"Kamu menjadi tanggung jawabku sekarang," Gala menatap Aya. "Je-jelaskan maksudmu?" Aya bingung sendiri. "Aku, aku, bisa saja... Mmm... Menikahimu," Gala terlihat merah padam. Aya terkaget kaget. Tapi kemudian tertawa. Aya terbahak bahak dan tak bisa berhenti. Air mata sedihnya berubah menjadi air mata gembira. "Ke-kenapa kamu tertawa?" Gala mengerutkan keningnya. Aya berhenti tertawa, "Ka-kamu tidak perlu menikahiku. Apalagi karena rasa bersalah." Gala menggaruk rambutnya. Ia hanya diam memperhatikan Aya. "Terima kasih sudah meminta maaf. Aku akan memikirkan terlebih dahulu, apa kamu layak mendapatkan maaf dariku atau tidak," Aya tersenyum. "Suka suka kamu. Sudah! Kita makan sekarang!" Gala berbalik dan bicara dengan ketus. Aya pun mengikuti Gala di belakangnya. Setibanya