HALLO... MAAF YA KARENA UPDATE NGARET BANGET
EHEHHEHE
AKU AKAN RAJIN UPDATE MULAI BULAN DEPAN
DOAKAN SAJA RASA MALAS INI TIDAK MENGANGGAKU TERUS MENERUS
WKWKKKW
BTW... JANGAN LUPA FOLLOW @littleeva93 untuk info update ya!!!
I LOVE YOUU GENGSSSSS
KISSING.
Freddy melepas ciumannya saat mendengar suara beberapa anak menuju kelas Elsa.
Ia kembali duduk berhadapan dengan Elsa seraya menggenggam tangan Elsa.
"Jangan katakan itu lagi kumohon, El. Jangan pernah." Freddy tetap memegang tangan Elsa meski beberapa murid mulai memasuki kelas.
"Aku tidak bisa berjanji untuk selalu mencintaimu. Tapi aku akan berjanji hati ini akan selalu untukmu. Sekarang berjanjilah untuk tidak mengganggu Jo. Kita tidak tahu apa maksud Jo. Tapi kalau Jo tahu hubungan kita berjalan sejauh ini aku yakin Jo akan mundur karena pesonamu lebih menggodaku di banding dia." Elsa tertawa ringan di akhir kalimatnya.
“Ternyata seperti ini rasanya dimodusin sama cewek. Biasanya, Cuma cewek-cewek
"Aku balik ke kelas dulu ya, Beb ? Tunggu aku sepulang sekolah. Aku akan mengantarmu, Okay?" Freddy mengelus pipi Elsa dengan lembut. Beberapa murid yang melihat perlakuan Freddy terhadap Elsa hanya geleng-geleng kepala. Jelas mereka heran. Bagaimana mungkin dua orang murid bermesraan di dalam kelas sepagi ini?. Dan sebagian murid perempuan merasa iri karena Elsa mendapat perlakuan begitu manis dari cowok keren dan tampan seperti Freddy.
Saat Freddy sampai di pintu kelas, ia berpapasan dengan Axel, sepupunya.
"Tidak biasanya kau sampai di sekolah sepagi ini, Fredd?” tanya Axel heran.
"Sepertinya, mulai sekarang kau harus terbiasa melihatku datang lebih pagi." Freddy berlalu meninnggalkan Axel yang masih bigung dengan kehadirannya.
Elsa kembali duduk di kursinya. Kursi nomor dua dari depan. Di samping Elsa, ada Axel yang sejak pertama kali masuk sekolah selalu duduk di sisinya. Axel mendaratkan bokongnya di kursi sebelah Elsa.
"Freddy datang untuk menemuimu? Aku belum pernah melihatnya datang sepagi ini. Biasanya, jam-jam seperti sekarang dia masih tidur.” Axel memulai percakan dengan Elsa. Axel tahu semua tentang Elsa. Karena Elsa sendiri yang selalu menceritakan semuanya pada Axel.
“Aku akan menceritakannya nanti setelah jam istirahat. Bel sekolah sudah berbunyi. Kita tidak mungkin membahasnya sekarang, bukan?” ucap Elsa dengan senyum terbaiknya. Pelajaran dimulai, Elsa dan Axel fokus pada mata pelajaran yang tengah diajarkan. Keduanya memusatkan perhatian pada guru yang saat ini berdiri di depan kelas.
Bel istitahat berbunyi. Elsa berjalan beriringan dengan Axel menuju kantin. Elsa menceritakan pada Axel tentang hubungannya dengan Freddy yang semakin membaik.
“Bukankah selama ini kau hanya bermain-main dengan semua mantan kekasihmu, El? Kenapa sekarang kau justru bersama Freddy. Apa kau tidak tahu siapa Freddy? Dia terkenal player.” Kata Axel saat mereka sudah duduk di kantin sekolah menyantap bakso kesukaan Elsa.
“Bukankah kau sendiri yang dulu mengatakan kalau Freddy bukanlah seorang player? Aku tahu banyak yang mendekati Freddy. Kenapa sekarang kau berpikir kalau Freddy itu player? Aku juga ingat dulu kau pernah mengatakan kalau Freddy menyukai satu perempuan, kupkir gadis itu adalah aku. Bukannya aku terlalu percaya diri, tapi saat Freddy mengatakannya aku merasa di tidak sedang berbohong. Dia tulus saat mengatakan kalau dia menyukaiku.” Elsa tiba-tiba merasa ada yang aneh dengan Axel.
“Bukan itu maksudku.” Axel kehilangan kata-katanya. Sepertinya topic yang sedang mereka bahas terlalu sensitive. “Aku hanya tidak mau terjadi hal buruk padamu. Aku hanya takut Freddy hanya mempermainkanmu dank au patah hati lagi. Sudahlah, kita tidak perlu membahasnya lagi. Yang terpenting, jaga dirimu baik-baik.”
“Iya, iya. Aku tahu kau hanya mengkhawatirkan keadaanku saja, sahabatku yang manis. Aku tahu selama ini kau mengikutiku dan menjagaku dari jauh. Jadi, kurasa tidak ada yang perlu kita khawatirkan lagi karena kau selalu ada untukku.” Elsa mengulurkan botol air mineralnya kepada Axel. Makanan mereka sudah tandas, perut mereka kini penuh dengan asupan gizi.
Sahabat, itulah anggapan Elsa untuk Axel.
“Dari mana kau tahu aku selalu mengikutimu?” tanya Axel dengan kening mengkerut.
“Tentu saja aku tahu. Awalnya aku curiga dengan seseorang yang selalu membuntutiku saat aku pulang sekolah atau saat aku sedang pergi dengan mantan pacarku. Terakhir, aku melihat sosok orang itu membuntuti aku saat aku sedang bersama Freddy. Aku tahu kalau kau adalah orang itu aku pernah melihatmu saat aku pergi ke perpustakaan sendiri. Hari itu aku tahu orang itu adalah dirimu. Terima kasih karena sudah menjagaku selama ini. Aku merasa memiliki kakak sejak ada kau di sisiku.”
Sudah menjadi tugasku menjagamu, Els. Tanpa kau pernah memintanya, aku akan selalu menjagamu meski kau tidak pernah menganggap aku ada. Meski kau juga tidak pernah tahu bagaimana perasaanku padamu. Axel hanya berani mengucapkannya dalam hati.
“Axel, are you okay?” tanya Elsa dengan kening mengkerut.
“Aku baik-baik saja. Aku hanya heran, selama ini kau mengetahui keberadaanku tapi kau tidak pernah mengatakannya padaku. Kau hanya diam saja.” Hmmm…” Axel meneguk es jeruknya hingga tandas.
“Seharusnya kau menemani aku pergi bukannya malah membiarkan aku sendiri.” Gerutu Elsa ketus. “Kakak yang baik selalu menjaga adiknya bukan? Juga sahabat yang baik, sebenarnya kau menganggap aku ini apa, huh?”
Adik? Sahabat? Tidakkah kau bisa mengerti apa yang saat ini kurasakan, Els? Ucap Axel dalam hatinya lagi. Pembicaraan dengan Elsa selalu memunculkan dialog-dialog di dalam hati dan pikirannya.
“Aku tidak mau mengganggu privasimu, Els.” Axel beranjak dari kursinya. “Ayo, kita kembali ke kelas. Ngomong-ngomong, apa kau tidak sarapan pagi ini?”
Elsa menggeleng. “Aku tidak sempat sarapan.”
“Karena Jo?” Axel dan Elsa lalu berjalan menuju kelas mereka. Keduanya masih terus berbicara, membahas hal-hal yang sangat umum untuk dibahas.
“Begitulah.” Jawab Elsa singkat.
Sesampainya di depan kelas, bel berbunyi nyaring. Elsa dan Axel duduk di kursi mereka masing-masing dan memperhatikan guru yang tengah mengajar.
Waktu berlalu, akhirnya jam pulang sekolah tiba. Semua murid di kelas Elsa dan Axel bergegas menata peralatan sekolah mereka dan berlarian keluar kelas. Hanya Elsa dan Axel yang sepertinya masih asyik dengan buku-buku yang berserakan di meja.
“Aku akan bertemu dengan teman-temanku. Apa kau mau ikut?” tanya Axel pada Elsa. Di ruangan itu kini hanya tinggal mereka berdua.
Elsa menggeleng pelan. “Tidak. Pergilah, dan hati-hati di jalan.” Elsa tersenyum penuh arti.
Aku penggemar senyuman indahmu itu Els. Batin Axel dan membalas lambaian tangan Elsa.
Setelah kepergian Axel, Elsa segera menata peralatan sekolahnya. Hari ini, ia akan pulang bersama Freddy. Tidak biasanya ia mendampakan diantar oleh salah satu laki-laki yang dekat dengannya. Biasanya, Elsa lebih sering abai dengan mereka semua. Namun kali ini, berbeda karena orang itu adalah Freddy.
Mungkin sebaiknya aku menunggu Freddy di depan pintu gerbang. Gumam Elsa pada dirinya sendiri.
Elsa melangkahkan kakinya keluar kelas. Tepat saat Elsa sampai di pintu kelas Jo juga baru saja sampai di sana.
“Jo, apa yang kaulakukan di sini?” tanya Elsa sedikit terkejut. Bukannya Elsa tidak suka dengan kehadiran Jo, tetapi melihat kemarahan Freddy pagi ini, Elsa berpikir sebaiknya tidak memicu masalah di antara keduanya.
“Aku hanya ingin minta maaf. Tadi pagi aku hendak membeli sarapan untukmu. Tapi lupa kembali ke sini. Kau past lapar.” Ujar Joshua penuh rasa bersalah. “Aku akan mengantarmu pulang sebagai permintaan maafku.” Lalu pemuda itu menyunggingkan senyum terbaiknya.
“Terima kasih, Jo. Kau tidak perlu minta maaf. Aku membawa bekal dari rumah dan aku sudah sarapan.” Elsa menjelaskan perlahan. “Aku akan pulang bersama Freddy.” Katanya lagi.
Mendengar nama Freddy, Jo tampak tidak suka. Ia menyipitkan matanya, seolah mengejek sosok Freddy. “Els, aku mau kita kembali seperti dulu lagi.” pinta Jo tanpa basa-basi.
Elsa menggeleng cepat. “Maaf, Jo. Aku tidak bisa.” Katanya tegas.
“Kenapa? Karena Freddy? Els, asal kau tahu. Dia tidak pantas untukmu!” geram Joshua. Kali ini Joshua telah kehilangan kesabarannya. Joshua sama sekali tidak suka melihat kedekatan Elsa dan Freddy.
Tanpa mereka sadari ada dua laki-laki yang berjalan di belakang mereka. Axel dan Freddy. Keduanya sama-sama terkejut mendengar apa yang barusan dikatakan Jo. Begitu juga dengan Elsa.
Freddy tidak bisa menahan amarahnya mendengar apa yang barusan dikatakan Jo. Freddy berniat menghabisi Jo saat itu juga. Tangannya mengepal kuat hingga otot-ototnya tercetak. Freddy melangkah maju menghampiri Jo. Tapi Axel menahannya. Mereka adalah sahabat. Dan Axel tidak menginginkan pertengakaran. Di belakang, ada Fero yang berlari menghampiri Jo. Dia tahu situasi ini.
Fero berjalan sejajar dengan Jo. "Jo, help me please! Motorku mogok. Ayo, ikut aku!" Fero menarik paksa tangan Jo. Dan satu tangannya lagi merangkul leher Jo agar dia tidak bisa menoleh. Fero tidak mau Jo melihat kalau di belakang mereka ada Axel dan Freddy.
"Els, aku pergi dulu. Kita bicarakan besok!" Jo berlalu tanpa menoleh ke belakakang. Ia tidak tahu kalau Freddy mendengar ucapannya. Seandainya saja Jo tahu, mungkin akan muncul perang antar klan.
Freddy berjalan menghampiri Elsa dan menggenggam tangannya. Ia lalu mengecup bibirnya perlahan. Elsa diam membeku melihat Freddy mengecup bibirnya di area sekolah. Freddy melepakan bibirnya dari bibir Elsa. Kemudian merangkul Elsa. “Aku akan membuat perhitunagn dengan Jo! Dari awal aku sudah curiga dia masih menyukaimu.” Freddy menatap lekat-lekat manik mata Elsa.
“Ayo, pulang. Jangan macam-macam dengan Jo. Aku tidak mau sampai dia terluka. Cukup buat dia percaya kalau hubungan kita baik-baik saja. Itu akan membuatnya pergi dengan sendirinya.” Ucap Elsa untuk meyakinkan kekasihnya.
Sekali lagi, Freddy mencium bibir Elsa. Keduanya nyaris tidak menyadari kehadiran Axel yang sejak beberapa waktu yang lalu mengamati mereka.
Axel merasa hatinya hancur berkeping-keping. Namun, ia tidak bisa berbuat apa-apa selain merasakan sakit itu sendiri.