DUA PULUH SATU

1230 Kata
Sementara itu, Jack dan para anggota Black Hat lainnya sedang sibuk mengevakuasi seluruh warga kota. Setelah alarm tanda bahaya dibunyikan dan terdengar keras ke seluruh kota, para warga yang sudah terbiasa pun segera mengungsikan diri mereka dan keluarga mereka ke bunker yang sudah tersedia. Bungker bungker rahasia itu sengaja dibuat atas kebijakan ayah Darion bersaudara untuk melindungi warga kota ketika ada kerusuhan atau pertempuran yang terjadi. Keluarga Darion melindungi kota itu lebih baik dibanding walikota mereka dan polisi polisinya. Karna hal itulah di zaman kejayaan ayah dari keluarga Darion, warga memutuskan untuk tidak perlu memiliki walikota dan lebih memilih dilindungi oleh para anggota Black Hat yang berada di bawah naungan keluarga Darion. Sedangkam lembaga kepolisiannya lebih bertugas untuk pengayoman masyarakat, bukan untuk perlindungan masyarakat. Hal itu juga yang membuat para polisi di kota itu pun tunduk dengan kekuasaan keluarga Darion. Saat warga kota belum terevakuasi sepenuhnya, tiba tiba suara letusan senjata api terdengar dari kejauhan. "b******n!" umpat Jack. Pria kurus nan jangkung itu pun langsung mengokang senapannya dan bergerak menuju sumber suara diikuti beberapa anggota Black Hat, sedangkan sisanya tetap membantu evakuasi warga. Benar saja, Derry dan sekitar 100 lebih anggota kelompoknya sudah datang di kota itu. Saat itu hampir pagi, suasana masih agak gelap namun sudah ada secercah cahaya dari ufuk timur yang mengintip. "Mana Darion?!" tanya Derry, berteriak dari ujung jalan. Kini Derry dan kelompoknya sedang berhadap hadapan langsung dengan Jack dan anggota Black Hat di sebuah jalan lurus. Mereka sengaja menjaga jarak terlebih dahulu dengan berada di masing masing sisi jalan yang bersebrangan. "Aku Darion." jawab Jack, balik berteriak. "Aku tak ada urusan dengan mu. Urusanku dengan kakak mu." balas Derry, dengan nada meremehkan. Jack menarik nafas panjang dan melepaskannya, ia mencoba mengontrol emosi. Ia tak bisa berbuat gegabah dengan memulai pertempuran sebelum semua warga terevakuasi. "Hal yang pertama harus kau lakukan sebelum bertemu kakak ku adalah melangkahi mayatku." ucap Jack. "Oh, itu bukan masalah bagiku." balas Derry, lagi. Nafas Jack semakin cepat, emosinya mulai naik. Dari ketiga Darion, Jack lah yang paling mudah terprovokasi. Biasanya ia akan ditemani oleh Finn yang menahan dirinya ketika dirinya sudah mulai terprovokasi. Tapi adiknya itu sekarang sedang dalam masa hukuman sehingga ia harus sebisa mungkin menahan emosinya sendiri agar tidak meledak ledak. Saat sedang mencoba untuk mengatur dan menahan emosinya, tiba tiba ada seorang anggota Black Hat yang baru datang berlari mendekat kearah Jack. Hal itu sontak membuat semua anak buah Derry mengangkat senjatanya. Tapi mereka menurunkannya lagi setelah melihat isyarat tangan Derry yang menyuruh mereka untuk menahan serangan mereka. "Semua sudah aman di bunker, Mr. Darion." bisik anggota Black Hat itu, di telinga Jack. "Kau yakin?" tanya Jack. Pria bertopi fedora itu mengangguk yakin dan kembali mundur ke barisan belakang. Kemudian Jack pun mengecek jam tangan yang terikat di lengan kirinya yang ternyata sudah menunjukan pukul 6 pagi. "Selamat datang di kota kami." DUUUUAAAARRRR!!!!!! Tepat setelah Jack mengatakan kalimat sambutannya, sebuah bom yang tepat berada di belakang kelompok Derry meledak. Hal itu membuat sebagian anak buah Derry terluka akibat ledakan itu. Ledakan itu juga membuat semua anak buah Derry menyebar ke seluruh kota dan tentu saja langsung diburu oleh para anggota Black Hat. Terjadilah baku tembak di seluruh kota kecil itu. Para anggota Black Hat seperti kesetanan. Mereka seperti para pemburu yang sedang memburu mangsanya, sedangkan anak buah Derry seperti belut yang licin, itu membuat beberapa anggota Black Hat sedikit kesulitan untuk menangkap buruan mereka. Setelah baku tembak dimulai dan semua orang memencar, yang menjadi target Jack hanya Derry. Ia harus fokus pada pimpinan kelompok musuhnya itu. Tapi persis seperti anak buahnya, Derry juga mahir dalam menghindar. Beberapa kali Jack terpaksa meladeni anak buah Derry yang lainnya sehingga