Part 6 - Kamila
Setelah di periksa di lab rumah sakit. Ternyata Riyan positive kena typus. Riyan harus kembali di rawat di rumah sakit. Aliya tidak mau hal buruk menimpa kakak kesayangannya. Dengan setia Aliya menemani Riyan di rumah sakit. Bukan hanya Aliya saja. Tapi ada bik Sumi dan pak Maman yang bergantian dengan Aliya. Untuk menjaga Riyan.
Setelah tiga hari mendapatkan perwatan. Akhirnya Riyan membaik dan di izinkan pulang juga. Sudah bosan rasanya, ia bolak balik rumah sakit terus. Ini karena gara-gara sistem imun Riyan yang terlalu lemah. Kecapean sedikit, Riyan langsung sakit. Riyan benci sekali dengan tubuhnya. Kenapa dia engga bisa punya tubuh sehat, seperti orang lain? Hal itu terus Riyan pikirkan.
Riyan benci, kalau harus sakit dan merepotkan semua orang. Bahkan membuat cemas semua orang. Riyan selalu berusaha menyembunyikan rasa sakitnya. Tapi tak berhasil. Aliya selalu tau, kalau kakaknya sedang sakit. Mungkin kontak batin antara adik dan kakaknya sangat kuat. Sehingga Aliya merasakan hal aneh, ketika kakaknya sakit.
Hari ini Riyan ada janji dengan pacarnya. Riyan mempunyai pacar. Namanya Kamila. Sudah tiga hari Riyan tidak bertemu Kamila. Riyan sebgaja tidak memberi tau Kamila soal ini. Riyan juga sengaja mematikan ponselnya. Kamila pasti berusaha menghubungi Riyan.Mereka sudah pacaran hampir tiga tahun. Pokoknya saat Riyan masuk kuliah saja. Riyan bertemu dengan Kamila saat pertama ospek. Saat itu Riyan melihat Kamila di bully kakak tingkat, karena Kamila memakai make up saat ospek. Padahal mahasiswa baru di larang untuk berdandan. Tapi Kamila tetap saja bersi kukuh untuk berdandan. Makannya ia kena bully kakak tingkatnya.
Riyan menolong Kamila dari bullyan kakak tingkatnya. Riyan membantu melaporkan kelakuan kakak tingkatnya pada dosen. Otomatis si kakak tingkat itu kena hukuman. Kamila tau itu semua perbuatan Riyan. Sampai Riyan juga harus mendapatkan bullyan dari kakak tingkatnya.
Semenjak itu mereka saling dekat satu sama lain. Kamila jatuh cinta pada Riyan. Karena Riyan telah menolong Kamila di saat itu. Kamila sangat bersyukur, bisa kenal sama Riyan. Riyan itu sangat baik, perhatian dan penyang. Riyan juga tidak pernah marah. Bahkan, kalau Kamila minta ini itu selalu di turuti. Dan sampai keenakan sampai sekarang. Kamlia yang sekarang seperti hanya memangfaatkan kekayaan Riyan. Ia selalu berbelanja banyak, jika jalan-jalan bersama Riyan. Kamila jadi matre. Dia juga selalu mengancam Riyan putus, kalau keinginannya tidak terpenuhi. Kamila juga jadi pandai berbohonh. Demi untuk mendapatkan uang darj Riyan. Riyan itu seperti bank berjalannya Kamila. Bisa di ambil kapan saja, saat Kamila butuh. Dan Kamila pun menikmatinya.
