GGS (Ganteng-Ganteng Sialan)

1113 Kata
Sebelumnya di Always Forever ... "Apakah dia dosen pengganti pak Marcel sementara?" "Aku pikir bukan, karena kelihatannya dia lebih mirip model ketimbang dosen. Lihatlah tubuhnya yang tegap!" "Ah, ya. Kamu benar. Aku terka dibalik kemeja yang dikenakannya terdapat roti sobek yang susa ditolak." "Setuju, tapi aku pikir, Dev. Kamu sedikit salah, dia tidak mirip model melaikan terlihat seperti jodohku." Bisik-bisik beberapa mahasiswi sambil menatap kagum terhadap sosok didepan mereka. Kelihatannya mempelajari tentang dosen dihadapan mereka lebih mengasikkan ketimbang mempelajari atau membahas materi kuliah yang disampaikan. ### "Bisa kita mulai materi kuliahnya?!!" Tanya laki-laki yang merebut perhatian kaum hawa sejak dia masuk. Merupakan dosen pengganti dosen mereka yang sedang cuti. "Nggak ada sesi perkenalannya Pak?" Celetuk Manda tersenyum mengeluarkan sejuta pesonanya demi menarik perhatian sang dosen pengganti itu. "Iya, nih Pak. Kalau tak kenal maka nanti gimana mau nyerahin tugas?" Timpal Alisyah yang sesungguhnya juga ikut terpesona melihat ketampanan dosennya dengan tubuh bag dewa yunani. Melupakan kegiatannya memegang kerah kemejanya. Alhasil dia menjadi objek tatapan liar para mahasiswa berengsek. "Baiklah, nama saya Azka Darmawan dan selama beberapa pertemuan kedepan saya akan mengisi mata kuliah Pak Marcel sampai beliau kembali." Azka dinginnya tak terlalu suka dengan sesi itu. Terlebih lagi hal itu makin memanjang. "Bapak masih single atau punya pasangan?" "Bapak mantan model, ya!" "Tipikal cewel idaman Bapak yang bagaimana? Yang rambutnya legam panjang sebahu, sepinggang atau yang kulitnya putih, eksotis, atau yang seperti apa, Pak??" "Bapak kenapa bisa ganteng bangat?" "Bapak usianya berapa? Kok masih kelihatan muda ..." Pertanyaan terakhir membuat Alisyah menimpuk orang yang melontarkannya dengan buku. "Itu karena dia enggak tua, Gea oon!" Kesal Alisyah tanpa sadar makin membuat kancing kemeja teratas yang terbuka, kian terbuka makin memperlihatkan area terlarangnya. Lalu tiba-tiba entah kenapa Pak memelototi Alisyah tak suka seraya mengeram marah. "Haraf bagi saudari yang duduk dibaris kedua sebelah pinggir keluar dari kelas saya!!" Tegasnya dingin dengan pandangan tak lepas dari Alisyah. Bersamaan dengan hal itu Alisyah merubah haluannya, dari yang tadinya ikut kagum akan pesona ketampanan Pak Azka kini jadi muak melihatnya. Tentu saja, tiada hujan tiada badai, kenapa begitu diusir tanpa sebab. "Maaf Pak, tapi kenapa saya keluar. Salah saya apa?" Alisyah menuntut penjelasan tak terima diusir dari kelas begitu saja. "Keluar dari kelas saya sekarang atau kedepannya kamu tak perlu masuk!" Peringat Pak Azka mengabaikan pertanyaan Alisyah. Detik itu juga tanpa protes lagi dengan cemberut Alisyah meraih tasnya, lalu melangkah meninggalkan kelas diiringi tatapan heran bercampur iba dari teman-temannya para mahasiswa. ### "Kurang ajar dasar dosen GGS, ganteng ganteng sialan, ganteng ganteng siluman!" Geram Alisyah masih kesal, padahal dari tadi dia sudah mengademkan dirinya dengan meminum jus pesanannya dikantin fakultas sampai habis. Lantas dia memesan lagi dan menyeruputnya sampai habis. Begitu seterusnya hingga tiga kali dilakukan secara berulang kali. Lalu tiba-tiba dia merasakan sesuatu memukul kepalanya dan Alisyah berbalik untuk mengemeli pelakunya, tapi urung karena sesuatu membuatnya terlonjak kaget. Disusul dengan tangannya yang dicengkeram erat lalu menyeret paksa agar dirinya berdiri dan mengikuti pelakunya pergi dari lokasi kantin tersebut. Beruntung saat itu keadaanya tergolong sepi akibat masih jam kuliah pagi, sehingga hanya terlihat beberapa mahasiswa semester atas yang sedang skripsi yang berkeliaran. Dan menyebabkan keduanya bebas dari pusat perhatian. "Saya pikir setelah saya keluarkan dari kelas kamu akan menyadari kesalahanmu. Tetapi, dikantin kamu malah bersantai!" Geram Azka tak habis pikir menyaksikan kelakuan Alisyah. "Kesalahan yang