"PAK! Buka gerbangnya dong!" Cewek itu menatap samar-samar tubuh pria yang menjulang tinggi dibalik gerbang sekolahnya ini.
Mungkin bagi semua murid disekolah ini, terlambat adalah hal yang mengerikan. Karena bagi siapapun yang terlambat, hukuman yang diberikan kesiswaan tidaklah main-main. Jika Pak Reno yang giliran berjaga, maka guru itu akan menghukum para murid yang telat untuk membersihkan wc yang kotornya melebihi kandang sapi selama satu minggu. Namun, jika Bu Yuma yang berjaga maka guru itu tak segan-segan memberi hukuman berupa lari 30 keliling serta harus membersihkan mushola selama 1 bulan. Namun, bagi cewek ini terlambat sudah menjadi hobinya.
Hobi Azkia bukan hanya terlambat. Cewek itu sering sekali kabur dari sekolah bersama antek-anteknya. Bahkan dalam beberapa bulan ini cewek itu sudah sering melakukan pelanggaran. Suatu hari, dirinya pernah kepergok merokok dibelakang sekolah. Dan hal itu hampir diketahui oleh seluruh murid di sekolah ini. Namun, Azkia bukannya kapok atau jera. Cewek itu malah semakin berani menampakkan keburukkannya itu.
Pintu gerbang terbuka. Menampilkan wajah pria yang terlihat sangar. Lengkap dengan kumis tebalnya yang tak pernah dicukur itu. Dan tak lupa penggaris yang selalu dia bawa kemana-mana. "Ekhem! Kamu! Sudah saya peringatkan, jangan sampai terlambat lagi! Kamu ngertikan omongan saya?" ucap pria ini sambil menunjuknya dengan menggunakan penggaris yang berukuran 30 cm itu.
"Yaelah pak.. masih untung saya datang. Yaudah deh, saya lagi males debat. Bapak mau ngehukum saya apa? Bersihin kamar mandi 1 minggu? Bersihin mushola setiap shalat zuhur atau... Lari 30 keliling?"
Pak Reno selaku guru yang bertanggung jawab dalam bidang kesiswaan, mengerutkan keningnya bingung. Ia berfikir untuk mencari hukuman yang membuat cewek ini jera untuk datang terlambat lagi.
Selagi Pak Reno berpikir. Tiba-tiba datang seorang laki-laki dengan nafas yang tidak beraturan serta keringat yang terus mengalir diwajah laki-laki itu. Seragamnya terlihat rapih. Berbeda dengan cewek ini, seragamnya sengaja ia keluarkan, rambutnya tidak tertata rapih, dan satu lagi kaos kaki yang dipakainya bukan kaos kaki putih melainkan kaos kaki dengan corak warna warni dan tak lupa sepatu yang digunakannya bukan sneakers melainkan flatshoes.
"Pak maaf saya terlambat. Tadi saya ada urusan buat acara OSIS nanti. Saya boleh masuk kan pak?"
"Ekhem! Yasudah kamu masuk saja." Ucap Pak Reno.
Azkia Claraine. Cewek itu menatap lelaki tadi yang tak lain adalah ketua OSIS disekolahnya. Azka Revanno, namanya. Cowok yang masuk dalam jajaran orang most wanted disekolah ini. Dari mulai kelas 10 sampai kelas 12 mengenal lelaki itu. Ketua OSIS yang terkenal tegas namun memiliki segudang pesona yang membuat perempuan manapun langsung jatuh hati pada lelaki itu. Tidak hanya itu, selain pesonanya yang sangat bagus, Azka juga memiliki otak yang amat sangat encer.
"Pak, jadi hukuman buat saya apa?" Tanya Azkia. Ketika murid lain sangat enggan dihukum, Azkia atau lebih dikenal Kia ini malah meminta hukuman. Aneh.
"Hukuman kamu hari ini, ekhem! bantu saya buat beresin gudang yang dibelakang. Gudang disana sangat kotor, jadi saya perlu bantuan kamu. Ayo ikut saya!" Perintah Pak Reno. Selain mempunyai kumis tebal, Pak Reno pun mempunyai ciri khas ketika ia akan berbicara. Yaitu, deheman yang membuat siapapun akan langsung mengenalinya.
Azkia mengikuti pria paruh baya itu dari belakang. Mulutnya ia monyongkan sana sini seolah meledek pria paruh baya itu.
***
"Assalamualaikum.." setelah mengetuk pintu, laki-laki ini mengucapkan salam. Lalu membuka pintu tersebut.
"Waalaikumsalam.." sahut semua orang yang ada didalam kelas itu.
"Maaf Bu, saya telat. Tadi saya ada urusan yang harus saya kerjakan."
Bu Ivi. Guru Bahasa Indonesia yang terkenal garang itu menatap Azka tajam. Guru satu ini memang tidak akan menolerin alasan apapun. "Yang namanya telatya tetap telat. Pelajaran saya sebentar lagi selesai, jadi lebih baik kamu keluar saja. Lagian suruh siapa kamu telat." Ucap Bu Ivi tegas. Padahal sekarang jam baru menunjukkan jam 8 pagi. Dan masih ada 1 jam pelajaran yang tersisa.
"Tapi Bu.."
"Gaada tapi-tapian. Saya nggak peduli mau kamu ketua OSIS disini, ataupun kamu murid berprestasi. Kalau kamu telat ya tetap telat. Saya nggak peduli. Sekarang kamu keluar. Jangan ikut jam mata pelajaran saya hari ini." Ucap Bu Ivi final.
Azka menundukkan wajahnya pasrah. Ia baru ingat jika jam pelajaran pertama hari ini diisi dengan pelajaran Bahasa Indonesia. Azka pun berjalan menuju ruang OSIS dan berdiam diri disana sambil menunggu bel ganti pelajaran berbunyi.
Selama menunggu Azka membuka laptopnya dan memeriksa sebuah proposal acara yang akan diadakan beberapa bulan lagi. Azka membenarkan proposal yang sudah direvisi itu.
'ceklek'
Pintu terbuka.
"Ka, lo kok disini? Nggak masuk kelas?" Tanya cewek ini.
"Nggak. Gue tadi telat. Dan gue lupa, jam pertama itu jam pelajaran Bu Ivi. Lo tahu sendirikan Bu Ivi kaya gimana?" jawab Azka dengan mata yang masih focus kelayar laptopnya. "Oh iya, lo ngapain kesini?"
"Dikelas ada ulangan Bahasa Inggris. Gue nggak diizinin ikut sama Mrs.Cindy. Gara-gara nilai Ulangan Harian kemarin belum diperbaiki, padahal nilai gue Cuma kurang 1 point doang. Ahh.. emang tuh guru nyebelin banget!"
Azka hanya menyunggingkan senyum tipisnya itu. Dan semakin memfokuskan dirinya kepada proposal yang sedang ia kerjakan. Sedangkan Cecil, cewek itu malah menelungkupkan kepalanya dan tertidur.
***
Bel istrihat sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Azkia beserta gengnya yang sebelas dua belas dengan dirinya itu berjalan menuju kantin. Sesampainya dikantin, seperti biasa Yuni memesankan makanan untuk teman-temannya itu.
"Lo tadi diapain sama Pak Reno Ki?"
"Bersihin gudang belakang yang kotornya minta ampun. Dan asal kalian tahu, gue bersihin tuh gudang sendiri. Dan si kumis tebal, Cuma liatin gue doang tanpa mau ngebantuin gue. Emang setan tuh guru!" Maki Azkia sambil mengipas-ngipas tubuhnya yang masih berkeringat.
Yang dimaksud Azkia Kumis Tebal itu adalah Pak Reno. Azkia itu bukan cewek baik atau kalem. Azkia justru cewek yang sudah dikenal berandal disekolahnya ini. Tak hanya Azkia, teman-teman Azkia yang sekarang ikut dengannya ini pun merupakan spesies yang sama seperti dirinya.
"Lagian lo pada, mau datang pagi kenapa nggak bilang-bilang gue sih!" gerutu Azkia.
"ehh..itu sih salah lo ya. Kita udah neleponin lo berkali-kali. Tapi lo nya aja yang nggak ngejawab telepon kita. Ya nggak Sa?"Clarissa Cewek yang berada disebelah Defanny pun menganggukan kepalanya.
"Nih pesananya. Oh iya, Ca nasi goreng lo masih dimasak. Nanti si ibunya bakal nganterin katanya." Ucap Yuni. Clarissa menganggukkan kepalanya.
"Haii Ki.."
Ketika mereka sedang asyik makan tiba-tiba seorang lelaki datang dan duduk disamping Azkia yang memang kursinya kosong itu. Azkia menatap lelaki itu sinis.
"Ngapain sih lo kesini? Pergi sana!" ucap Azkia ketus.
"Nanti pulang bareng aku yuk! Kita jalan."
"Gue nggak mau. Lo jalan aja sendiri sana."
Raka Randiwijaya. Pentolan kelas 11 yang terkenal hobi tawuran ini memang menyukai Azkia sejak cewek itu masuk kesekolah ini. Tampangnya lumayan ganteng. Tapi sayang, dia badboy. Walaupun begitu, tak ayal siswi disini banyak juga yang menggilai Raka karena tampangnya yang lumayan itu.
"Lo demen banget si Ki, nolak gue. Lo tuh harusnya beruntung karena gue suka sama lo. Gue kurang apa coba? Ganteng? Udah pasti. Coba lihat cewek lain yang suka sama gue, gue acuhin. Sedangkan lo, yang gue perhatiin terus malah gini." Ucap Raka terang-terangan.
Azkia memutar bola matanya. Lalu menatap Raka. "Denger ya.. lo emang ganteng. Gue akuin itu. Tapi gue nggak mau suka atau nerima cowok karena tampangnya. Se-badgirl nya gue dimata anak-anak. Gue bukan orang yang suka mainin hati cowok. Termasuk lo. Gue bakal nerima cowok kalau gue suka dia apa adanya. " Jelas Azkia.
Teman- teman Azkia yang sedari tadi menguping dan memperhatikan mereka Cuma manggut-manggut setuju. Walaupun Azkia terkenal badgirl cewek itu tetap menghargai perasaan orang lain. Tapi kalau orang yang dihargainya itu malah ngelunjak, Azkia pun bakal memperlakukan dia lebih buruk.
Raka hanya diam termangu mendengar penjelasan Azkia tadi. Dia bangun dari duduknya, lalu pergi meninggalkan meja Azkia dan teman-temannya itu tanpa mengucapkan satu patah katapun.
"Lo ditolak lagi Rak?" Tanya salah satu teman Raka yang terdengar oleh Azkia. Tak ada jawaban dari Raka.
"Anjing! Tuh cewek emang sok jual mahal ya! Harusnya dia tuh bersyukur karena disukain sama cowok macem lo. Emang tuh cewek sok cantik!" teriak temannya yang satu lagi.
"KALAU LO NGGAK TAHU APA-APA MENDINGAN LO DIEM SETAN!" teriak Azkia. "Guys! Cabut yuk! Kita bolos. Gue udah nggak napsu buat belajar." Ajak Azkia yang langsung diangguki oleh ketiga temannya.
Mereka pun bingkas dari duduknya. Kemudian pergi menuju kelas mereka untuk mengambil tas. Setelah mengambil tas mereka pun berjalan menuju ujung koridor lantai dua. Disana mereka melemparkan tasnya ke area luar sekolah. Koridor ini sepi, jadi tak ada yang mengetahui perbuatan mereka ini. Setelah itu, mereka turun kelantai satu lalu jalan menuju gerbang utama.
"Mang Kahar, saya mau izin keluar dong. Mau beli pembalut."
"Nggak bisa Neng. Pasti itu alasan Neng doang. Neng teh pasti mau kabur lagi pan? Nggak bisa. Nanti saya yang kena marah Pak Reno atuh Neng.." Ucap Mang Kahar dengan aksen sundanya.
"Yaelah pak.. sekarang bener kok. Kasian temen saya tuh, anunya udah mau bocor." Ucap Azkia sambil menunjuk Yuni yang kini memasang wajah memelas minta dikasihani.
"Aduhhh....kumahanya Neng, Neng izin dulu atuh ka meja piket. Kalau Neng diizinin baru deh saya bukaiin ini pintu. Sok neng izin dulu." Ucap Mang Kahar.
"Mang Kahar ini urgent! Kalau saya izin ke meja piket dulu, yang ada si Yuni keburu bocor Mang!" celetuk Clarissa yang diangguki langsung oleh mereka bertiga.
"Mang mau..uang ini nggak?" Tanya Azkia sambil melambaikan uang 100 ribu didepan wajah Mang Kahar.
Mang Kahar yang tergoda pun menganggukkan kepalanya. "Mau atuh Neng kalau duit mah. Siapa sih yang nggak mau. Ditambah sekarang saya teh lagi butuh banget duit Neng." Kata Mang Kahar.
"Kalau Mang Kahar mau, bukain gerbang buat saya sama teman-teman saya. Nanti saya kasih ini uang. Gimana?" Tawar Azkia.
Karena Mang Kahar lagi benar-benar butuh uang untuk bayar SPP anaknya. Mang Kahar pun menganggukkan kepalanya. Dan dibukakanlah gerbang itu. Azkia pun memberikan uang yang telah dijanjikannya kepada Mang Kahar tadi.
"Yaudah yuk kita ambil tas kita!" ucap Defanny.
Mereka semua pun menuju bagian belakang sekolah. Tempat dimana tas mereka dilempar tadi. Sesudah mengambilnya, mereka terus berjalan menuju basecamp tersembunyi mereka. Yang tak diketahui oleh siapapun. Karena tempatnya memang tersembunyi. Namun, bukan berarti basecamp itu kumuh dan kotor. Justru sebaliknya. Basecamp itu terlihat rapih seperti rumah pada umumnya. Disana juga ada satu buah mobil yang sengaja mereka simpan disitu.
"Eh Ki! Lihat deh! Devi sama Rena lagi ada di Mall Kelapa Gading! Kita susul mereka yuk!" teriak Yuni.
"Yaudah yuk! Kita susul!"
Mereka semua pun berganti baju seragam mereka dengan baju bebas yang cocok dipakai untuk ke Mall. Devi dan Rena adalah sahabat mereka juga yang sama-sama bandelnya. Cuma mereka berdua berbeda sekolah.
Setelah semuanya siap, mereka pun pergi menuju Mall Kelapa Gading menggunakan mobil yang sudah disediakan tadi. Yuni yang mengendarai mobil itu.
***
"Panggilan kepada Azka Revanno, ditunggu di ruang kesiswaan sekarang juga. sekali lagi panggilan kepada Azka Revanno ditunggu di ruang kesiswaan sekarang juga."
Azka yang mendengar panggilan itu pun segera menutup laptopnya dan pergi menuju ruang kesiswaan yang berada dilantai satu.
Sesampainya disana, Azka langsung menghampiri Pak Reno yang sudah menunggunya. "Ekhem! Silahkan kamu duduk. Ada beberapa hal yang mau Bapak sampaikan kepada kamu." Azka pun duduk dikursi yang berhadapan dengan Pak Reno.
"Ada apa Bapak manggil saya?" Tanya Azka.
"Ekhem! Jadi gini.. kamu kenal Azkia Claraine? Murid kelas 10 itu?"
"Saya tahu Pak. Murid yang bandel itu kan?"
"Ekhem! Iya! Saya punya tugas untuk kamu selaku ketua OSIS disekolah ini. Tugasnya, kamu awasi dia. Setiap jam istirahat atau kapanpun. Dekati dia, buat dia jadi orang yang baik yang nggak kabur-kaburan terus dan taat sama peraturan disekolah ini. Dan kamu tahu, ekhem! hari ini dia kabur lagi. Saya sudah capek menangani anak itu. Jadi saya mau kamu dekati dia, jadikan dia teman kamu. Tapi kamu jangan sampai ikut-ikutan jadi anak yang nggak bener kayak dia. Justru kamu harus bikin dia jadi orang yang baik. Jika hal ini berhasil saya akan kasih kamu beasiswa untuk meneruskan sekolahmu di Inggris. bagaimana?" jelas Pak Reno.
Azka Nampak ragu-ragu. Namun, setelah dipikir-pikir lagi. Mungkin ini kesempatan untuknya agar bisa melanjutkan study nya sesuai impiannya. "Yaudah Pak. Saya terima. Saya akan berusaha untuk membuat Azkia menjadi seorang yang baik." Ucap Azka.
Pak Reno pun tersenyum. Senyum yang jarang sekali ia perlihatkan didepan murid-muridnya. Senyum Pak Reno itu termasuk langka. “Yasudah kalau gitu kembali ke kelas. Semoga kamu berhasil!" Pak Reno menepuk pundak Azka. Setelah mengucapkan salam, Azka pun pergi meninggalkan ruangan ini.