Entah Riyan yang terlalu cinta. Atau memang dasarnya Riyan yang bodoh. Ia selalu saja mengikuti apa yang Kamila mau. Riyan tidak pernah mengeluh. Saking cintanya pada Kamila. Riyan sampai rela menghabiskan uangya, oleh Kamila. Pada hal akhir-akhir ini Kamila selalu terdengar buruk, di mata teman-teman kampusnya. Malah sempat terdengar kabar burung, kalau Kamila itu selingkuh di belakang Riyan. Tapi Riyan tidak percaya. Karena sebelum Riyan melihat dengan mata kepala sendiri. Riyan belum percaya sepenuhnya. Jadi Riyan masih percaya pada Kamila di bandingan apa kata orang. Karena Riyan sudah terlanjur sayang pada Kamila. Riyan tidak boleh menjadi kekasih yang cemburuan. Riyan juga tidak mau menanyakan, hal yang sebetulnya belum benar adanya. Riyan paling menghindari pertengkaran di antara mereka. Sekesal apapun Riyan harus menagannya. Karena Riyan sangat menyayangi Kamila.
Ponsel Riyan berbunyi tanda panggilan masuk. Di layar ponselnya tertera nama Kamila. Riyan langsung menangkat teleponnya sambil menyetir.
"Hallo kamu udah di mana sayang?" tanya Kamila.
"Aku udah mau sampai rumah kamu kok. Kamu udah siap kan?" tinggal beberapa belokan lagi, Riyan sampai ke rumah Kamila. Riyan sengaja selalu ngaret, kalau jemput Kamila. Soalnya Kamilanya sendiri suka ngaret. Janjian empat. Berangkat jam enam kadang. Kamila itu dandannya lama banget. Paling cepet satu jam. Entah apa saja yang di tempelkan di wajahnya Kamila. Sampai harus memakan waktu berjam-jam. Riyan tidak mengerti. Padahal kalau tidak dandan. Cewek itu selalu cantik kok. Malah lebih bagus natural. Sayangnya, Kamila tidak bisa keluar tanpa make up. Riyan pernah lihat beberapa kali, wajahnya Kamila tanpa make up. Wajahnya tetep cantik kok meski tanpa make up. Memang sulit, kalau biasanya dandan. Ini engga dandan. Berasa ada yang kurang lengkap, kalau engga dandan. Lagi sakit saja, Kamila masih sempatkan untuk dandan.
Riyan tiba di depan rumah Kamila. Riyan langsung bemberikan kode. Iya membunyikan klakson mobinya dua kali. Kamila sudah mengerti kode itu. Tak lama dari klakson mobil Riyan di bunyikan. Kamila langsung ke luar rumah. Kamila langsung duduk di samping Riyan.
"Tumben telat jemput, biasanya nunggu aku dandan dulu," ujar Kamila. Memprotes keterlambatannya Riyan saat ini.Ya, biasanya Riyan selalu menunggu Kamila dandan dulu. Kalau mau pergi. Tadi Riyan memang sedang malas saja. Jadi Riyan sengaja datang terlambat. Faktor lainnya, karena kondisi Riyan baru saja sembuh dari typus. Baru pulang dari rumah sakit udah di suruh apel. Syukurnya hanya tiga hari saja Riyan di rawat. Kondisinya memang sudah stabil. Tapi Riyan juga engga boleh terlalu cape. Takutnya ambruk lagi. Biasanya, kalau seperti itu. Akan Fatal akibatnya. Jadi Riyan sengaja datang telat.
"Engga apa-apa kok, Mil. Yuk! Mau kemana dulu kita sekarang?" tanya Riyan. Dia tidak mau membahas mengenai keterlambatannya, menjemput Kamila. Bisa jadi panjang, kalau di bahas Kamila. Engga akan habis sejam sampai dua jam.
"Belanja dulu yah sayang. Biasa ke mall dulu. Abis itu ke salon deh. Engga apa-apa kan sayang? Kamu kemaren tiga hari kemana? Aku tanya ke Aliya. Kata Aliya kamu sakit. Kenapa hape kamu mati lagi? Sekarang kamu udah sehat kan?" berondong pertanyaan Kamila lontarkan. Riyan bingung harus jawab yang mana dulu. Riyan memang sengaja tidak memberitahukan Kamila, kalau dia sakit. Riyan tidak mau, kalau sampai Kamila cemas. Jadi dia memilih untuk diam. Eh ternyata malah tau dari Aliya. Padahal Riyan sudah mewanti-wanti. Agar Aliya tidak memberi tahu pada Kamila. Mengenai dirinya kena typus.
"Udah sembuh kok. Aku cuma kena typus aja," singkat Riyan.
"Typus lagi? Berarti kamu udah tiga kali kena typus? Dan tiga kali pula, kamu engga bilang sama aku. Kemarin di rawat lagi?" damprat Kamila. Keliatan sekali, kalau Kamila marah. Riyan sudah mulai merahasiakan sesuatu dari dirinya.
"Mil, aku udah engga apa-apa kok. Ya udah yuk kita jalan aja. Kapan jalannya, kalo kamu nanya terus," Riyan menstater mobilnya. Kemudian mobilnya melesat cepat menuju mall.
"Tereserah deh. Aku kan cuma khawatir kamu sakit," ujarnya datar.
"Iya maaf, Mil. Aku memang salah, karena engga ngasih tau. Ini yang aku engga mau, Mil. Membuat kamu khawatir. Jadi ya udah yah. Aku sekarang udah sembuh, jadi kamu engga usah khawatir," Riyan mengenggam tangan Kamila menggunakan tangan kirinya. Sementara tangan kanannya, masih fokus ke stir mobilnya. Ia tak mau masalah ini menjadu besar.
"Iya sayang. Jangan sampe deh kamu sakit parah," amarah Kamila mulai mencair.
"Emang kenapa, kalo misalnya aku sakit parah?" tanya Riyan penasaran. Riyan ingin tau jawaban dari Kamila.
"Aku bakalan ninggalin kamu, ngapain aku pacaran sama orang penyakitan!" jawab Kamila santai. Engga tau apa, bisa saja Riyan tersinggung dengan ucapannya.
Deg!
Jawaban Kamila membuat jantung Riyan bergetar. Pikiriannyapun menjadi kemana-mana. Riyan takut, kalau sampai di tinggalkan oleh Kamila. Karena Riyan sayang pada Kamila. Sepertinya Kamila, sangat benci pada orang yang penyakitan. Padahal kan kalau sakit bisa di obatin. Engga perlu di tinggalin. Atau mungkin memang Kamila, engga mau ngurusin orang sakit. Karena pastinya akan ribet dan nguras waktu. Gimana nasibnya Riyan, kalau nanti di tinggalkan oleh Kamila? Riyan emang suka gampang sakit-sakitan. Apakah Kamila akan meninggalkan juga? Apa Kamila akan tega putus sama Riyan, gara-gara Riyan sering sakit-sakitan? Pertanyaan itu terus berkecambuk di dalam pikiran Riyan. Riyan jadi sedikit tidak konsentrasi pada jalanan.
Setelah mendengar jawaban dari Kamila. Riyan diam seribu bahasa. Ia hanya fokus pada jalanan. Kamila yang tadinya cerita ngalor ngidul ikut diam. Karena melihat Riyan yang mendadak diam juga. Tapi Kamila tidak tanya. Apa penyebab Riyan menjadi diam seribu bahasa seperti itu? Padahal, kalau sebagai pacar yang baik. Kamila akan nanya kenapa Riyan jadi diam. Soalnya tidak biasanya Riyan jadi diam seperti ini. Riyan memang pendengar setia, setiap kali Kamila curhat. Tapi seharusnya Kamila bisa membedakan. Diamnya Riyan saat mendengarkan dia curhat. Dan diamnya Riyan saat marah.
Riyan malah melamun yang tidak-tidak. Riyan membayangkan, kalau Kamila benar-benar meninggalkannya. Gara-gara Riyan suka sakit, sakitan. Sampai semua lamunannya itu, menyesakan d**a. Sementara Kamila malah asik bermain ponselnya. Tanpa perduli apa yang di lamunkan Riyan.
********
Sudah hampir tiga jam Kamila mutar muter mall. Ia mengambil baju, sepatu dan tas sesuka hatinya. Sementara Riyan lah yang harus membayarnya. Untungnya anak sultan yang Kamila porotin. Jadi Riyan terlihat santai saja. Kalau orang biasa mana kuat bayarin semua belanjaan Kamila. Auto bangkrut mereka.
Setelah mendapatkan semua yang di inginkan Kamila. Mereka memutuskan untuk makan siang. Di restoran yang biasa mereka kunjungi. Retoran ala Prancis. Riyan memang menyukai negara itu. Katanya kota Paris adalah kota yang sangat romantis. Seromantis apakah itu? Riyan sendiri hanya tau, dari kabar orang yang sudah kesana. Atau hanya sekadar tau melalui media sosial. Untuk ke sana, Riyan belum pernah. Ingin sekali rasanya ke sana, bareng sama orang yang ia cintai. Tapi kenapa Riyan masih ragu, untuk mengajak Kamila ke kota Paris?
"Maksih yah sayang. Kamu baik banget deh hari ini. Lusa kita belanja lagi yuk!" ajak Kamila tanpa rasa bersalah. Tidak sadar apa sedari tadi Riyan hanya diam. Tanpa berkata apapun. Riyan hanya berbicara pada kasir. Karena menunaikan kewajibannya untuk membayar barang, yang di ambil Kamila.
"Iya, ga usah terusan belanja lah, Mil," akhirnya Riyan protes juga. Baru kali ini Riyan protes. Setelah di peras selama tiga tahun. Riyan sebelumnya tidak pernah protes pada Kamila. Riyan tidak perduli uangnya habis berapa. Yang jelas, asalkan Kamila senang. Riyan akan turuti. Apa ini masih gara-gara ucapan Kamila di mobil tadi?
"Riyan, aku ini kan cewek paling populer sekarang di kampus. Aku harus tampil modis. Masa baju aku ga modis. Terus masa baju yang di pake itu, itu aja. Kalo ke kampus, malu kali," dumal Kamila. "Aku juga kan harus teteap fashionable. Kamu juga yang nantinya seneng, punya pacar secantik aku," tambahnya kepedean.
"Ya terserah kamu aja. Abis ini aku mau pulang," ujar Riyan dongkol. Ia masih kepikiran kata-kata Kamila saat di mobil.
"Kok pulang? Kan aku mau ke salon dulu. Gimana sih kamu? Biasanya juga kamu temenin aku," ucap Kamila, sambil bergelayutan manja di pundaknya Riyan.
"Nih, Mil," Riyan menyerahkan credit card pada Kamila. "Aku cape, Mil. Dari tadi jalan terus. Kamu ke salaon sendiri aja ya sayang," baru kali ini Riyan mengeluh. Riyan benar-benar terpengaruh ucapan Kamila tadi, saat di dalam mobil.
Tanpa wajah bersalah. Kamila mengambil credit card milik Riyan. Malah seneng banget. Itu artinya Kamila bisa belanja lagi dengan bebas. Dasar cewek tak berperasaan. Engga ngerti apa, kalau pacarnua itu tersingung dengan ucapan dia.
"Riyan sayang, makasih ya kartu kreditnya," ucap Kamila. Riyan hanya mengangguk. Kemudian pamit untuk pulang.
Riyan mengemudikan mobilnya dengan sangat kencang. Riyan paling benci di tinggalkan. Riyan paling tidak suka adanya perpisahan. Dari kecil Riyan selalu di tinggalkan. Bahkan ketika Riyan sakit harus di rawat. Orang tuanya pun tidak tau. Kalaupun tau, mereka hanya meminta bik Sumi, atau pak Maman. Untuk memgantar Riyan berobat ke dokter. Mereka tidak pulang untuk sekadar menengok anaknya yang sakit. Diandara cukup telepon saja, menanyakan kabar anak-anaknya. Mungkin bagi orang tuanya. Uang lebih penting dari anaknya. Hanya Aliya yang setia menemani Riyan, kala Riyan sakit. Ia sangat berterimakasih pada Tuhan. Karena masih ada Aliya yang selalu ada, saat Riyan membutuhkannya. Aliya memang adik yang bisa di andalkan. Tidak seperti Kamila yang bisanya merepotkan saja. Kalau merepotkan, kenapa tidak di putuskan saja?
Riyan mengerem mendadak mobilnya. Hampir saja seorang gadis tertabrak oleh dirinya. Tapi syukurlah gadis itu selamat. Riyan merem mobilnya tepat waktu. Kalau saja terlambat. Mungkin gadis itu sudah tertabrak. Riyan sepertinya sangat familiar dengan wajah gadis itu. Riyan mengingat-ingat. Kira-kira dia bertemu gadis itu dimana?
"Aaaaagghhhh!!!!" teriak Riyan melepaskan sesak di d**a. Mungkin dengan teriak. Rasa penat di dadanya akan menghilang. Tapi ternyata sama saja keruhnya.
*********
Mobil Riyan masuk kedalam garasi rumahnya. Setelah itu Riyan keluar mobil. Perlahan ia masuk kedalam rumah. Di sana sudah ada Aliya. Pasti Aliya akan ngomel, karena Riyan tidak pamit pada Aliya.
"Kakak dari mana? Bukannya kakak baru sembuh?" todong Aliya saat Riyan masuk ke dalam rumah. Aliya tau ini malam minggu. Kakaknya pasti ha1bis jalan-jalan sama pacarnya. Tapi kan posisinya Riyan baru sembuh. Di tambah Riyan ga pamit dulu pada Aliya. Riyan pikir, mungkin kalau pamit pada Aliya. Pasti tidak akan di izinkan. Karena Aliya pasti menyuruhnya untuk istirahat. Makannya Riyan sengaja tidak pamit.
"Abis jalan sama Kamila," jawab Riyan singkat. Tuh kan benar tebakan Aliya. Aliya memperhatikan Riyan dari atas sampai bawah. Sepertinya ada yang tidak beres dengan kakaknya.
"Kakak engga apa-apa kan? Kakak sakit lagi?" tanya Aliya cemas. Pasalnya Aliya melihat Riyan ngosh-ngoshan. Keningnya banjir dengan keringat. Wajahnya juga pucat. Ini Riyan habis apel, apa maraton sih?
"Kakak engga apa-apa kok, udah sehat," ucap Riyan. Aliya tidak mempercayai perkataan kakaknya. Dan benar saja, Riyan melemas. Hampir saja terjatuh. Untung Aliya dengan siap siaga, menangkap tubuh kurusnya Riyan.
"Kakak! Kakak beneran engga apa-apa? Kakak abis jalan sama Kamila atau gimana ini? Pasti kakak kecapean," rempet Aliya mencemaskan kakaknya.
"Kakak engga apa-apa," sahut Riyan pelan. Kepalanya mulai pusing. Rasanya kegelapan mulai menjemputnya. Dan Riyan pingsan.
"Kakak! Kakak bangun kak!" Aliya mengguncang-guncang tubuh Riyan yang ada di pangkuannya. "Biiiiikkk! Bik Sumi! Pak Maman!" teriak Aliya. Tak lama bik Sumi dan pak Maman datang menghampiri Aliya.
"Tolong bantu Aliya, bawa kakak ke rumah sakit lagi," pinta Aliya. Pak Maman dan bik Sumi langsung membantu Aliya, menggotong Riyan ke dalam mobil. Pak Maman langsung mengambil posisi kemudi. Bik Sumi ikut masuk ke dalam mobil. Ia duduk di samping pak Maman. Sementara Aliya di belakang bersama Riyan, yang tidak sadarkan diri.