Selamat membaca!
Sambil menahan rasa sakit, Alan masih mencoba bangkit. Namun sayangnya, Bobby secara membabi buta terus menyerangnya. Membuat Alan hanya bisa mengerang di tengah kebisingan alarm dari salah satu mobil yang berbunyi, akibat benturan keras dengan besi yang dibuang oleh Bobby.
"Sial, apa aku akan mati untuk kedua kalinya?" gumam Alan yang sudah tak mampu lagi berbuat apa pun, selain melindungi tubuh Andrew dengan kedua tangan dari tendangan Bobby.
Di tengah situasi yang semakin mendesak Alan, Laura perlahan mulai mengerjapkan kedua matanya. "Di mana ini?" Sambil merasakan pening di kepala, Laura membuka matanya. Dilihatnya, tubuh Andrew terus mendapatkan serangan dari pria yang telah menculiknya. Membuat Laura seketika bangkit dan mengabaikan rasa pening yang masih terasa menusuk kepalanya.
"Jangan sakiti dia! Berhenti! Jika kau ingin membawaku, bawalah! Aku akan ikut denganmu, tanpa melawan." Laura berdiri menjadi pelindung Alan agar Bobby berhenti menyerangnya.
"Jangan Laura! Dia tidak akan melepaskanmu, walau Tuan Jeff nanti akan memberikan uang tebusan padanya." Dengan suara yang terdengar lemah, Alan coba memberitahu Laura yang kini sudah terlihat menangis.
"Tidak apa-apa. Aku hanya tidak ingin kau terluka semakin parah."
"Sudah kalian jangan banyak drama! Ayo cepat ikut aku sebelum banyak orang yang datang ke sini!" Bobby yang mulai merasa jika keberadaannya di tempat itu tidak aman, kini langsung menarik tangan Laura dengan kasar. Meninggalkan Luis yang sampai saat ini masih tak sadarkan diri.
"Aku terpaksa meninggalkan Luis. Ini semua gara-gara teman priamu itu! Kau ini memang sangat menyusahkan saja. Kalau saja tidak ada orang kaya yang ingin membelimu, pasti aku sudah menyakitimu sejak tadi!"
Seketika Laura menelan salivanya dengan kasar. Ia langsung teringat perkataan Alan yang sempat didengarnya sesaat sebelum Bobby mengajaknya pergi.
"Ayo cepat masuk!" titah Bobby sambil menghempaskan tubuh Laura ke dalam mobil yang pintunya sudah ia buka.
Setelah memasukkan Laura, kini Bobby tampak memutari mobil dari arah depan dengan setengah berlari untuk menuju pintu yang ada di sisi kemudi.
"Aku tidak mau berakhir seperti ini. Kalau aku hanya pasrah begitu saja, perjuangan Alan akan sia-sia," gumam Laura yang melihat jika saat ini adalah kesempatannya untuk melarikan diri.
Tanpa menunda lagi, Laura pun langsung berpindah ke kursi kemudi dan mengunci semua pintu mobil hingga membuat Bobby geram.
"Hei, kau jangan macam-macam! Cepat buka pintunya!" Bobby terus memukul pintu mobil berulang kali dengan keras setelah ia gagal membukanya, walau ia sudah coba melakukannya menggunakan kunci mobil. Namun, Laura kembali menguncinya dengan cepat.
"Tidak, aku tidak akan membukanya!" kecam Laura dengan lantang.
"Baiklah, kalau kau tidak mau membukanya! Aku akan pecahkan jendela mobil ini!" Bobby pun teringat akan besi yang telah dibuangnya. Dengan berlari cepat, pria itu pun pergi untuk mengambil besi tersebut.
"Ya Tuhan, tolong aku!" pinta Laura dengan penuh harap. Kini wanita itu terlihat sudah meringkuk di kursi belakang kemudi sambil menangis.
Sementara Alan kini sudah mulai bangkit, walau itu harus dilakukannya dengan susah payah. Kedua matanya masih terus melihat Bobby yang saat ini sudah kembali ke mobilnya dengan menggenggam besi yang sempat digunakan Alan sebagai senjata.
"Aku harus menyelamatkan Laura." Alan pun melangkah dengan tertatih. Menahan rasa sakit yang terasa hampir di sekujur tubuhnya. Setelah beberapa langkah, raut wajah Alan seketika berubah semakin cemas karena suara pecahan kaca terdengar begitu keras.
"Sepertinya Laura sengaja mengunci pintu mobil itu dan pria itu sekarang sudah memecahkan jendela mobilnya. Aku harus cepat menolong, Laura." Baru saja kembali melangkah, tubuh Andrew yang terasa begitu sakit dan sulit sekali digerakkan itu pun kembali terjatuh.
