A BEGINNING.

1561 Kata
HALLO... MAAF YA KARENA UPDATE NGARET BANGET EHEHHEHE BTW... JANGAN LUPA FOLLOW @littleeva93 untuk info update ya!!! A BEGINNING. Rembulan merangkangkak menuju belahan bumi yang hampir gelap. Digantikan mentari terang yang hangatkan burung-burung riang yang sedang bernyannyi. Freddy melajukan motor sportnya menuju jalanan yang lumayan lengang karena memang masih terlalu dini untuk beraktifitas. Dengan senyum mengembang di wajah tampannya, ia berjalan kosntan menuju sebuah rumah bernuansa Tosco di dekat bukit. Saat jalanan menanjak Freddy bisa melihat jelas bagaimana mentari memang masih malu-malu menampakkan wajah menawannya. Freddy memasuki rumah Elsa setelah melewati kantor satpam. Pekarangan indah yang dihiasi dengan berbagai macam bunga-bunga nan cantik. Pemuda itu memarkirkan motornya kemudian turun untuk mengagumi taman mungil di bagian samping rumah. Puas menikmati taman mungil itu, Freddy menekan bel rumah. Tak lama kemudian seorang wanita paruh baya membuka pintu. Wanita tersebut menyambut Freddy dengan senyumnya. "Selamat pagi, Tante." Sapa Freddy sambil tersenyum. “Freddy?” wanita bernama Karin, yang tak lain adalah ibu dari kekasihnya, Elsa terlihat sedikit kebingunan mendapati Freddy berdiri di depan pintu rumahnya. “Apa yang kaulakukan di sini sepagi ini?” Freddy menyengir, menampilkan deretan gigi-gigi putihnya pada Karin. “Freddy mau menjemput Elsa.” “Elsa bahkan belum bangun, Fredd.” Karin menggelengkan kepala. “Ayo, masuk. Kau bisa menunggunya di dalam.” “Okay, Tante.” Lalu, Freddy mengikuti langkah Karin melewati bingkai pintu. Pemuda itu melihat ke berbagai sisi rumah yang menampilkan begitu banyak foto-foto Elsa dan Axel. Ia tahu, sudah  sejak lama sekali Axel dan Elsa menjalin hubungan persahaatan, tetapi Freddy sama sekali tidak menyangka kalau hubungan mereka sedekat ini. Begitu Karin mempersilahkannya untuk duduk, Freddy bergegas mendaratkan pantatnya di sofa. Pagi ini, ia akan menunggu Elsa dan mengajak gadis itu berangkat ke sekolah bersamanya. “Axel?” Freddy mengucapkan nama itu lumayan keras sehingga membuat Karin yang semula hendak pergi ke dapur mengurungkan niatnya. “Ada apa, Fredd?” tanya Karin sembari berbalik menghadap Freddy. “Apa kau mengenal Axel?” “Kita satu sekolah, Tante.” Jawab Freddy riang. Bagaimana mungkin dia tidak mengenal Axel? “Ohh…” Karin mengangguk-anggukan kepalanya. “Apa Elsa tidak pernah menceritakan tentang Axel padamu?” Freddy mengerutkan kening. “Tidak, ada apa dengan mereka? Apa mereka menjalin pacaran?” Karin tertawa nyaring. “Tidak, tentu saja tidak. Bukannya kau dan Elsa pacaran? Apa kalian sudah putus?” Kini giliran Freddy yang salah tingkah. Awalnya ia mengira Elsa dan Axel memang memiliki hubungan khusus. Mengingat betapa dekatnya mereka selama ini. “Tidak. Tentu saja tidak, Tante. Malah Freddy berniat menikahi Elsa.” Mendengar ucapan Freddy, sontak membuat Karin terperanjat. Ibu satu anak itu tidak menyangka kalau Freddy akan berpikir sejauh itu mengenai hubungannya dengan sang putri. “Freddy, Freddy, kenapa kau berpikir sampai kesana? Kalian masih sekolah, bukan? Belum saatnya kau memikirkan tentang pernikahan.” "Freddy serius, Tante.” Freddy menjawab cepat kata-kata Karin. “Freddy sedang tidak bercanda. Tolong jaga Elsa untuk Freddy, ya. Jangan biarkan Elsa pergi laki-laki lain selain Freddy. Ngomong-ngomong, hubungan Elsa dan Axel han ya sebatas teman, kan?” “Iya.” Karin kembali berbalik menuju dapur. Meski terkejut dengan tingkah laku Freddy, wanita itu tetap menghargai keinginan kekasih putrinya. Tentang jodoh, siapa yang tahu? Freddy dan Elsa berhak jatuh cinta meskipun mereka tidak tahu dengan siapa mereka akan berjodoh. “Bagaimana kalau kau menjemput Elsa ke kamarnya? Tante akan menyiapkan sarapan untuk kalian.” Permintaan Karin tidak mungkin dibantah oleh Freddy. Justru ia tidak menyangka kalau Karin akan menyuruhnya menjemput Elsa di kamar. Dengan semangat yang menggebu, Freddy lalu berkata. “Siap, Tante.” Freddy berjalan menyusuri satu per satu anak tangga. Ia mengikuti instruksi dari Karin untuk menemukan sebuah pintu berwarna putih di lantai 2. Sesampainya di kamar Elsa, Freddy mengetuk pintu. “Elsa… Elsa…Elsa…” Tidak ada jawaban dari dalam kamar Elsa. Freddy kembali mengetuk pintu untuk ke sekian kalinya. Namun, tidak juga mendapat respon. Setelah beberapa saat, ia memberanikan diri untuk membuka handle pintu kamar tersebut. Dengan perlahan, Freddy mendorong pintu dan betapa terkejutnya dia saat melihat Elsa masih terlelap di atas ranjang. Tanpa ia sadari, mulutnya menganga melihat pemandangan di hadapannya. Elsa hanya mengenakan tanktop tipis dan hotpants. Tanktop itu mengekspose bagian d**a Elsa dan punggung Elsa. Freddy mendekati Elsa yang tidur tanpa selimut. Ia mengambil selimut yang terjatuh dilantai kemudian menutup tubuh Elsa yang begitu indah dengan selimut. Aku laki-laki normal, Esl. Aku tidak akan kuat lama-lama melihat keindahan tubuhmu. Kelak akulah yang pertama kali menyentuhmu. Tidak sekarang. Batin Freddy. Freddy menepuk-nepuk pipi Elsa dengan lembut. Ia terkejut saat merasakan suhu tubuh Elsa. Freddy meletakkan tangannya di dahi dan leher Elsa. “Baby, apa kau sakit?” Bisik Freddy perlahan seraya menggoncang-goncangkan tubuh Elsa perlahan. Melihat Elsa tidak juga bergerak dari tidurnya, membuat Freddy semakin gemas. Kenapa kau tidak bangun? Kau membuatku ingin ikut tidur denganmu. Freddy kembali menggertu dalam hati. Berada di dekat Elsa membuat khayalan-khayalan nakal menghampiri benaknya. Dan sejujurnya ia sama sekali tidak menyukai gagaasan ini. Tiba-tiba, terlintas di benaknya sebuah ide yang cukup brilliant. Freddy akan membangunkan Elsa dengan cara itu. Ya, dan kali ini ia cukup yakin kalau ia akan berhasil. Freddy melihat ke arah pintu dan tidak melihat siapa pun di sana. Dia mulai melancarkan aksi nakalnya. Dengan posisi Elsa yang tidur terlentang, memudahkannya melakukan sesuatu yang sejak tadi berada di benaknya. Freddy mendekatkan wajahnya ke wajah cantik Elsa. Ia menjilat bibir merah muda gadis itu. Tidak ada reaksi sedikit pun dari Elsa. Kemudian ia mulai mencecap bibir Elsa. Menikmati bibir itu meski tidak ada balasan. Freddy melepaskan diri dari bibir Elsa yang mulai basah akibat ulahnya. Ia kembali menerkam Elsa dengan semakin ganas dan menggigit kecil bibir itu. ** Elsa merasa ada yang aneh dengan tidurnya kali ini. Ia merasa ada yang menggigit bibirnya. Awalnya ia berpikir itu ulah semut. Gadis itu membuka matanya perlahan. Dan betapa terkejutnya dia saat melihat ada Freddy tepat di depan wajahnya. Freddy sibuk memagut bibirnya meski ia sama sekali tidak bereraksi dengan ciuman tersebut. Dengan sekuat tenaga, Elsa mendorong Freddy agar menjauh, tetapi bukannya menghentikan aksi gilanya, Freddy justru  semakin beringas melancarkan aksinya. Pemuda itu meminta balasan ciuman darinya. Mau tidak mau, Elsa membuka mulutnya membiarkan Freddy mengekpose apa pun yang ada di dalamnya. Elsa menggigit bibir bawah Freddy dengan sangat keras hingga pemuda melepaskan  bibirnya. "Arghtt!" Freddy menggeram kesakitan karena ulah Elsa. Meski begitu, ia sama sekali tidak marah dengan kekasihnya dan justru berkata, “Good morning, Baby. Kau demam, sebaiknya hari ini kau tidak pergi ke sekolah.” Freddy menoleh ke arah pintu dan melihat ada Karin di ambang pintu. Untung sudah selesai kissinngnya. Batin Freddy. "Kamu belum bangun, Els?" Karin mendekat ke arah ranjang dan memeriksa dahi Elsa. “Freddy benar, kau demam. Sebaiknya hari ini kau tidak datang ke sekolah. Mama takut takut terjadi sesuatu padamu.” “Elsa baik-baik saja, Ma. Elsa tetap akan pergi ke sekolah. Aku tidak mau ketinggalan pelajaran.” Sahut gadis itu. “Fredd, tolong keluar dulu. Aku akan mandi, kau bisa menungguku di bawah.” Pinta Elsa. Beberapa saat kemudian, Freddy dan Karin meninggalkan Elsa sendirian di kamar. Gadis itu bergegas mengambil handuk dan berjala menuju kamar mandi. Ia membasuh tubuhnya di bawah guyuran air yang mengalir dari  shower seraya memejamkan mata. Kepalanya mungkin sedikit pusing, tetapi Elsa tidak mau terlalu mempermasalahkan hal tersebut. Elsa akan tetap pergi ke sekolah apa pun yang terjadi. Usai mandi dan berganti pakaian, Elsa mematut dirinya di depan cermin. Tiba-tiba saja ujung bibirnya melengkung mengingat apa yang beberapa saat lalu dilakukan Freddy padanya. Entah bagaimana Freddy bisa sampai di kamarnya dan menciumnya dengan begitu intens. Elsa menyukai bagaimana laki-laki itu memperlakukannya, meski hubungan mereka bisa dibilang sebagai cinta monyet, tetap saja Elsa merasa berada di atas awan saat bersama Freddy. Astaga, salah apakah dirinya bisa jatuh cinta dengan laki-laki seperti Freddy? Freddy. Ah, berbulan –bulan lalu mungkin nama laki-laki itu tidak akan pernah ia sebut baik dalam hati maupun lisannya. Freddy terkenal sebagai cowok player yang mengencani nyaris semua perempuan di sekolahnya. Entah itu hanya sekedar rumor atau memang siswi-siswi di sekolahnya yang terlalu percaya diri. Elsa tidak tahu mana yang benar, tetapi sejauh ini, atau lebih tepatnya sejak hubungannya dengan Freddy diketahui oleh kebanyakan isi sekolah, sudah sedikit sekali yang berusaha mendekati yang mencoba menggoda Freddy. Atau mungkin Freddy lah yang justru menciptakan jarak untuk para gadis itu? Entahlah, Elsa tidak tahu. Sesampainya di bawah, Elsa melihat Freddy tengah asyik bermain game di ponselnya. Pemuda itu sesekali mengumpat lirih atau menggumamkan kata-kata tidak pantas. Elsa hanya menggeleng melihat tingkah lakunya. Freddy memang mengejutkan, di balik semua tingkahnya yang terbilang melenceng, anak itu selalu berhasil menjadi juara kelas dan bahkan juara parallel di sekolahnya. Hal itulah yang terkadang membuat Elsa heran. “Fredd, ayo kita berangkat sekarang.” Pinta Elsa begitu ia tiba di hadapan Freddy. Freddy mendongak, menatap Elsa dengan satu alis terangkat cukup tingga. “Berangkat? Sekarang?” tanyanya. “Iya. Ayo!” Elsa berbalik, meninggalkan Freddy yang masih duduk di sofa. “Kau tidak sarapan?” Tanya Freddy di belakangnya. Elsa menggeleng. “Aku bisa sarapan di sekolah. Lagipula, ini sudah  terlalu siang. Aku tidak mau kita terlambat, Fredd.” “Baiklah, ayo!” Freddy mengikuti Elsa untuk berpamitan dengan kedua orang tuanya. Keduanya lalu pergi ke sekolah dengan mengendarai motor sport Freddy. Sepanjang perjalanan, Freddy dan Elsa terus bercerita tentang berbagai macam hal. Mulai dari yang masuk akal hingga yang tidak masuk akal. Freddy berkali-kali menceritakan mengenai apa saja yang ia lalui selama ini bersama teman-temannya. Minus tentang Axel dan Joshua. Meski masuk dalam kategori teman dekat, ia tidak ingin Elsa mendengar cerita menyenangkan tentang dua laki-laki itu. Freddy tidak mau Elsa kembali jatuh cinta dengan Jo. Membayangkannya saja membuatnya muak. Hari itu, Freddy dan Elsa mengawali semuanya dengan sangat baik. Mereka tidak tahu akan ada sesuatu yang terjadi di antara mereka hingga membuat salah satunya terluka. Sesuatu yang muncul akibat rasa cemburu yang membakar hati seseorang. Hati yang terluka akibat sepasang anak manusia jatuh cinta. Sebuah kejutan yang benar-benar mengejutkan  kehidupan mereka. Ini adalah jawaban dari sedikit pertanyaan tentang  hubungan antara Elsa, Freddy dan Axel.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN