SEMBILAN BELAS

909 Kata
Di sebuah lorong dengan pencayahaan minim, seorang pria bertubuh kecil terlihat sangat tergesa gesa. Kemudian sampailah ia di depan pintu besi yang sudah mulai berkarat di bagian bawahnya. Pria itu menari nafas kemudian mengetuk pintu besi itu dan langsung membukanya untuk menemui seseorang yang ada di dalam ruangan berpintu besi itu. "Bos, ini gawat. Kau harus melihatnya sendiri." ucap pria kecil itu. Pria yang ia ajak bicara adalah Derry. Tempat itu adalah markas persembunyian Derry dan komplotannya. Derry berkulit pucat dan memiliki mata dengan tatapan yang tajam. Tidak lupa berewok yang tumbuh di wajahnya membuat kesan dewasa di parasnya. Tahu ada sesuatu yang tidak normal, Derry mengikuti jalan pria kecil yang tadi menemuinya dengan tergesa gesa juga. Sampai pada akhirnya mereka berdiri di depan sebuah mobil bak tertutup tanpa supir. Kemudian si pria kecil membuka pintu bak belakang dengan paksa karna pintu itu dikunci. Betapa terkejutnya mereka melihat ada empat mayat yang berlumuran darah dengan luka sayatan benda tajam di leher para mayat tersebut. Ya, mayat tersebut adalah mayat antek anteknya yang dikirim ke wilayah Barat. Mayat yang baru saja ditangkap Nara dan dieksekusi di mansion milik keluarga Darion. Kedua tangan Derry mengepal sangat kuat, urat urat di pelipisnya bisa terlihat sangat jelas, wajahnya yang pucat terlihat berubah warna menjadi kemerahan. "Bersiaplah untuk peperangan, Nick. Kita harus menjemput Susan sebelum hal buruk terjadi kepadanya." Kata Derry, kepada pria kecil di sampingnya yang bernama Nick. "Baik, bos. Aku akan menghubungi yang lain." balas Nick, yang kemudian langsung pergi meninggalkan tempat itu dengan cepat. "Oh, Susan ku, aku harap kau baik baik saja." gumam Derry, sambil memperhatikan mayat mayat di dalam mobil itu. Di sisi lainnya, Finn menyetir sangat kencang bahkan hampir terbilang ugal ugalan demi bisa mencapai kota tempat tinggalnya dengan cepat. Ia sungguh tidak tahu masalah apa lagi yang akan menimpanya ketika ia memberitahu bahwa ia sudah membuat kekacauan dengan mengirim mayat mayat anak buah Derry kepada Derry sendiri tadi. Padahal ia hanya berniat ingin menggeretak Derry dan membuat dirinya diakui oleh orang orang bahwa ia seorang Darion juga. Ia hanya ingin seperti kakak kakaknya, ia ingin memiliki kekuasaan seperti Maximus Darion, ayahnya. Tapi ia salah langkah, ia tak memikirkan bahwa hal yang ia lakukan malah akan memicu sebuah perang besar. Beberapa saat kemudian ia sampai di halaman mansion. Ia turun dan berlari dari mobilnya dan masuk kedalam mansion besar itu. "Atlas, aku mohon ampunilah aku." ucapnya, sambil menangis nangis dan bersujud di kaki Atlas ketika berhasil menemukan kakak sulungnya itu. "Aku tidak menguburkan mayat mayat itu, Atlas. Aku menyuruh orang untuk mengirimnya ke Derry tadi. Aku mohon ampuni aku." lanjut Finn, tanpa berani mengangkat kepalanya yang masih berada di kaki Atlas. "SIALAN! KEMANA OTAKMU, FINN?!" Bentak Jack, yang langsung menarik baju Finn dengan sangat kasar sampai robek. Baru saja Jack ingin melayangkan bogemnya ke pipi adik bungsunya itu, tiba tiba Atlas menahan tangan Jack. "Ambilkan air minum." ucap Atlas, sangat dingin sambil menunjuk teko air yang ada di atas meja sudut ruangan. Jack dengan berat hati harus mengurungkan niatnya untuk menghajar Finn saat itu dan lebih memilih untuk menuruti perintah Atlas. Dengan wajah yang benar benar tidak berekspresi, Atlas membantu Finn berdiri dengan tegak. Ia bisa melihat bekas cekikan yang ada di leher adik bungsunya itu. "Atlas, aku...." BUUUAAAGGHHH!!!! Satu bogem mentah berhasil mendarat di pipi kiri Finn dengan sangat telak. Sangat telak sampai Finn tersungkur di lantai. Di sudut ruangan, Jack hanya diam mematung sambil memegang gelas berisi air minum. Selama hidupnya, baru kali ini ia melihat kakaknya menggunakan ototnya dibanding otaknya terlebih dahulu. Baru kali ini juga ia melihat kakaknya memukul adiknya seperti itu. Selama ini apapun kenakalan dan kesalahan dirinya dan Finn, pasti akan selalu dimaafkan Atlas tanpa memberikan hukuman dengan kekerasan. Tapi kali ini Jack benar benar seperti sedang tidak melihat Atlas yang biasanya. Kakak sulungnya benar benar murka saat itu juga. Setelah beberapa saat, Atlas memberikan gestur untuk menyuruh Jack memberikan air minum yang sudah ia tuang tadi kepadanya. Kemudian Atlas menarik nafas panjangnya dan meminum segelas air itu. Suasana hening seketika, tak ada yang berani bicara ketika Atlas hanya menatap keluar jendela, ke arah pohon apel yang mengingatkan dirinya pada adegan Nara memanah burung kecil 10 tahun yang lalu. "Bersiaplah untuk gencatan senjata, kita akan menerima tamu besok pagi." ucap Atlas, yang masih menatap pohon apel di halaman mansion itu. Dengan cekatan, Jack mengangguk dan langsung keluar dari ruangan itu sambil berlari untuk mengumpulkan semua anggota Black Hat. "Dan kau, aku belum selesai denganmu. Masuk ke kamarmu dan jangan buat kekacauan lagi!" perintah Atlas, kepada Finn yang masih memegangi pipinya dan mulai merasakan salah satu gigi gerahamnya bergoyang ingin lepas. Di dalam kamarnya, Finn duduk diatas kasurnya yang besar dan empuk sambil menghadap kearah cermin. Ia melihat bekas kemerahan dan sedikit darah di lehernya. Dengan takut takut ia menyentuh lehernya. Ia baru ingat jika ia hampir tewas tercekik oleh Susan. Kemudian teringat lagi bagaimana Nara berdiri di hadapannya sambil memegang kepala Susan yang sudah tewas dengan darah yang masih menetes netes. Pemuda itu mengacak acak rambutnya frustasi. Kemudian memandang keluar jendela yang mengarah ke halaman Mansion. Di dalam kegelapan malam, semua anggota Black Hat berkumpul. Jack membagikan senjata yang berbeda pada masing masing anggota. Lalu timbul lah sebuah ide baru di kepala Finn. Pemuda itu mulai berfikir, ia yang memulai semua ini, ia tidak mungkin diam saja di dalam kamarnya seperti ini. "Nara! Aku harus membantu Nara. Aku harus menyelesaikan semua ini, aku tidak akan diam saja disini sedangkan semua orang terlibat."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN