Part 4

478 Kata
Pov Cery Aku masih mencari - cari Caroline di kawasan ini, lama - kelamaan aku merasa lelah dan akhirnya beristirahat sebentar di sebuah pohon besar, mataku menatap ke langit malam yang begitu menakutkan, lambat laun aku merasa mengantuk tapi disisi lain aku merasa ada yang mengawasi diriku dari kejauhan. Aku berdiri lalu melangkahkan kakiku mencari dedaunan sebagai alas aku tidur, meski seadanya tapi aku yang terpenting saat ini adalah aku bisa tidur dengan nyenyak untuk sementara waktu, kurebahkan tubuhku pada dedaunan ini lalu perlahan demi perlahan aku memejamkan mataku. Baru beberapa menit aku merebahkan tubuhku aku mendengar lolongan serigala "auuuuuuu," kudekap tubuhku yang bergidik akan suara itu sekaligus karena udara malam yang memang dingin, kulihat tidak jauh dariku ada seekor serigala, aku meneguk salivaku sebagai tanda bahwa aku ketakutan. Aku mulai berdiri tapi karena efek dari kebodohanku aku menginjak sebuah ranting yang membuat perhatian serigala itu terpusat pada diriku "kurasa aku harus lari," monologku pada diriku sendiri, saat itu juga aku berlari dengan kekuatan penuh karena serigala itu mengejarku disertai auman serigalanya. Beberapa menit kemudian aku menghentikan lariku dan menatap ke belakang, ternyata serigala itu sudah tidak terlihat tapi aku masih bisa mendengar aumannya, kulihat di depanku ada bongkahan batu besar yang bisa aku jadikan sebagai tempat persembunyian, aku pun bersembunyi di belakang batu itu sambil menggumamkan doa agar serigala itu tidak menyadari keberadaanku. Tiba-tiba serigala itu sudah berada di depan batu ini tapi sepertinya serigala itu tidak menyadari keberadaanku, hingga kemudian serigala itu pergi dengan sendirinya sedangkan aku menghembuskan nafas lega "syukurlah," ucapku yang lagi-lagi berbicara sendiri. Entah apa yang kupikirkan sampai aku memutuskan untuk tidur di belakang batu ini, mataku terpejam tapi sebelum itu aku merasa ada seseorang yang mendekap tubuhku, rasa kantuk yang mendera membuatku tidak berdaya. ***** Aku membuka mataku saat kudengar kicauan burung yang begitu merdu, tapi ada yang aneh yaitu sebuah tangan yang memelukku dengan erat, kulihat siapa pemilik tangan ini dan ternyata tangan yang memelukku ini ada milik dari seorang pria tampan, tanpa berpikir dua kali aku menyentuh wajah tampan di depan mukaku ini.   "Tampan."   "Aku memang tampan," aku tersentak saat melihat mata dari pria tampan di depanku ini terbuka, aku berusaha menjauhkan tanganku tapi dia menahannya, tanpa keraguan dia mengecup tanganku dengan lembut. "Aku berada dimana?" "Kau berada di kastil dimana kau memang harus berada ratu." "Apa maksudmu?" "Aku tidak dapat menjelaskan semuanya saat ini karena aku harus pergi." Saat dia akan beranjak pergi aku memanggilnya "kenapa aku harus berada disini? "Karena kau harus memberiku sebuah nama, asal kau tahu mate, aku tidak memiliki nama dan hanya kau yang bisa memberiku sebuah nama, jadi sebaiknya kau persiapkan sebuah nama untukku." Pria tampan itu bangun dan meninggalkan aku dikamar dengan arsitektur mewah ini sendirian, aku masih terpaku dengan segala hal yang menimpaku tetapi entah mengapa aku tidak marah pada pria yang sudah berani-beraninya membawaku ke sini. Bolehkah aku berteriak saat ini?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN