong sama Bu Nisa."
"Emang kenapa, Jak?"
"Suaminya bikin susah dia terus. Gak pernah bikin dia seneng. Jadi, hati dan memeknya udah milik saya, Bu. Hahaha."
"Sialan kamu, Jak. Nasib kamu bagus banget. Belom sebulan kerja disana udah dapet dua m***k aja."
"Iya nih, mana memeknya enak-enak banget lagi."
"Jhakk, selesain dong. Udah mulai enak nih."
"Iya Ibu Guru."
*Plakkk
Gw menampar pantatnya yang lebar itu.
Sekarang adalah saatnya Gw untuk mengencangkan laju k****l Gw di dalam m***k Bu Lena.
"Ahh, Jhakk."
*Cplokk cplokk cplokk
"Kencengin lagi, Jaakkk"
"Iya, Buu."
Gw pun menuruti perintah guru kelas 3 itu untuk mempercepat gerakan pinggul Gw. Matanya sudah terpejam menikmati hantaman k****l Gw yang sedang mengaduk-aduk memeknya. Mulutnya sampai menganga tidak karuan.
"Bu, udah mau sampe nih."
"Terusin aja, Jakkk. Enak bangett iniii. Ehmhhh"
*Cplokk cplokk cplokk
"Jakk."
"Iya, Buu. Ini udah mau keluar."
"Coba, Jak. Keluarin p**u kamu di muka saya, Jak."
Gw pun langsung bangkit berdiri ke atas tubuh Bu Lena dan langsung mengocok k****l Gw ke arah muka Bu Lena.
"Ahh, Jak. Aku puas banget malem ini."
*Crottt crott crott. p**u Gw berhamburan di wajah Bu Lena.
"Duh, Jak. Udah kayak l***e aja aku."
"Huhh, Bu."
"Kenapa, Jak?"
"Chapekk."
"Sini, peluk saya."
"Gamau ahh, banyak pejunya."
"Lah, ini p**u siapa emang?"
"p**u saya."
"Nah, saya aja enggak jijik masa kamu jijik."
"Pokoknya gak mau ahh." kata Gw sambil membaringkan tubuh Gw yang lemas setelah sehari ini menikmati dua m***k wanita beristri yang kekurangan kepuasan dari masing-masing suaminya.
"Ambilin gamis saya dong, Jak. Itu di sofa sebelah kanan kamu."
Karena terbawa nafsu Gw baru sadar kalau ternyata ini Gw n*****t dengan Bu Lena di ruang tamunya dengan beralaskan karpet saja di ruangan sebesar ini.
"Bu, apa bener ini kita n*****t aman-aman aja gak ada yang ngeliatin?" kata Gw sambil memberikan baju gamisnya ke Bu Lena.
"Aman kok, Jak." katanya sambil mengelap p**u Gw yang berlumuran di wajahnya.
"Saya sampe lupa loh kalo saya n*****t di rumah yang punya m***k. Hahaha."
"Udah yuk, bersih-bersih. Biar nanti saya WA suami saya kalo saya udah dipuasin banget sama si Jaka yang udah enggak Perjaka."
"Hahahaha, oke deh."
Setelah bersih-bersih tanpa adegan n*****t lagi, Gw pulang ke rumah dengan keadaan lelah. Enggak lupa Gw laporan kepada mucikari yang memberikan Gw job untuk ngentotin Bu Lena.
Jaka :
"Laporan bahwa malam ini pelanggan telah terpuaskan oleh pelayanan dari hamba."
Bu Nisa :
"Laporan diterima."
Jaka :
"Tetapi ada suatu hal yang mohon kiranya untuk dimaklumkan."
Bu Nisa :
"Hal seperti apa itu gerangan."
Jaka :
"Hamba sangat lelah, mungkin esok hari tidak bisa memuaskan syahwat yang mulia."
Bu Nisa :
"Yahh, Jak. Sange nih padahal ngebayangin kamu n*****t sama Bu Lena ☹️"
Jaka :
"Salah sendiri, siapa suruh berbagi k****l saya ke orang lain. Hahaha."
Bu Nisa :
"Jahat kamu, Jak."
Jaka :
"Tapi tenang, misi utama telah disampaikan. Bahwa kamar Bang Sani akan secepatnya di design untuk tempat n*****t kita bersama. Wkwkwk."
Bu Nisa :
"Percuma ada kamar kalo gak ada k****l mah ☹️"
Jaka :
"Tenang. Kontolnya cuma butuh istirahat aja. Setelah itu tetap menjadi milik anda."
Bu Nisa :
"Syukur dehh. Ditunggu kontolnya mampir ke m***k sayaa."
Jaka :
"Ehh,, ralat. Milik bersama."
Bu Nisa :
"Jakaaaaaaa."
_____-----_____
Esoknya, Gw melakukan aktivitas seperti biasa. Karena Gw orang baru, Gw menghargai guru-guru yang lain dengan cara datang lebih pagi. Pukul 6 Gw udah sampai di sekolah. Membawa sarapan untuk Bang Sani, merapihkan tempat apel untuk anak-anak dan lain sebagainya.
Setelah Gw selesai menyiapkan semuanya, Gw melihat Bu Lena keluar dari mobil pick up nya. Mungkin diantar oleh suaminya yang sekalian berangkat untuk berdagang.
"Jak!!" panggil Bu Lena.
*Deggg
Kenapa dia mesti manggil Gw di depan suaminya sih.
"Jak, sini."
Ahh, yaudah dah Gw samperin aja kesana. Gak enak kan. Maksudnya enggak enak hati, tapi memeknya enaakkkk. Hahaha
"Iya, Bu. Kenapa?" tanya Gw ke Bu Lena.
"Ini mas yang namanya Jaka." Bu Lena memperkenalkan Gw ke suaminya.
"Ohh, Jaka. Saya suaminya Bu Lena."
"Ehh,, iya Pak. Saya Jaka."
"Makasih ya, Jak. Udah nolong saya."
"Hahh??" Gw kaget mendengar kata-kata yang keluar dari mulutnya.
"Loh, kan saya udah bilang kalo saya udah izin sama suami saya." timpal Bu Lena.
Shitt!! Ini adalah momen terawkward dalam hidup Gw.
"Udah lah, Jak. Gapapa. Saya malah mau ngucapin terimakasih sama kamu." kata suaminya.
"Iya, Pak. Sama-sama. Malah saya seharusnya yang ngucapin terimakasih karena udah dibolehin itu ,,, "
"Yaudah, Jak. Itu aja dulu ya. Kalo kamu mau lagi bilang saya aja, nanti saya ajak anak-anak pergi biar kalian bisa bebas."
"Hihihi, mas ahh. Makasih loh." ucap Bu Lena.
"Saya sih walau m***k Ibu buat kamu, tapi asal hatinya tetep di saya mah saya oke oke aja. Hahaha." ucap suaminya Bu Lena ke Gw.
"Ih mas. Itu mah pasti." sambut Bu Lena.
"Yaudah, saya berangkat dulu ya, Jak."
"Iya, Pak." jawab Gw.
"Aku jalan ya, Bu."
"Iya, Mas." jawab Bu Lena sambil mencium tangan suaminya itu.
Suami Bu Lena pun menyalakan mobil pick up nya lalu berangkat meninggalkan kami berdua. Gw dan Bu Lena berjalan berdua menuju gerbang sekolah yang mulai ramai oleh siswa siswi yang siap untuk belajar hari ini.
Sambil berjalan memasuki gerbang sekolah dan menyambut siswa siswi yang baru berdatangan, Gw pun menanyakan perihal kamar Bang Sani ke Bu Lena
"Bu, kamar Bang Sani gimana?"
"Tenang, Jak. Saya udah ngomong ke suami saya. Nanti tengah malam ada orang yang dateng kesini buat naro kasur, pasang karpet sama foam wallpaper biar suaranya gak bocor. Hehehe."
"Wah, mantap dah suami Ibu. Jadi, suami Ibu juga tau kalo saya juga main sama Bu Nisa?"
"Iya, tau. Cuma dia enggak kenal sama Bu Nisa sih."
"Ohh, oke dehh."