Pertemuan
"Mah bukankah zaman sudah modern, kenapa mama mau menjodohkan aku dengan gadis asing itu" ucap abiyan saat sang ibu ingin menjodohkannya. Umur abiyan memang sudah matang, di umurnya yang 31 tahun dia belum memiliki pasangan. Abiyan masih terpasung oleh mantan kekasih yang meninggal karena kecelakaan. Hal itu juga yang membuat abiyan enggan menjalin hubungan atau menikah. Abiyan kehilangan cintanya, kekasih hatinya, dan belahan jiwanya. Segala asa yang ingin abiyan arungin bersama kekasihnya pupus karena meninggalnya sang kekasih, yang paling membuatnya marah adalah karena sang pelaku belum juga tertangkap.
"Mau umur berapa kamu nikah yan? liat temenmu banyak yang udah punya anak" ucap Dini ibu abiyan. Dini juga sudah ingin menggendong cucu seperti sahabat sahabatnya yang lain.
Abiyan menghela nafas saat pertanyaan itu terlontar "mah bukan gitu... " abiyan dengan nada lemah.
"Bukan gitu gimana? kamu itu harus keluar dari masa lalu, yan kamu juga harus mencari masa depan kamu" ucap dini dengan suara lirih. "nanti malam kamu harus datang ya"
"Iya abiyan usahakan, abiyan berangkat dulu ya ma" Abiyan bergegas pamit untuk berangkat kerja.
Sebelum datang ke acara pertemuan keluarga abiyan datang ke makam sang mantan pacar "bi? mama mau jodohin aku dengan anak temannya, tapi aku ga bisa bi. Karena aku maunya sama kamu bukan orang lain bi, aku harus gimana bi aku ga bisa" ucap abiyan sambil menangis.
"Bi aku janji ga akan ada orang yang bisa gantiin posisi kamu, aku janji bi. Aku pamit dulu ya bi, besok aku usahakan kesini lagi" abiyan bangkit dan mulai berjalan pergi.
Sampainya di mobil abiyan menghela nafas, setelah itu menjalankan mobilnya ke acara pertemuan itu. Abiyan dengan segala pikiran yang membuat pusing malam itu.
Bu dini berjalan menghampiri Abiyan, sambil menggandeng abiyan untuk duduk "ini loh abiyan anakku, abiyan ini nara. nara anaknya tante ajeng, ayo kenalan" suruh bu dini.
"Halo mas? saya nara" ucap nara sambil tersenyum manis. "Saya abiyan" balas abiyan dengan muka datarnya.