Kehilangan

1043 Kata
Selamat membaca! Sepanjang perjalanan tak banyak yang dikatakan oleh Alan. Pria itu hanya diam bergelut dengan pikirannya. Bahkan saat Thomas mengajaknya bicara, Alan hanya menanggapinya dengan singkat. "Semoga saja Callum dapat membantuku. Maafkan aku, Laura. Aku benar-benar tidak bisa menunda lagi. Terlebih saat aku tahu kalau aku hidup di tubuh Andrew ini hanya 30 hari. Itu artinya, hanya itu waktu yang aku miliki untuk membalaskan dendamku," batin Alan yang tampak geram karena ia merasa telah membuang waktunya selama 6 hari tanpa melakukan sesuatu. Kala itu suasana lalu lintas tampak renggang. Tidak padat seperti hari-hari biasanya hingga membuat Thomas dapat melihat jelas dari kaca tengah mobil jika saat ini mobil Laura tampak membuntuti tepat di belakangnya. "Andrew, apakah kamu punya masalah dengan Nona Laura?" tanya Thomas merasa aneh sambil mengingat apa yang Alan katakan untuk mengantarnya kembali ke asrama. Mendengar perkataan Thomas, Alan pun langsung menoleh ke belakang. Melihat mobil Laura yang semakin mendekat karena Thomas melambatkan laju mobil yang dikendarainya. "Thomas, kenapa malah melambat? Cepat tambah kecepatannya!" pinta Alan sedikit memaksa. "Berarti kau telah membohongiku. Kau tadi bilang jika Nona Laura meminta aku untuk mengantarmu, tapi sekarang Nona Laura malah mengejar kita." Thomas yang merasa kesal pun langsung menepikan mobilnya. "Sial, pria ini tidak mau melakukan apa yang aku katakan," geram Alan di dalam hatinya. Merasa tak punya pilihan lain, Alan akhirnya keluar dari sisi kanan mobil dengan tiba-tiba. Membuat Thomas sangat terkejut karena sebenarnya ia belum sepenuhnya menghentikan laju mobilnya di tepi jalan. Alan langsung berlari setelah keluar dari mobil. Tanpa memedulikan banyaknya kendaraan yang melintas di sana, pria itu menyebrangi jalan dengan sembarang hingga membuatnya hampir tertabrak oleh mobil-mobil yang melintas di jalan tersebut. Beruntung dengan cekatan, Alan berhasil menghindarinya. Merasa sangat cemas atas apa yang dilihatnya, Laura pun ikut keluar dari mobil. Namun, ia masih belum dapat menyebrangi jalan untuk mengejar Alan karena masih menunggu jalan itu kosong dari kendaraan yang melintas. "Al, Andrew!" teriak Laura memanggil. Walaupun sempat salah menyebut. Namun, Laura dengan cepat meralatnya. Ia tak ingin Fabio yang tengah bersamanya jadi tahu dan nantinya malah bisa mengadukan pada Jeff. Alan tak menghiraukan panggilan Laura dengan terus menyebrangi jalan. Di saat bersamaan ada sebuah bus kota yang melintas dan dengan cepat Alan menaikinya. "Andrew, jangan pergi!" Laura yang baru saja hendak menyebrang langsung kembali masuk ke dalam mobil dan meminta Fabio yang sejak tadi memang mengendarai mobilnya agar cepat mengejar bus kota tersebut. "Nona, sepertinya kita tidak akan berhasil karena jalan untuk memutar arah ada di depan sana. Jaraknya terlalu jauh." Laura yang kecewa pun hanya diam sambil terus melihat ke arah bus kota yang kini sudah tak lagi terlihat oleh pandangan matanya. "Sekarang bagaimana ini? Apa mungkin Alan akan tetap menemui Callum?" batin Laura tampak berpikir. Di tengah kebimbangan yang semakin menderanya, Laura pun mulai terpikirkan untuk menghubungi Callum. Tanpa membuang waktu lagi, Laura langsung meraih ponsel miliknya dan dengan cepat menghubungi Callum. "Ayo, Callum jawab teleponnya!" Laura tampak gelisah karena Callum tak juga menjawab panggilan teleponnya. Bagi Laura, ini adalah satu-satunya cara untuk bisa melacak keberadaan Alan yang kini berada dalam bus kota. "Sepertinya Callum sedang berada di panggilan lainnya. Nomor teleponnya terdengar sibuk. Apa mungkin Alan menghubunginya?" gumam Laura masih bingung atas apa yang harus dilakukannya. Di tengah rasa kesal Laura yang kian membuncah. Fabio mulai terdengar bertanya padanya. "Nona, kita akan pergi ke mana? Apa kita harus mengikuti bus itu atau kita tetap pada tujuan awal kita untuk ke rumah teman Nona?" Sambil mengendarai mobil, Fabio coba bertanya hingga membuyarkan lamunan Laura. "Sebaiknya kita tetap pergi ke rumah temanku saja karena bus itu sudah tidak mungkin lagi kita kejar," ucap Laura memutuskan. "Baiklah, Nona. Kalau boleh tahu, kenapa pria itu tidak ingin bertemu dengan Nona?" "Apa sebaiknya aku cerita saja sama Fabio tentang Alan? Tapi apa dia bisa tutup mulut dan tidak memberitahukan hal ini kepada Daddy?" batin Laura masih kebingungan dalam menjawab pertanyaan Fabio. Setelah beberapa detik hanya diam tanpa menjawab pertanyaan Fabio, Laura pun akhirnya memutuskan untuk mulai bercerita. "Aku akan menceritakan sebenarnya apa yang terjadi dengan Andrew? Tapi kau harus berjanji untuk tidak memberitahukan hal ini pada orang tuaku! Bagaimana? Apa kau bisa berjanji?" "Sepertinya ada masalah besar. Kalau tidak, mana mungkin Laura sampai memintaku untuk berjanji," gumam Fabio berpendapat setelah mendengar apa yang Laura katakan. "Baiklah, Nona. Saya janji! Sekarang katakan, sebenarnya ada apa dengan pria itu? Kenapa dia pergi dari rumah secara diam-diam dari Nona?" tanya Fabio penasaran. Laura masih menyimpan keraguan dalam dirinya. Ragu apa dengan menceritakan semua yang terjadi pada Fabio adalah sebuah keputusan yang benar atau nantinya malah akan menimbulkan masalah ke depannya. "Mungkin ada baiknya aku cerita. Siapa tahu dia bisa memberikanku solusi atas semua masalah yang sedang aku hadapi ini?" batin Laura hampir merasa yakin bahwa ia memang harus menceritakan semua tentang Alan. Selesai mendengar cerita Laura, Fabio langsung menghujani beberapa pertanyaan pada Laura hingga membuat wanita itu merasa sangat kesal. "Jadi kamu pikir, aku sedang mengada-ada. Kamu pikir aku sedang bergurau. Kalau memang kamu tidak percaya dengan apa yang aku katakan, sebaiknya kamu keluar dari mobil ini. Biar aku pergi sendiri saja." "Tidak Nona. Bukan seperti itu. Hanya terdengar aneh saja, mana mungkin ada jiwa yang bisa hidup di tubuh orang lain. Bagiku terdengar seperti adegan beberapa film yang sering aku tonton," ungkap Fabio masih sulit mencerna cerita yang Laura katakan padanya. Cerita yang menurutnya tidak masuk akal di jaman sekarang ini. "Aku tidak akan menjawabnya! Sekarang cepat berhenti atau aku akan melompat dari mobil!" ancam Laura dengan berteriak. Membuat Fabio tak punya pilihan lain dan mau tak mau menuruti apa yang Laura perintahkan. Setelah mobil menepi, Laura langsung mengusir Fabio untuk keluar dari mobil. Wanita itu benar merasa kesal karena Fabio seolah-olah menganggapnya gila atas apa yang baru saja dikatakannya. "Kenapa dia tidak percaya dengan semua ceritaku? Aku benar-benar kesal. Sekarang lebih baik aku segera sampai ke asmara untuk menemui Callum," batin Laura yang sudah kembali memacu laju mobil setelah mengusir Fabio dari mobilnya. *** Sementara itu, tepat seperti apa yang dipikirkan oleh Laura jika Alan saat ini memang sedang menghubungi Callum. "Semoga saja dengan cara ini, Laura tidak bisa menemukan keberadaanku. Untung saja Callum mau membantuku," batin Alan merasa sangat lega karena Callum ternyata bersedia membantunya. Ya, walau pria itu meminta sesuatu pada Alan sebagai imbalan atas bantuannya. Bersambung ✍️

Baca dengan App

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN