Chapter 3

1566 Kata
"Apa aku mengganggu?" Babas dan Al seketika melirik ke arah pintu dan mendapati Alya ada di sana sambil membawa dua buah buku. Wajah Alya nampak kusut, gadis itu berjalan mendekat, "Abang, bantuin Alya yang ini. Abang pintar bahasa inggris kan." rengek Alya yang sudah terlihat seperti gadis frustasi. "Dari tadi Alya cari-cari tapi nggak nemu juga maksud dari soalnya." Ia menyerahkan buku tugasnya pada Al. Melihat Alya butuh pengajaran dari Al, Bastian memutuskan untuk keluar. "Ya sudah, papa keluar dulu. Kalian silahkan belajar." "Untuk Al, ingat pesan papa tadi." Al mengangguk sembari tersenyum. Setelahnya Bastian keluar dari kamar sang anak. "Pesan apa bang?" tanya Alya penasaran. Alvaro menggeleng, "Anak kecil nggak boleh tahu." "Ck! Mulai deh. Yang paling sok dewasa. Abang pasti ada rencara sama papa ya?" Tebak Alya, Al menggeleng. "Lalu?" "Dek." "Hmmm." "Abang mau tanya." "Tanya apa?" "Kamu tahu kan kerjaan abang apa?" Alya mengangguk, "Tahu. Lalu?" "Lalu," Al meluruskan duduknya menghadap sang adik, "Gini, abang dapat misi rahasia lagi. Kali ini abang diminta usut kasus bulli di sekolah yang menyebabkan seorang siswi di sana bunuh diri." Alya nampak berpikir, "Kayaknya Alya pernah dengar kasus ini deh. Di SMA Nusatama ya? Yang siswinya bunuh diri, kabarnya sih karena alami perundungan." Al mengangguk. "Abang mau jadi gurunya?" Al menggeleng. "Lalu.?" Al menghela nafas berat, "Jadi siswanya." Jawab Al. Seketika Alya terdiam. Ia tak bicara sepatah katapun sampai beberapa detik. Namun setelahnya, kehebohan langsung terjadi. "Abang mau nyamar jadi siswa SMA? Di Nusatama? Gemoynyaaaaaa." teriak Alya antusias. Al menatap Alya horor. Gemoy? Gemoy dari mana? "Abang, abang itu udah kayak drama-drama Korea tahu nggak . Polisi yang nyamar jadi siswa SMA. Nanti jatuh cinta pada pandangan pertama sama siswi di sana, saling kejar dan mereka jadian. Ya Ampun manis bangeeeettt. Alya jadi penasaran sama endingnya. Apa abang bakalan punya pacar?? Iiiiihh so sweeettt." Ucap Alya yang kegirangan bukan main. Haaahh. Korban Korea ya begini. Al merasa salah bercerita. Bercerita pada Alya akan semakin memperburuk suasana. "Ngomong sama bocil ya gini. Oppaaa, BTS, oppaaa. Jongkok jongkok jong--" "Iiih! Abang. Apaan sih make acara serang biasnya Alya. Diserang Army sedunia baru tahu rasa. Lagian apaan dah, jongkok jongkok, Jungkook!" Tegas Alya kesal. "Nah Tu dia. Jungkook. Eh, kalau ngelihat wajah Abang yang tampan rupawan ini, pasti banyak yang beralih juga." "Dih! Pede.!" "Harus dong. Udah! kamu balik kamar sana.!" perintah Al. Alya yang diberi kode bahwa akan di usir, reflek langsung melirik tugasnya "Ini gimana?" Tanya Alya dengan wajah memelas. "Kamu bikinin Abang s**u coklat dulu, baru Abang buatin." "Adaaaaa aja bayarannya." Alya seketika mencibir kesal, namun gadis itu tetap beranjak dari duduknya dan berlalu menuju dapur. Saat Alya kembali ke kamar Al, ia dibuat takjub dengan tugasnya yang sudah selesai. "Uwaahh. Akhirnyaaa. Adek bisa tidur mimpiin Jungkook juga. Makasih abang. ini s**u coklatnya, selamat menikmati." Alya mengecup pipi Al dan beranjak pergi. Al hanya geleng-geleng kepala. Alya sampai di depan pintu kamar Al, "Abang.!" panggil Alya yang kembali membuat fokus Al hilang. "Hmm?" "Kalau Alya jadi abang, Alya akan usut tuntas kasusnya, sampai ke akar-akarnya. Jadi korban bulli itu menyakitkan. Hantamannya pada mental si korban. Bisa bikin depresi bahkan berujung kematian. Abang semangat dan hati-hati juga hadapi kasusnya." Setelah mengucapkan itu, Alya langsung keluar dari kamar Al meninggalkan Al sendirian dengan banyak pikiran di kepalanya. Ia menatap pintu yang tertutup itu cukup lama lalu tersenyum. "Thank's dek.." ucapnya pelan. ***** Satu Minggu sudah berlalu, hari di mana Alvaro akan masuk sekolah pun tiba. Alvaro turun dari lantai dua kamarnya menuju meja makan. Kali ini Al sudah lengkap dengan seragam sekolahnya. Sungguh ia terlihat sangat tampan. Apalagi kulit cerahnya itu, membuat ibu ibu sekomplek kebelet punya anak cewek lagi biar bisa dijodohkan sama Al. Kedatangan Al berhasil menjadikan dirinya pusat perhatian papa ,mama dan Alya. Dan jujur ia sangat risih. Al menarik satu kursi meja makan dan duduk di sana. Masih tak ingin melihat keluarganya, Al menyibukkan diri dengan mengambil sarapannya sendiri. Sampai suara yang memekakkan terdengar di telinganya. "Tampannyaaaaa." teriak Alya penuh semangat. Sungguh, Alya sudah seperti adik yang tergila-gila dengan ketampanan abangnya sendiri. Al mendadak kehilangan nafsu makan. "Bisa diam dulu nggak dek?" Alya menggeleng kuat. "Nggak bisa bang. Abang tampan banget. Kayak drama-drama Korea. Ya ampun oppa oppaable banget." Seru Alya. "Gini kali ya keuntungan punya wajah baby face. Udah macam Ahn Jae Hyun oppa, udah tua tapi masih kayak remaja umur 17 tahun. Al oppa saranghaeyo. muaachh muaachh.." Alya berlari lalu memeluk Al membuat abangnya itu semakin risih. "Apaan sih dek. Ini baru pagi. Abang mau sarapan ,jangan sampai nanti lagi jalanin misi, abang kelaparan. Abang salahin kamu." Alya melepaskan pelukannya lalu menatap Al dengan wajah cemberut. "Al Oppa kok gitu." "Ini apaan lagi? Oppa oppa. Panggil abang aja. Abang belum tua untuk kamu panggil Oppa." Alya seketika menatap Al kesal, "Oppa itu abang artinya bang. Itu bahasa Korea." "Sekarang kita di Indonesia. Jadi panggilnya abang aja." Alya menatap Babas dan Ara bergantian. Mereka tak berani ikut campur. Plaakk! Awwww, Al meringis saat bahunya dipukul keras oleh Alya. "Abang nyebelin.!!" Dengan raut cemberut, Alya kembali ke kursinya tadi. Al pun tak peduli. Ia kembali melanjutkan sarapannya. Ia harus menyiapkan mental untuk menghadapi harinya setelah ia keluar dari gerbang rumahnya nanti. Kenapa? Karena ia terlalu tampan untuk jadi anak SMA kembali. Ia masih trauma dengan cewek-cewek di SMA nya dulu. Gila-gilaan mengejarnya dan ia takut di SMA Nusatama juga seperti itu. "Kamu sudah siap dengan misimu nak?" tanya Ara sambil menyodorkan segelas s**u hangat pada Al. Al tersenyum manis pada wanita yang paling ia hormati itu, "Sudah Ma. Ini kerjaan Al. Ini tugas Al. Mau tak mau Al harus siap." Ara mengangguk lalu kembali duduk di kursinya. "Kamu harus semangat. Bantu mereka yang ingin mengungkap kebenaran di balik kematian anak mereka." Al mengangguk, "Harus ma." Al menatap sang adik yang masih cemberut, "Dek." "Hmm." "Kamu jangan beritahu siapa-siapa kalau abang nyamar ya. Jika ketemu abang di jalan, jangan di panggil abang." "Ck! Lalu dipanggil apa? Kang bakso? Kang rujak? Kang siomai?" "Alyaaa! Abang kamu serius." tegur Babas. Alya hanya nyengir kuda,! "Iya Alya tahu. Alya paham kok kerjaan abang. Siap Abang ku sayang, Rahasia aman terjaga. Tapi, hari ini abang harus anterin Alya dulu ke sekolah. Alya mau pamer gandeng cowok tampan, biar nggak dikatain jomblo terus." celetuk Alya. "Biasanya juga pergi sama Sania." "Ih abang. Masa tiap hari sama Saniaaaaa Mulu. Kan Alya mau juga lapor ke semua orang kalau Alya bisa gandeng cowok tampan." Al geleng-geleng kepala. Ia kembali melanjutkan makannya lalu setelahnya ia bersiap untuk berangkat. ***** Sudah seperempat jam Al menunggu Alya di teras rumah. "Buruann Dek!!" Al berteriak dari luar rumahnya lalu kembali melirik jam. Ia berdecak kesal karena Alya terlalu lama. "Deeekk!" teriaknya lagi. "Iya abang bentar!!" Alya berlarian ke luar sambil menenteng sepatunya. "Abang ih, nggak sabaran." "Belum selesai juga?" "Udah tadi. Cuma absen dulu. Setor pagi belum." ucap Alya sambil nyengir. Al sangat paham maksud 'setor' yang Alya katakan. Adiknya itu tak pernah absen untuk bongkar semua di toilet tiap pagi. Sungguh, Al iri dengan sistem pencernaan Alya. "Sudah!" Al menatap adiknya yang memang sudah siap. Alya berjalan duluan meninggalkan Al setelah abangnya itu lelah menunggu. Seketika Al mengumpat mengatakan Alya adik yang tak tahu terima kasih. "Abang. Buruan! Telat nih!!" teriak Alya tanpa rasa bersalah sedikitpun. Ia berdiri dengan kedua tangan dipinggang tepat di sebelah motor R25 Al. Al hanya bisa mengehela nafas. Untung Alya adiknya. Jika bukan, mungkin ia sudah melenyapkan gadis di depannya ini. Al berjalan tegas mendekati Alya, "Wuuuuu. Ganteng banget sih Bang Al." seru Alya yang sudah seratus persen kecanduan drama Korea. Al tak mempedulikan Alya sedikitpun. Ia dengan cepat naik ke atas motornya. Ia menyerahkan helm pada Alya. Sambil menunggu Alya mengenakan helm ,Alvaro memilih untuk menyalakan motornya terlebih dahulu. "Sudah." ucap Alya yang ternyata sudah naik di belakangnya. "Berat kamu berapa sih dek? Kok kamu naik ,abang nggak rasa ya." ejek Al yang seketika mendapatkan pukulan telak dari Alya. "Abang body shaming." teriak Al kesal. "Hahaha. Gitu aja marah." "Udah! Buruan jalan.!!" Al akhirnya menurut. Ia pun mulai melajukan motornya tersebut dengan kecepatan normal. Karena ia tak mau nantinya adik kecilnya ini mengadu pada mama dan papa. Tak terlalu jauh, Al pun akhirnya sampai di sekolah Alya. "Udah nyampe dek! Nyaman banget peluknya." ketus Al. Alya seketika mendekatkan mulutnya pada telinga Al, "Abang jangan keras-keras ngomongnya. Nanti orang-orang tahu kalau Alya ini adiknya abang." Al mengernyitkan keningnya bingung, "Emang kamu siapanya abang kalau bukan adik?" "Ck! Abang ini memang nggak peka, kelamaan jomblo sih ini kayaknya? Masa gitu aja nggak paham. Kan sekarang dramanya itu Alya lagi punya pacar. Pacar tampan ala oppa oppa Korea." Ck! Kurang kerjaan, Batin Al. "Udah turun sana! Abang harus kerja." Alya cemberut seketika. Ia ingin menggigit abangnya itu biar sakit sekalian. Dengan kesal, Alya turun dari motor Al, membuka helmnya dan menyerahkan pada Al. "Makasih ya." ucap Alya lembut membuat Al merinding. Al melirik ke sekeliling. Benar saja, ia dan adiknya sudah menjadi tontonan para siswa ,khususnya yang perempuan. Haaahh. Apa iya, dirinya harus pura-pura pacaran dengan adik sendiri. Oh tidak! Ia akan sangat merasa berdosa. "Hati-hati ya." balas Al akhirnya. Ia mengacak rambut Alya pelan membuat beberapa siswi bersorak. "Ya udah. Abang kerja dulu." Alya nyengir seketika, "Hati-hati abang." Setelahnya, Al menstater motornya kembali dan pergi dari sekolah Alya. Setelah Al tak terlihat lagi, Alya langsung dikerumuni oleh teman-teman gadis tersebut. Biasalah. Mereka pasti akan kepo seputaran Alya yang pergi bersama cowok. *****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN