“AYAH!” Teriak Arabelle terbangun dari mimpinya yang menyakitkan. “Ara, kau kenapa?.” Tanya Raefal yang ikut terbangun karena teriakan Arabelle. Arabelle mengambil napasnya dengan cepat, pandangannya mengedar dengan wajah basah yang di penuhi oleh air mata. Tangan Arabelle gemetar ketakutan seakan mimpinya adalah sesuatu yang nyata. “Ara, kau mimpi buruk?” Tanya Raefal yang memperhatikan kebingungan di wajah Arabelle. “Aku baik-baik saja, aku hanya merindukan Vivi” jawabnya seraya beranjak mengambil handponenya, langit di luar masih berada dalam kegelapan, jam di handpone Arabelle masih menunjukan pukul tiga dinihari. Kerisauan Arabelle membuatnya tidak bisa menunggu lama dan langsung memutuskan untuk menghubungi ayahnya. Melihat sikap Arabelle yang tidak biasa, Raefal ikut terjaga d