"Maafkan aku, Laura." Alan tak menyerah. Ia coba lagi memaksakan tubuh Andrew untuk bangkit. Namun sayangnya, tekad yang ia miliki tak diimbangi dengan kondisi fisik Andrew yang memang sangat lemah. Berbeda dari tubuh Alan yang sangat atletis dan tampak gagah.
Di tengah keputusasaannya, tiba-tiba Alan melihat Laura berlari sangat cepat kembali ke arahnya. Ya, wanita itu ternyata memutuskan keluar dari pintu mobil yang ada di sisi sebaliknya dari Bobby. "Laura," ucap Alan sebelum akhirnya tak sadarkan diri setelah sempat bertahan dengan sekuat tenaga.
Di alam bawah sadarnya, Alan masih sempat mendengar suara Laura yang terdengar cemas memanggil namanya berulang kali. Walaupun itu hanya berlangsung singkat.
3 jam sudah berlalu sejak Alan tak sadarkan diri, kini pria itu sudah berada di ruang ICU salah satu rumah sakit yang berada dekat dengan apartemen di mana Laura sempat ditawan oleh dua orang penculik yang memang sering beroperasi di wilayah tersebut. Kondisi Alan saat ini terbilang cukup parah hingga ia harus mendapatkan penanganan intensif dari medis.
"Aku tidak mau terjadi apa-apa dengannya, Tuhan. Aku mohon selamatkan dia." Laura terus berdoa dengan penuh kesungguhan.
Sampai akhirnya, Jeff yang memang telah dihubungi oleh Laura untuk datang ke rumah sakit pun, kini terlihat sudah kembali mendekatinya setelah pria itu diminta oleh pihak rumah sakit untuk mengurus keperluan administrasi yang diperlukan Alan selama di rumah sakit.
"Daddy sudah mengurus semua kebutuhan temanmu itu," ucap Jeff sesaat setelah duduk di sebelah Laura yang sangat terpukul akan kondisi Alan saat ini.
"Daddy minta maaf ya, Laura. Harusnya Daddy mendengarkan perkataan temanmu itu. Seandainya saja Daddy tadi mengikuti rencananya, mungkin semua ini tidak akan terjadi."
"Apa maksudnya, Dad?" Kali ini Laura menanggapi perkataan Jeff, walau ia masih menyimpan rasa benci dalam hatinya untuk sang ayah. Kebencian yang semakin kuat karena wanita itu beranggapan jika semua masalah yang terjadi padanya adalah akibat keegoisan Jeff yang memaksakan perjodohan yang tak diinginkannya.
"Jadi temanmu itu sempat memberitahu Daddy tentang semua rencananya waktu Daddy datang ke kamarnya, tapi saat itu Daddy tidak yakin dengan semua perkataannya. Masa pria sekurus dia adalah seorang agen M16," ucap Jeff setelah mengingat apa yang dikatakan Alan saat bertemu di kamar pria itu.
"Pasti Alan tidak sengaja mengatakan hal itu pada Daddy," gumam Laura yang masih berharap jika Alan bisa diselamatkannya.
"Oh ya, Daddy juga mau bilang sama kamu. Kalau mulai hari ini, Daddy akan merestui hubungan kalian. Jadi kamu tidak perlu lagi menyembunyikan hubungan kalian dari Daddy," ucap Jeff yang kini mulai sadar bahwa kebahagiaan putrinya ada di atas segalanya.
Perkataan Jeff seketika membuat kesedihan Laura mereda. Wanita itu coba kembali bertanya pada ayahnya untuk memastikan apa yang baru saja didengarnya. "Tadi kau bilang apa, Dad? Apa bisa kau mengatakannya lagi?" tanya Laura dengan senyum yang tertahan sebelum kembali mendengar jawaban dari ayahnya.
"Iya Laura, Daddy merestui hubungan kalian. Daddy sekarang sadar bahwa cinta itu tidak bisa dipaksakan." Baru saja Jeff selesai mengatakannya, Laura pun langsung mendekap tubuh sang ayah dengan erat. Meluapkan kebahagiaan yang kini tengah dirasakannya. Hal yang begitu diinginkannya, yaitu mendapatkan restu dari ayahnya atas hubungannya dengan Andrew. Namun, kebahagiaan itu seketika sirna saat Laura kembali teringat akan kondisi Alan yang masih dalam penanganan tim medis.
"Ya Tuhan, aku mohon selamatkan Alan. Walaupun aku sempat membenci karena dia telah mengambil tubuh Andrew, tapi ternyata dia adalah pria yang baik sampai bertaruh nyawa untuk menyelamatkanku. Aku juga sangat berterima kasih atas pertolonganMU, Tuhan. Mungkin kalau para petugas keamanan itu tidak datang, pasti aku tidak akan bisa lolos dari pria itu," batin Laura sejenak mengingat atas apa yang telah dialaminya hingga ia masih dapat selamat dari Bobby yang berhasil melarikan diri dari beberapa petugas keamanan yang ingin meringkusnya.
Bersambung ✍️