mana, bisakah Pak Azka menjelaskannya agar saja mengetahuinya dan merubah diri memperbaikinya." Alisyah menjawab dengan sopan meski kekesalannya sudah dipuncak tahap mau meledak, tapi dia masih mampu menahan diri. Brakk! Tepat sampai tujuan, Azka menghempaskan Alisyah masuk ke dalam ruang kerjanya tak lupa dia menguncinya setelah dirinya ikut masuk. Lantas langsung saja menatap Alisyah penuh intimidasi dan dinginnya. Sontak saja membuat Alisyah jadi takut lalu meringis membayangkan hal buruk dan membuatnya begidik ngeri. "Kenapa, kamu takut?" Tanya Azka menyeringai iblis makin menakuti Alisyah. "Kalau takut lain kali jangan mengumbar area terlarangmu. Apa kamu tahu kemejamu yang terbuka membuat laki-laki berpikiran kotor tentangmu!" Omel Azka membuat Alisyah tersadar dan segera memegang leher kemejanya. "Sudah sadar kancing teratas kemejamu terbuka? Ch, dari tadi kemana perhatianmu dan bagaimana kamu begitu bodoh mengenakan kemeja yang kancingnya rusak!" "Asal Bapak tau saja saya juga tak akan mengenakan kemeja ini jika seandainya pakaiannya saja tak kotor," ungkap Alisyah menjelaskan. "Itu lebih baik." "Apa maksud Bapak?" Tanya Alisyah dengan suara naik beberapa oktaf. "Bapak pikir saya gila, mengenakan kemeja kotor?!!" "Lalu kenapa? Itu lebih baikkan dari pada orang berpikir kamu perempuan kotor!" Balas Azka entengnya tak bersalah. Alisyah menceletukkan giginya mengeram kesal. "Maksud Bapak apa? Jangan kurang ajar, ya." "Mana ada anak perawan yang gak ketakutan dalam keadaan berduaan diruangan bersama pria. Gimana kalo tergoda orang ketiga Setan gimana." Jelas Alisyah. Tapi bukannya mendengarkan penjelasan dari Alisyah, Azka malah mengabaikannya dan beranjak ke kamar mandi diruangnya. "Lupakan dan ingatlah mulai detik ini kamu jadi asisten saya." Lanjut Azka dengan suara tegas tanpa mau dibantah. "Apa-apaan ini! Gak bisa gitu dong Pak. Seenaknya saja." Protes Alisyah cepat. "Tentu bisa, saya dosen dan kampus ini milik saya. Jadi mau gimana ya bisa saja terserah saya. Kalau kamu tak mau tak apa, tapi besok jangan kaget kalau kamu menerima surat drop out dari kampus ini." "Apa? Kenapa Bapak bisa seenaknya begitu ..." "Berhenti protes atau kamu memang ingin di drop out, ya." Lagi-lagi Azka tak memperdulikan pertanyaannya juga protesannya. "Sebagai hukumanmu bersihkan ruangan ini jangan sampai secerca abupun ada disini. Ingat sampai bersih!! Jika sampai saya kembali nanti belum bersih kamu akan saya drop out secepatnya. Alisyah mengangguk patuh, dia tak punya pilihankan. Sementara Azka setelah mengatakan hal itu membuka kunci ruangannya lantas keluar tak lupa menguncinya balik dari luar. Membuat Alisyah melotot tak menduganya. Bahwa dirinya terkurung dalam ruang kerja dosen pengganti yang baru beberapa saat lalu dikenalnya. Namun, lihatlah dia sudah tetlibat beberapa insiden. Seolah terjebak sial hari ini. "Buka pintumya Pak Azka!" Teriaknya dari dalam, tapi sayangnya dia tak tahu bahwa ruangan itu kedap suara. Sehingga berapa keras pun dia berteriak takkan kedengaran keluar ruangan. ### Azka beberapa kali meyugar sambil sesekali meremas rambutnya. Tak habis pikir dengan aksinya sendiri. Bagaimana bisa dia begitu peduli pada mahasiswanya sendiri, padahal mereka baru saling mengenal beberapa saat lalu bahkan dia belum tahu siapa namanya. Terlebih lagi bagian dia yang tiba-tiba saja seperti seorang kekasih yang marah ketika mahasiswinya itu dipandang secara liar oleh kaumnya akibat beberapa kancing kemeja gadis itu yang tanpa disadari empunya terbuka. Lalu apa-apaan yang telah lakukannya, menyeret mahasiswinya dari kantin masuk keruangannya dan mengurungnya disana karena takut gadis itu jadi objek tatapan lapar kaumnya berkelakuan b***t. Dan anehnya perasaan ini baru pertama kalinya Azka rasakan kepada wanita sepanjang umurnya. Pada mantan pacarnya dulu dia tak begini. "Aarrgghh, s**t!" frustasi Azka bingung dengan kelakuannya sendiri. ### TO BE CONTINUED
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN