Ketika Anda mengunjungi situs web kami, jika Anda memberikan persetujuan, kami akan menggunakan cookie untuk mengumpulkan data statistik gabungan guna meningkatkan layanan kami dan mengingat pilihan Anda untuk kunjungan berikutnya. Kebijakan Cookie & Kebijakan Privasi
Pembaca yang Terhormat, kami membutuhkan cookie supaya situs web kami tetap berjalan dengan lancar dan menawarkan konten yang dipersonalisasi untuk memenuhi kebutuhan Anda dengan lebih baik, sehingga kami dapat memastikan pengalaman membaca yang terbaik. Anda dapat mengubah izin Anda terhadap pengaturan cookie di bawah ini kapan saja.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Hingga kini aku memang tidak pernah secara langsung mendengar seperti apa yang dibicarakan Abbas. Tapi aku tahu, mereka menggunjing di belakangku. Itu sangat terlihat dari tatapan mereka saat melihatku, berbisik-bisik saat aku melintas, tidak karyawan laki-laki maupun wanita, semua terlihat seperti itu. Aku seakan pria yang tidak punya kharisma, pecundang tak tau malu yang mengincar harta dan hendak menumpang hidup pada istrinya. Jika bukan karena Husniah, ingin rasanya aku keluar lagi dari kantor ini. Lebih baik aku menjadi tukang bunga daripada di pandang sebelah mata oleh rekan-rekan kerja. Hanya Abbas yang tidak seperti itu, karena dia sudah tahu segalanya sejak awal. "Maafkan aku ya, Mas. Aku terlalu sibuk hingga mengabaikanmu beberapa minggu ini. Bahkan aku tidak tahu kamu dalam