Derry sempat lepas dari fokus Jack. "Sial! Kemana dia?!" kata Jack, kesal. Derry hilang dari pandangannya, tapi Derry juga tak mungkin kabur dan mundur dari pertempuran. Jack yakin Derry memiliki rencana lain. "Sebagian ikut aku!" titah Jack, kepada anggota Black Hat yang ada di sekitarnya. Mengikuti perintah pemimpin mereka, Jack dan lima orang anggota Black Hat kini berlari menuju mansion. Baginya, membantai anggota kelompok musuh memang sangat penting. Tapi menjamin keselamatan kakak dan adiknya yang kini berada di mansion lebih penting. Sementara itu di salah satu ruangan mansion, Atlas sedang berdiri di depan sebuah meja besar yang berada di tengah tengah ruangan. Diatas meja itu terdapat gambar peta yang menggambarkan tata ruang kota itu. Diatasnya juga ada pion pion untuk memudahkan mengatur strategi penyerangan maupun pertahanan. Atlas menatap peta itu tanpa sepatah kata pun. Dinginnya udara pagi itu membuat tanggannya sedikit kebas. Tak biasanya wilayah Barat sedingin itu, begitu pikirnya. Ia harus bisa fokus mengatur strategi dan menyiapkan strategi lainnya jika strategi pertamanya tak berjalan lancar. Ia menandai beberapa titik dengan meletakan pion pion kecil diatasnya. Sesekali ia juga menggeser pion dengan warna berbeda ke tempat lainnya. Sebisa mungkin ia mencoba untuk fokus, tapi pikirannya selalu mengarah ke Nara. Ia tahu seharusnya tak perlu khawatir dengan gadis itu karna ia tahu Nara adalah gadis yang kuat dan tak sebanding dengan Susan. Tapi sampai saat ini ia belum mendapat kabar dari Nara apa yang terjadi dan bagaimana kondisinya. "Ayolah, kau tidak boleh seperti ini, Atlas!" teriak Atlas, dalam hati. Sedangkan di ruangan lainnya, Finn masih berkutat dengan perkakasnya. Ia mencoba untuk membobol pintu kamarnya sendiri yang dikunci dari luar oleh Atlas. "Sialan! Aku bukan anak bocah 5 tahun lagi! Kenapa aku dikunci seperti ini ketika yang lain bertempur?!" teriak Finn marah, sambil menendang nendang pintu kamarnya yang terbuat dari kayu tebal. Saat sedang mengumpulkan tenaganya kembali sehabis menghajar pintu kamarnya sendiri, ia menatap ke jendela. Ia pun melongok bawah dari balkon kamarnya. Tapi ia tak mungkin melompat kabur dari sana karna kamarnya terletak di lantai tiga bangunan itu. "Kenapa aku bodoh sekali?!" ucapnya, sambil menarik laci lemari yang ada di kamarnya. Di dalam laci itu ada gulungan tali yang cukup panjang. Finn mengikatkan salah satu sisi tali tambang itu ke besi balkon kamarnya lalu melempar tali itu kebawah. Namun sayang, tali itu tidak cukup untuk sampai dibawah. Ujung tali itu hanya sampai di lantai kedua bangunan mansion, masih sangat jauh untuk sampai kebawah. Terlebih lagi di temboknya tak ada pijakan untuk menahan tubuh Finn. Jika ia terjatuh, sudah dipastikan kemungkinan besar resikonya adalah patah tulang. Tapi Finn tetap lah Finn, pemuda nekat dan tak peduli resiko apa yang akan menimpanya nanti. Saat ini ia hanya berfikiran untuk kabur dari kamarnya dan ikut serta dalam pertempuran. Nekat, ia pun turun perlahan menggunakan tali itu. Beberapa kali kakinya terpeleset dari tumpuan yang membuat telapak tangannya lecet tergores permukaan tali. Saat sedang menahan dirinya agar tak terpeleset lagi, tiba tiba ada peluru yang melesat hampir mengenai Finn. Finn pun langsung menengok ke sekitarnya untuk mencari sumber peluru itu. Tapi sejauh matanya memandang, ia tak mendapatkan sumbernya. "Ini tidak mungkin peluru nyasar." batinnya. Perasaannya tak enak, Finn pun mencoba secepat mungkin turun ke bawah. Tapi tiba tiba ada sebuah peluru lagi yang melesat ke arahnya. Kali ini peluru itu tepat terkena betis kanannya. Sakit, hanya itu yang Finn rasakan di kakinya. Darahnya menetes deras ke bawah. Tak kuasa menahan sakitnya, Finn yang sudah lemas malah melepaskan cengkraman tangannya dari tali. Finn pun terjatuh kebawah dengan sangat keras, ia bisa merasakan sakit di tubuhnya ketika menghantam tanah. Sepertinya beberapa tulangnya patah. Pandangannya pun berputar putar membuat kepalanya sakit. Sesaat kemudian ia pun pingsan, tapi ia tiba tiba merasakan ada dua orang yang menyeretnya menjauh dari tampat itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN